9. I...
Hari keempat
Di hari keempat ini tidak ada yang spesial, ketiga tim diperintahkan untuk bersih-bersih daerah sekitar. Demi kenyamanan, keamanan, dan kesempurnaan rumah itu.
"Rumah ini memiliki halaman yang luas, pasti akan sangat lama desu" keluh Nagi.
"Hora Nagi! Ini kawasan rumah orang lain, bukan kawasan dorm kita! Terlebih lagi, yang selalu membuang sampah kan kau sendiri! Bla-bla-bla-bla-bla-"
Ahh....suasananya ramai sekali pagi ini...
"Maaf ya, para staff. Pagi-pagi begini harus berisik..." ucap Tsumugi sembari membungkuk.
"Tidak apa-apa, Takanashi-chan. Setidaknya suasana sedikit ramai disini, i7 memang grup idol dengan paket komplit!"
Tsumugi hanya mengedipkan matanya, kemudian memiringkan kepalanya.
"Ari...gato?"
Tsumugi bingung, itu pujian atau bukan?
Paket komplit katanya....semoga saja terus seperti itu, karena kotak nasi tidak akan komplit tanpa lauk yang lengkap, sama seperti formasi idolish7 batin Tsumugi sambil menatap member idolish7.
. . .
Riku mengumpulkan sampah-sampah di sekitar tenda i7, tapi kemudian dia mendengar suara tertawa yang familiar.
"Khu khu khu....ini kesempatanku untuk menjahili mereka" ucap Ayana dengan seringai jahilnya.
"Nee-chan boleh menjahili mereka, tapi jangan menjahili para manager dan para staff" bisik Riku.
Wajah Ayana menjadi senang sekali.
"Okayy! Makasih, Ricchan~!"
Riku menggeleng-geleng melihat kelakuan Kakaknya, ya maklum sih....umurnya berhenti di 15 tahun.
Riku kembali melanjutkan bersih-bersihnya, sampai....
"GYAHHHHHHHHH!! KENAPA BERANTAKAN LAGI?!!" Teriak Gaku.
Riku menatap tenda Trigger yang tadinya sudah disusun rapih, kini menjadi berantakan. Dan ini ulah Ayana.
Nee-chan....kenapa kau suka sekali menjahili Yaotome-san? Batin Riku sweetdrop.
Hari-hari Riku lalui dengan teriakan-teriakan dari Gaku, tak jarang dari Tamaki dan Nagi. Riku juga sedikit kesal karena usahanya membersihkan sampah menjadi sia-sia.
"N-nee....Rikkun, kenapa rasanya seperti ada sesuatu yang menjahiliku.....tapi saat kucari tidak ada wujudnya" lirih Tamaki.
Riku menghela napas, kini ia sedang di dalam tenda i7 bersama Gaku, Tamaki, dan juga Nagi.
"N-Nanase....bisa kau cari tahu siapa yang mengganggu kami?" Tanya Gaku.
(Gak...kamu tuh badannya doang yang gede yak, nyalinya sih-)
(Berisik!!)
"Dia ada disini bersama kita, dan menikmati wajah takut kalian" ucap Riku santai tapi matanya menyipit ke arah sudut tenda.
"Yes! Itu benar!"
Riku pun menatap mereka bertiga.
"Dia tidak akan selesai mengganggu kalian, jika terus seperti ini. Dia akan berhenti jika kalian tidak terusik dengan gangguannya" jelas Riku.
Mereka bertiga termenung.
"Rikushi....kau mengatakan itu seakan telah mengenalnya" ucap Nagi.
Riku tersentak dan menutup mulutnya, dia sama sekali tidak berpikir panjang sebelum mengatakannya.
"Sepertinya kau menyembunyikan sesuatu ya....Nanase, Tenn pernah berkata seperti itu" ucap Gaku.
Riku terdiam, kemudian menghela napasnya.
"Maaf membuat kalian khawatir, tapi pasti aku akan memberitahu pada semuanya meski bukan sekarang" ucap Riku sambil tersenyum.
Mereka bertiga terpana melihat senyuman Riku yang belum pernah mereka lihat, senyuman itu sebenarnya pernah hilang 2x dari wajah Riku. Pertama, hilang karena kematian keluarga Nanase dan kedua, hilang karena kematian Takanashi Musubi.
