Special : Story Time #2
"Maljum kali ini, giliran kalian semua yang bercerita secara bergiliran, apakah ada disini yang memiliki sebuah cerita?" Tanya Nanaz.
"Etto....apakah harus cerita horror?" Tanya Riku sambil mengangkat tangan kanannya.
Nanaz menggeleng.
"Tidak juga, kalian bisa bercerita tentang apapun. Tapi kalau bisa sih cerita horror, Rik" jawab Nanaz.
Riku mengangguk paham.
"Rikkun pasti banyak cerita horror di pikirannya, mengingat...." Gumam Tamaki.
"....Nanase bisa melihat sesuatu ataupun merasakan sesuatu yang kita tidak bisa...." Gumam Gaku.
"....Anak Indihome...desu" gumam Nagi.
GEPLAK!!
Sogo mencubit lengan Tamaki dan menatapnya horror, Nagi di-geplak (?) punggungnya oleh Mitsuki, dan Tenn menginjak kaki Gaku dengan sangat keras.
"Tidak baik membicarakan orang ketika dia sedang ada di depan kalian meski hanya sekedar bergumam" ucap mereka bertiga berbarengan.
Sedangkan Nanaz hanya sweetdrop melihatnya.
"Sudah sudah! Lama-lama ku depak dari dorm, baru tau rasa!"
"Maaf...."
Nanaz menghela napasnya dan menatap Riku.
"Silahkan bagi ceritamu kepada kami, Riku"
Riku mengangguk, dan memasang raut serius.
"Ini mungkin bukan cerita horror, tapi sebuah pengalamanku ketika....pergi ke suatu dunia paralel"
Yang lain hanya menatap Riku tak percaya, mereka memutuskan untuk mendengarkan sebelum berkomentar.
. . .
Hari itu, kalian semua sedang pergi bekerja....
Aku tidak ikut bersama kalian karena sedang sakit, dan berbaring di tempat tidurku.
Saat memejamkan mataku, aku merasa diriku melayang....dan aku tidak bisa membuka mataku saat itu.
Aku berpikir,
Apakah Tenn-nii mengangkatku? Dan membawaku ke tempatnya?
(Tenn: °_°)
Atau hanya perasaanku saja?
Kemudian, semuanya begitu tenang.
Aku pun membuka kedua mataku, dan melihat bangunan tinggi menjulang di depanku.
"Ini....dimana?"
Aku melihat sekitarku, dan menemukan orang yang sangat mirip denganku yang tengah berjalan ke dalam bangunan itu.
Aku pun mengikutinya karena aku penasaran dengan orang itu.
"Apakah dia seorang dokter? Tapi....bukankah dia terlalu muda untuk seorang dokter?" Gumamku.
Kemudian, orang itu pergi ke ruangannya dan berjalan ke rak buku. Dia menarik salah satu buku yang ada disana dan munculah...ruang rahasia.
Weh Weh...a***r! Keren banget!! Batinku.
(Tenn: kenapa kau mengatakan kata itu?!)
(Nanaz: Hey Riku! Jaga bahasamu!)
(Iori: Apa yang terjadi dengan Nanase-san yang polos....?)
(Riku: Atuh...diem dulu🥺)
Aku mengikutinya masuk ke ruang rahasia itu, dan disana terdapat ruangan besar yang diduga sebagai pusat penelitian.
Saat mencapai ruangannya disana....
"Apa kau sudah puas mengikutiku kemari?"
Aku terkejut kala dia mengatakan itu, kukira dia tidak bisa melihatku.
"Maaf....aku hanya penasaran denganmu" ucapku.
Dia membalikkan badannya dan...
"!"
....dia sangat mirip denganku! Hanya berbeda sedikit saja...
"Hmm....siapa namamu?" Tanyaku tanpa ragu.
Dia melepas jas dokternya dan menggantinya dengan jas ilmuwan.
"Kau tidak takut denganku sampai sudah berani bertanya? Biasanya anak kecil takut dengan wajahku..." Ucapnya.
"Iya tapi....aku bukan anak kecil! Aku ini berumur 18 tahun!" Seruku dengan bangga.
Dia terlihat terkejut, dan bergumam...
"Kukira dia anak berumur 13 tahun, ternyata seumuran denganku....malah sifatnya ini seperti..."
Dia menatapku, lalu dia juga menyuruhku duduk.
