8. Promise

Sore hari datang lebih cepat tanpa mereka sadari, mereka semua sedang bersiap untuk pergi ke lokasi yang para staff sebutkan sebelum permainan neraka itu.

Semua berjalan ke arah bukit sambil memandangi pemandangan lingkungan sekitar saat sore hari, Riku hanya bisa merasa flashback ketika ia kecil. Dulu, dia dan Tenn selalu pergi ke pohon sakura di bukit sekitar untuk bermain bahkan tempat itu menjadi saksi sunyi perjanjian kecil mereka.

"Riku-nii, perhatikan langkahmu" ucap Tsumugi yang sudah berada di sisi Riku.

"Eh..."

THUD!

Kakinya membentur batu besar yang ada di bawahnya.

"Ahh....ittai..." lirih Riku.

Tsumugi hanya terkekeh dengan kecerobohan Nii-chan nya itu.

"Selalu ceroboh..." ucap Yamato sambil terkekeh.

Yang lain mengangguk setuju, sedangkan Riku hanya tersenyum.

"Kan kalau tidak ceroboh, bukan Nanase Riku namanya!" Ucap Riku sambil menunjukkan deretan giginya sembari tersenyum manis.

"Haha....tipikal Riku"

Trigger hanya menatap aura kekeluargaan di sekitar I7, mereka sedikit iri dengan kekompakan I7, terutama Tenn. Dia tidak pernah lagi merasakan aura kehangatan dari sebuah keluarga, dia hanya merasakan sebuah tekanan dari seorang Kujo Takamasa.

"Awh...senja nya bagus ya?" Tanya Ryuu.

Tenn dan Gaku menatap langit senja.

Seperti saat itu....senja nya mirip dengan yang kulihat di Pantai Tokyo saat aku kecil, senja yang membawa sebuah kenangan manis namun juga membawa kenangan pahit batin Tenn.

"Aku ingin tahu kenapa Ayah, Ibu, dan Nee-chan tidak pernah membalas suratku..." gumam Tenn.

Tenn....jika saja kau tahu apa yang terjadi, apa yang akan kau lakukan? Apa kau akan marah pada Riku karena tidak memberitahukan yang sebenarnya? Atau justru kau membangkang pada Kujo Takamasa dan membiarkannya menghancurkan hidupmu?

Saa....tidak ada yang tahu apa yang terjadi, kita hanya bisa berharap jika Riku bisa menyelesaikan tugas pentingnya sebelum waktu besarnya tiba.

_________________//

Mereka berjalan, mendaki, bahkan berlari. Entah apa yang mereka hadapi saat berjalan ke lokasi pohon sakura itu, hanya pohon-pohon yang tahu. (Aku ngga dikasih tauu....hidoiii T_T)

"Nah ini dia tempatnya!"

Mereka melihat tempat itu....

"Uwahhh....."

.....dan mereka terpana seketika.

Pemandangan matahari terbenam dengan pohon sakura yang berguguran menghiasi pandangan mereka, banyak yang mengunjungi tempat itu termasuk kuil di dekatnya.

"Wahh....jadi rindu" ucap Tsumugi.

Riku terkekeh.

"Aku akan pergi menyewa kamera terlebih dahulu" ucap Riku.

"Okee!"

Mereka semua berpencar, begitu juga para staff.

"Permisi...."

Riku memanggil salah satu karyawan disana.

"Iya-ah! Riku! Sudah lama tidak bertemu!"

"Haha benar, sudah lama ya....Yuka-san"

Izunari Yuka adalah salah satu karyawan di kuil dan tempat pohon sakura itu, dia juga salah satu tetangga Riku bahkan sahabat dari Ayana saat sekolah.

"Tumben kau kesini, bukankah peringatan kematian mereka sudah lewat?" Tanya Yuka.

Riku menggaruk tengkuknya.

"Haha....hanya ada sedikit pekerjaan, aku juga kemari bersama Tsumu-chan, teman-temanku, dan juga Tenn-nii" balas Riku.

Yuka terlihat senang dengan kedatangan i7 dan Trigger, kan dia juga fans dari dua grup itu haha.

"Nah ini kamera nya" ucap Yuka.

Riku mengambilnya dan tersenyum.

"Terima kasih, Yuka-san"

Yuka langsung memeluk Riku karena menurutnya Riku itu imut seperti kelinci, ah tidak....seperti malaikat. Terkadang Yuka selalu mengatakan jika Riku adalah seorang malaikat yang turun ke bumi.

"Maaf aku memelukmu tiba-tiba, senang bertemu denganmu lagi" ucap Yuka.

"Iya, aku juga!"

Kemudian, Riku kembali ke tempat Tsumugi menunggu. Mereka berdua tidak tahu, jika setiap gerak gerik mereka dilihat oleh member i7 lainnya, Trigger, dan para staff.

"Tsumu-chan! Aku sudah mendapatkan kameranya!" Seru Riku.

Tsumugi terkekeh dengan tingkah Kakak angkatnya itu.

Kemudian, mereka mulai mengambil foto di setiap sudut. Yang lainnya juga melakukan hal sama seperti kakak-adik itu.

Tenn melihat sebuah pohon sakura yang kini tengah menggugurkan bunganya, entah kenapa ia merasa tidak asing dengan pohon itu. Dia seperti melupakan sesuatu.....sesuatu yang penting...

______________//

Setelah banyak kegiatan yang dilakukan, mereka pun kembali ke lokasi tenda dan kembali bersiap untuk kegiatan selanjutnya.

Selanjutnya adalah jurit malam tim 3, semoga saja aku bisa bertemu mereka lagi batin Riku.