Kini, kemampuan spesial Riku bukanlah hal yang rahasia. Semuanya mengetahui dan terkejut ketika mendengarnya.
Beberapa lama kemudian, para staff menyuruh mereka semua beristirahat. Hal ini Riku manfaatkan dengan meminum obatnya, dan mengecek ponsel miliknya.
"Bosan..." gumamnya sambil menyimpan ponselnya ke dalam tas.
Riku mengambil buku catatan kecil beserta pulpen, dia menulis rangkaian kata yang indah dan terkadang mencoretnya ketika salah.
"Sungguh rangkaian kata yang indah, Ricchan. Aku tak menyangka kau bisa membuat kata-kata yang indah itu" ucap Ayana sembari duduk di sebelah Riku.
Riku tersenyum kecil.
"Aku mulai menulisnya sejak 14 tahun, Musubi kaa-san lah yang menjadi inspirasiku! Dia benar-benar hebat, aku sangat mengaguminya!" Ucap Riku sambil tersenyum.
Tapi senyum itu memudar perlahan.
"Sampai kemudian, Musubi kaa-san meninggal karena sakit yang parah, saat itu aku merasa....kosong dan semuanya menjadi monokrom"
Ayana menatap Riku dengan sendu.
"Tapi saat melihat tulisan ini aku sadar....seseorang yang kukagumi meninggal bukanlah penghalang, malah setiap mengingatnya aku selalu menuangkan semuanya ke dalam catatan ini" jelas Riku.
Ayana tersenyum mendengarnya.
"Kalau begitu, aku juga akan membantumu. Aku juga akan menuangkan semua perasaanku dalam catatan ini"
Riku menghabiskan waktu dengan berkutat pada sebuah buku bersama Ayana, tanpa Riku sadari jika member i7 yang lainnya pergi mencari.
. . .
"Yeayy selesai~!" Sorak Riku senang.
Ayana menatap buku catatan itu dengan tatapan berkaca-kaca.
"Akhirnya lengkap...." lirih Ayana.
Riku menatap Ayana sambil tersenyum kecil.
"Bagaimana perasaanmu, nee-chan? Bagaimana rasanya janjimu sebagai komposer terpenuhi?" Tanya Riku.
Air mata mengalir dari kedua bola mata Ayana, rasa bahagia menyelimuti Ayana seluruhnya.
"A-Aku senang! Akhirnya....aku bisa memenuhi janjiku meski melalui dirimu, Ricchan" lirih Ayana sambil menghapus air matanya.
Riku tersenyum, kemudian dia menatap catatan di hadapannya yang memiliki judul 'Hatsukoi Rhythm' di atasnya.
Sampai...
"Ternyata kau disini, Nanase-san!"
"Huwaaa!"
Iori tiba-tiba membuka pintu tenda dan membuat Riku terkejut, Riku dengan cepat menyimpan buku catatan itu ke dalam tasnya.
"Sedang apa kau disini?" Tanya Iori.
"Sepertinya aku ketiduran setelah meminum obat" bohong Riku sambil tertawa kosong.
Iori menghela napasnya dan duduk di depan Riku.
"Lain kali bicaralah padaku, kau tahu betapa paniknya kami tadi? Bahkan Osaka-san panik seperti seorang Ibu yang kehilangan anaknya" ucap Iori sambil mengelap keringat di dahinya.
Riku termenung, kemudian terkekeh pelan.
"Aku tahu kok...."
Riku kemudian menatap Iori sembari tersenyum.
"....Terima kasih sudah mengkhawatirkanku"
"....!?"
Iori langsung menolehkan wajahnya yang telah semburat merah itu, Riku hanya menatap Iori dengan tatapan 'Apa aku mengatakan sesuatu yang salah?'
Tapi kemudian Riku terkekeh dan bergumam, "Dasar tsundere"
. . .
Hari ini cuaca sangat panas sekali, semuanya enggan melakukan aktivitas apapun jika cuaca seperti ini.
"Hari ini hot sekali desu, aku tidak tahannn" keluh Nagi yang sedang mengipasi dirinya dengan kipas tangan bergambar Cocona.