"Untuk pertanyaanmu tadi, namaku Nanase Riku. Aku seumuran denganmu, dan seorang ilmuwan muda di Japana" ucap 'Riku'.
Aku hanya bengong.
Nanase Riku?
Seumuran?
Ilmuwan?
Japana??
Sebenarnya aku ini ada dimana??
'Riku' terus menatapku yang tengah bingung dengan semuanya.
"Sepertinya kau bukan dari sini, bukan dari Tokya ataupun Japana...katakan identitasmu dan asalmu padaku" ucap 'Riku' dengan ekspresi wajah datar.
Sangat berbanding terbalik dengan sifatku...
"Aku....Nanase Riku, 18 tahun, lahir di Tokyo 9 Juli, aku seorang idol di sebuah grup yang bernama IDOLISH7, dan aku....berasal dari negara Jepang, planet Bumi" jelasku.
Setelah mendengar penjelasan ku, dia terlihat terkejut.
"Bagaimana....bisa....kau terlempar ke sini?" Gumamnya sambil mengusap wajahnya.
Aku hanya memiringkan kepalaku.
"Dengar, kau berada di negara Japana planet Bimu. Saat ini kau berada di dunia paralel....baru itu saja yang bisa kusimpulkan sekarang meski aku tidak tahu itu benar atau tidak" jelasnya.
Planet Bimu?
Dunia Paralel?
Aku...tidak terlalu paham.
Yang ku tahu, dunia paralel adalah dunia yang berjalan sama dengan dunia kita...namun berbanding terbalik dengan hidup yang kita jalani di sini.
Misalkan aku disana adalah seorang idol, bisa jadi disini aku adalah seorang ilmuwan jenius!
Jadi...apakah aku benar-benar ada di dunia paralel??
"Apakah ada cara agar aku bisa pulang?" Tanyaku.
'Riku' memasang ekspresi berpikir.
"Aku tidak tahu, tapi kau beruntung. Aku mungkin bisa membantumu, kebetulan saja saat ini aku sedang membuat teori dunia paralel, dan membutuhkan subjek penelitian. Apakah kau mau membantuku menyelesaikannya, Riku?" Tanya 'Riku'.
Tanpa pikir panjang, aku mengangguk.
Setelah itu, 'Riku' membantuku dengan identitas baruku dan menjelaskan apa yang sedang ia lakukan di tempat penelitian itu.
Lalu, kami pun pulang ke rumah milik 'Riku'.
"Wah....besar rumahnya!" Kagumku.
'Riku' hanya tertawa kecil mendengarnya.
"Rumah ini juga dilengkapi dengan teknologi canggih masa kini disini, dan menjadi satu-satunya rumah yang dilengkapi oleh teknologi canggih" jelasnya.
Aku mengangguk mengerti, sepertinya keren memiliki satu-satunya rumah tercanggih di dunia...
Riku pengennnn.... Batinku.
Di dalamnya juga tak kalah luar biasa, ruang tamu yang bisa berganti menjadi ruang meeting, semua ruangan yang bisa kita custom sendiri menggunakan panel di dekat pintu, pintu otomatis, dan lain sebagainya.
"Woah..."
'Riku' menyetel balkon belakang menjadi ruang santai.
"Duduklah"
Aku pun duduk di kursi yang telah disediakan itu.
"Ngomong-ngomong, aku ingin tahu dengan kehidupanmu disana" ucap 'Riku' sambil menopang dagunya.
"Kehidupanku?"
Aku hanya tersenyum kecil sambil menatap gelas yang berisi jus jeruk itu.
"Tidak ada yang spesial di kehidupanku...."
"Aku dilahirkan dengan kondisi tubuh yang lemah dan juga memiliki riwayat asma, sejak kecil aku selalu keluar-masuk rumah sakit, khususnya pada saat musim dingin. Hidupku selalu berada di dalam rumah, dan itu menyebabkan aku tidak tahu menahu tentang dunia luar..."
"Pada saat umurku 13 tahun, kakak kembarku meninggalkanku bersama Kujo. Rasanya sangat sakit melihatnya pergi bersama orang asing tanpa alasan yang jelas, tapi itu berhasil membuatku penasaran. Sekarang aku berhasil mengejarnya, meski....hatiku bertambah sakit..."
'Riku' terlihat terkejut.
"Tunggu.... Kujo? Kujo Takamasa?" Tanyanya.
Aku heran, kenapa dia bisa tahu??
"Kau tahu dia?"
'Riku' menghela napasnya dan meletakkan gelasnya di meja sambil menatapku.
"Bukan hanya tahu, malah aku sangat mengenalnya" jawab 'Riku'.
"Karena kau sudah bercerita tentangmu, kini giliran ku...."
Telingaku sudah siap mendengarkan, karena aku sangat penasaran dengan Kujo Takamasa di dunia ini.
"Kami hidup bisa dibilang cukup, Ayah memiliki perusahaan besar yang bergerak di bidang teknologi, dan Ibu yang bekerja sebagai asisten pribadi Ayah"
"Karena mereka sama-sama sibuk, kami mulai terbiasa ditinggalkan berdua di rumah bersama para Maidbot (Robot pembantu). Dan sudah terbiasa bagiku untuk menjaga Aniki karena kecerobohannya"
"Hingga saat kami mulai memasuki fase remaja, karir kami mulai ditentukan oleh Ayah. Aniki sebagai anak pertama dalam keluarga pun harus menjadi penerus Ayah, begitu juga aku yang sebagai anak kedua harus membantu Aniki dalam mengelola perusahaan keluarga"
"Tapi, siapa sangka? Aku meloncat kelas dan berhasil menyelesaikan pendidikanku di umur 16"
Aku kagum....sangat kagum...
"Aku pertama kali bertemu Kujo-san saat umurku 13 di Science Fair, dia adalah salah satu penilai dari salah satu kompetisi dengan tema 'Memajukan Dunia'. Dan pada saat itu aku membuat teknologi komunikasi pengganti ponsel dan sebagainya menjadi 1 alat, itu cukup membuat Kujo-san dan juri lainnya tertarik"
"Setelah pertemuan itu, Kujo-san datang ke rumah kami dan mengatakan jika dia ingin aku menjadi muridnya dan bergabung dengan pusat penelitian dunia"
Aku menutup mulutku karena terkejut.
"Jadi....kau ikut dengan Kujo-san dan meninggalkan Kakakmu?" Tanyaku.
'Riku' mengangguk.
"Tapi dia tidak mengambil alih hak asuh seperti yang terjadi pada Kakakmu, dia hanya ingin aku bisa belajar banyak darinya dan menjadi harapan dunia, dan juga aku bisa pulang ketika aku tidak sibuk"
Aku terdiam, dan berpikir jika Kujo Takamasa disini tidak buruk dan bahkan aku bisa melihat jika 'Riku' sangat mengaguminya.
"Lalu sekarang dimana Kujo-san? Aku tidak melihatnya saat di tempat penelitian tadi" ucapku.
Tatapan 'Riku' berubah menjadi sedikit sendu.
"Kujo-san meninggal karena sakit, dan dia memberikan semua asetnya padaku, meski aku hanya muridnya bukan anaknya..."
Ah.....dia sangat baik....
"Lalu, bagaimana dengan Kakakmu?"
"Aniki? Ah dia mulai mengelola perusahaan Ayah, tapi...."
Aku memiringkan kepalaku saat ekspresi 'Riku' menjadi seperti orang yang kesal.
"....asistennya selalu meneleponku jika kecerobohan Aniki kambuh, dan aku harus kesana untuk mengatasi kecerobohannya"
Eh? Itu terdengar seperti orang yang ku kenal....tapi siapa ya...?
(Semua be like: ITU KAU, RIKU!!)
"Kau...hebat ya, aku iri denganmu" ucapku.
'Riku' menggeleng.
"Tidak, justru aku yang iri denganmu. Hidupku sebagai ilmuwan muda ini tidak mudah, karena teknologi yang kuciptakan untuk Japana....semua negara mulai meminta untuk membeli teknologi canggih ini dalam skala besar, dan membuatku harus bekerja lebih keras 4x lipat"
"Mendengarmu bercerita tadi, kau sangat beruntung. Bisa mendapatkan banyak teman dan bersosialisasi dengan orang-orang, berbeda denganku yang sibuk di pusat penelitian dan tidak ada waktu untuk bersosialisasi ataupun mendapatkan teman..."
Aku kasihan dengannya....meski dia terlihat datar dan dingin, sebenarnya dia kesepian...
"Siapa bilang kau tidak memiliki teman? Aku kan ada" ucapku sambil tersenyum.