"Iya, padahal kemarin tidak sepanas ini" ucap Yamato yang tengah membuka minuman kaleng dingin.
"Kemarin panas, gara-gara permainan neraka itu..." ujar Mitsuki dengan kipas listriknya.
Riku menatap keluar tenda, dan menatap rumah itu dengan sendu.
Jadi ingat....dulu jika panas seperti ini, kami akan menyalakan pendingin ruangan dan memakan popsicles ataupun semangka dari kebun batin Riku.
"Apa kau ingat Ricchan? Kau selalu mengeluh jika disaat panas seperti ini" ucap Ayana yang masih setia di sebelah Riku.
"Iya, Ibu sangat kebingungan saat itu. Aku merasa kepanasan dan kipas saja tidak cukup mendinginkan tubuh, ketika pendingin ruangan dinyalakan....aku malah merasa kedinginan dan berakhir mendapat serangan asma" gumam Riku sembari mengingat-ingat lagi.
Ayana terkekeh mendengarnya.
"Haha benar! Aku dan Tencchan juga bingung harus bagaimana"
Riku tersenyum kecil, sampai dia merasa sesuatu menepuk kepalanya.
"Nanti malam akan sangat dingin, tidak baik untukmu berada disini. Kau bisa masuk ke dalam rumah, dengan kunci di rak sepatu paling bawah" ucap Itsuki sambil tersenyum pada Riku, Riku dan Ayana sempat terkejut dengan kedatangan Itsuki yang tiba-tiba.
Riku terperangah dan terdiam sejenak, hingga kemudian dia mengangguk pelan.
Sepertinya Riku ada kesempatan untuk mencari aransemen lagu milik Ayana dan kejutan yang dimaksud Ayana juga, Riku tidak menyangka cuaca malam yang dingin dapat membantunya memasuki rumah itu tanpa diketahui siapapun.
"Nanase-san, jangan melamun. Melamun itu tidak baik untukmu" ucap Iori sambil menepuk pundak Riku.
Riku sedikit tersentak dan menatap Iori.
"Maaf, cuacanya sangat panas. Aku jadi melamunkan popsicles dan semangka" ucap Riku tersenyum kecil.
Yah....sepertinya apa yang diucapkan Riku membuat member i7 memiliki ide.
"Itu ide bagus, Rikkun!" Seru Tamaki.
"Eh?"
"Kalau begitu, kita bilang pada manajer terlebih dahulu" ucap Nagi.
"Ehh??"
"Haah~ aku benar-benar menantikannya" ucap Mitsuki.
"Ehhhhh?? Apa sih maksud kaliannn~! Aku nggak ngertii!" Seru Riku.
Sementara itu dari teras depan....
"Sepertinya kita tidak perlu khawatir lagi" ucap Akio sembari menatap tenda i7 yang ramai.
Itsuki tersenyum kecil.
"Kau benar, hanya saja tinggal 1 lagi dan kita akan pergi...." ucap Itsuki sambil menatap tenda Trigger, lebih tepatnya menatap Tenn yang tengah berbaring.
"Ayah dan Ibu tenang saja! Urusan Ricchan serahkan padaku~" ucap Ayana sambil menunjuk dirinya dengan bangga.
Akio dan Itsuki berencana menulis surat khusus untuk Tenn, dan menyuruh Riku untuk memberikannya di waktu yang tepat.
Karena misi Akio dan Itsuki sedari awal adalah menyampaikan perasaan mereka selama ini kepada Tenn, dan juga....menyampaikan perpisahan dengan benar kepada Tenn.
Sedangkan misi Ayana adalah memenuhi janjinya yang belum terpenuhi, dan satu-satunya orang yang bisa membantunya hanyalah Riku.
"Ah benar, kau masih akan disini hingga itu bukan?"
Ayana mengangguk dan menatap Riku yang bersenang-senang dengan tatapan sendu.
"Iya, hingga saat itu"
TBC
Next!
Chapter 10: Will
Haah....ulangan matematika memang menyebalkan
Harus bisa menghitung ini dan itu, sedangkan menghitung rasa cintanya dia aja belum bisa kuhitung eaaaaa //plak!
Fiks! Penyakit ke-gaje-an ku kumat, awas nular minna!😂😂
Hehehe....
See you next in chapter 10!
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top