'Riku' terlihat terkejut dan wajahnya sedikit memerah.
Kemudian dia tersenyum manis.
"Terima kasih..."
Semenjak saat itu, aku selalu diajak kemanapun dan membantunya dalam menyelesaikan teori dunia paralel, sampai 4 bulan pun berlalu....
....dia berhasil membuat mesin yang bisa membawaku pulang, namun hanya kami berdua yang tahu.
Saat aku ingin pulang...
"Rasanya seperti kemarin kau mengikutiku ke pusat penelitian, waktu berlalu dengan cepat...." Ucap 'Riku'.
Aku hanya tersenyum, dan memegang kedua tangannya.
"Aku senang bisa bertemu denganmu..."
Dia tersenyum.
"Aku juga..."
Aku melepaskan tangannya dan perlahan pergi ke mesin itu.
"Kalau begitu....aku pergi dulu"
'Riku' mengangguk kecil, matanya terlihat berkaca-kaca.
Saat aku masuk ke mesin itu, pandanganku mulai menggelap...
Dan tahu-tahu, aku sudah ada di ruang tamu dorm dengan keadaan tertidur di sofa. Ternyata aku hanya 30 menit meninggalkan dunia ini....
. . .
"Begitulah"
Semuanya masih menatap Riku tak percaya.
"Kalian tidak percaya?" Tanya Riku.
Yang lain menggeleng kecuali Iori dan Tenn.
"Aku percaya kok Riku/Nanase-san" ucap mereka serempak.
Riku menghela napasnya.
"Buktinya ponselku hilang, ini ponsel cadanganku" ucap Riku sambil menunjukkan ponsel berwarna putih miliknya.
"Aku tidak tahu ponselku hilang kemana, aku sudah mencarinya kemana-mana"
"Mungkin saja jatuh dan terselip, nanti Onii-san bantu Carikan ponselmu" ucap Yamato.
Riku masih menatap yang lain, kemudian terdengarlah suara ketukan di depan pintu mereka.
Tok! Tok!
Semuanya memandang satu sama lain.
"Mungkinkah....itu manajer?" Tanya Nagi.
"Sekarang libur, Nagi. Agensi juga libur jadi tidak ad alasan mengapa manajer pergi ke dorm kita" jelas Mitsuki.
"Anesagi-san juga tidak mungkin" ucap Gaku.
Sogo berdiri dan menawarkan untuk membukakan pintunya.
Cklek!
Ternyata itu seorang wanita berambut sama seperti Riku, namun wajahnya datar tidak ada emosi sama sekali.
"Ada yang bisa kubantu?" Tanya Sogo.
"Ah, aku hanya ingin memberikan ini"
Wanita itu mengulurkan bungkusan kado kepada Sogo.
"Riku meninggalkan ponsel dan barang-barang nya di tempatku, jadi aku bermaksud untuk mengembalikannya"
Sogo mengambil bungkusan itu, dan kembali menatap wanita itu.
"Tapi....kau siapa?"
"Kembaran Riku"
Setelah beberapa lama, akhirnya Sogo kembali kepada yang lain.
"Ini"
Riku bingung.
"Kado? Tapi ulang tahunku kan masih lama"
"Ini adalah barang-barangmu yang tertinggal, dari kembaranmu"
Semuanya langsung terkejut.
"Kembaran?! Bukankah hanya Tenten kembarannya??!" Seru Tamaki.
"Aku juga bingung, Tamaki-kun. Tapi....dia memang sangat mirip dengan Riku..." Ucap Sogo.
Riku pun membuka bungkusan itu, dan ternyata isinya adalah ponsel dan juga foto polaroid yang pernah diambil saat di dunia paralel.
Dia pun langsung tahu siapa yang mengirimkan ini...
....dia adalah kembaran sekaligus orang yang Riku cintai...
....siapa lagi kalau bukan ilmuwan wanita muda di dunia paralel..
"Ah ini dari 'Riku'....Nona 'Riku' memang tidak bisa mengungkapkan perasaannya yang sebenarnya" ucap Riku sambil menahan tawanya.
...
"Tunggu...NONA?!!"
"Huh? Apa aku tidak pernah mengatakan kepada kalian jika dia perempuan?"
"TENTU SAJA TIDAK!"
"Oh iyakah? Hehehe, maap..."
"Cintaku berbeda dunia"
- Riku
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top