. . .

Tim 3 kini sedang melakukan jurit malam di bagian halaman belakang yang luas, suasana dingin dan mencekam....hawa yang sangat pas untuk saat ini.

"Riku, apa kau merasa dingin?" Tanya Mitsuki.

Riku menggeleng.

"Tidak kok"

Mitsuki mengusap tangannya yang merinding dan dingin, entah kenapa ia merasa jika ada sesuatu yang mengawasi mereka.

"Gaku-"

Ah....

....ternyata itulah yang membuat Mitsuki merinding-

"A-apa sih Tenn?!"

-Tenn ternyata sedang mengeluarkan aura mencekamnya, karena Gaku yang kini tengah menarik jaketnya seperti anak kecil.

"Bisakah kau melepas jaketku? Tak sudi jaketku disentuh oleh orang sepertimu" ucap Tenn dengan aura mengerikan di sekelilingnya.

Gaku bergetar ketakutan, dan melepas jaket Tenn.

"Malaikat berhati iblis, malaikat berhati iblis...." gumam Gaku.

Riku dan Mitsuki hanya sweetdrop melihatnya.

CIT!

Tiba-tiba, mereka mendengar sesuatu seperti seseorang duduk di sebuah ayunan di belakang mereka. Sontak mereka berdempet dan menatap ayunan itu dengan seksama.

"A-apa itu...." lirih Gaku.

"Ishh Gaku! Bisakah kau tidak bersandar di tubuhku?!" Kesal Tenn.

Riku melangkah ke arah ayunan itu, Mitsuki berusaha mencegahnya tapi dia terlambat.

"Heyy....Rikuu" lirih Mitsuki.

Riku duduk di sebelah ayunan yang kini tengah berayun-ayun seakan ada seseorang disana, yah....memang ada tapi tidak dapat dilihat oleh manusia biasa.

"Kenapa malam-malam begini kau di luar? Itu tidak baik untuk kesehatanmu" Ternyata itu Ayana!

Riku terkekeh pelan.

"Aku sedang jurit malam bersama temanku, dan kurasa kau menakuti mereka"

Gaku dan Mitsuki terdiam ketika mendengar Riku berbicara seorang diri, kecuali Tenn yang memang tahu kemampuannya.

"Aku menakuti mereka ya? Khu khu....aku jadi ingin mengerjai mereka, apakah boleh?" Tanya Ayana dengan seringai jahil di wajahnya.

"Boleh!" Dengan polosnya Riku menyetujui itu, apa dia tidak kasihan dengan teman-temannya?

"Riku.../Nanase..."

Riku menatap ketiga orang yang hampir ia lupakan.

Hahh....

Sebaiknya jangan terlalu fokus jika berbicara dengan sesuatu, kan lupa sama teman sendiri.

(Baiklah! - Riku)

Baguslah jika ia mendengarkan...

"Hanya salah satu penunggu rumah ini, dia bertanya padaku sedang apa disini, aku jawablah! Kaa-san bilang, tidak baik mengabaikan orang ketika seseorang itu sedang berbicara dengan kita"

Terdiam.

Hanya itu ekspresi yang mereka tunjukkan.

"T-tunggu....! K-kau bilang....salah satu....penunggu rumah?" Gagap Gaku.

Riku mengangguk polos.

"Iya, malah dia ingin menakuti kalian loh, soalnya kalian itu lucu~" ucap Riku sambil tersenyum.

. . ,

"HUWAAAAAAAAAAA! KU NGGA MAUUUUUUUUU!"

Gaku berlari dengan sangat cepat ke belakang Tsumugi yang sedang duduk di tempat pantau, dan tentu saja yang lainnya tertawa terbahak-bahak melihat Gaku berlari ketakutan seperti itu.

Riku hanya memiringkan kepalanya.

"Hng? Apa yang salah dengan ucapanku?"

-lanjut!-

"Ehhh~ kenapa diberi tahu sih?" Keluh Ayana sambil memajukan bibirnya.

"Jangan ganggu ishh....sana pergi! Tuh dipelototin ama siapa tuh...tuh" ucap Riku sembari menatap balkoni teras belakang.

Disana Itsuki dengan senyum di wajahnya tengah berdiri dengan tangan di belakang, tapi menurut Ayana itu senyum mengerikan....terutama saat Itsuki marah.

"A-ya-na....ayo masuk ke dalam rumah~" ucap Itsuki.

"Tidak!"

"Ara~ tidak mau ya?~"

.........

"Huweeee....Ricchan~ tasuketeeee"

Riku hanya melambaikan tangannya pelan, dan menatap Mitsuki dan Tenn yang berkumpul di pohon sakura halaman rumah itu.

"Kenapa kalian disini?" Tanya Riku.

"Ah...tidak, di batang pohon ini ada tulisan. Tapi sulit untuk dibaca..." balas Mitsuki.

Riku melihat pada apa yang ditunjuk Mitsuki, dan seketika matanya membulat.

I-ini kan....batin Riku.

Selalu bersama sampai seterusnya! Itu adalah janji!
- N.R - N.T - N.A

Flashback

Ayana mengukir sesuatu di batang pohon sakura menggunakan pisau pahat miliknya, kedua adiknya bingung dengan apa yang ditulis Kakaknya itu.

"Nah selesai!" Seru Ayana sambil mengelap keringatnya dengan lengan bajunya.

Tenn dan Riku melihat apa yang ditulis Kakaknya itu.

"Kita akan terus bersama! Kita akan membentuk unit idol sendiri-"

Ayana menunjuk Tenn.

"Kau akan menjadi center, Tencchan!"

"Yeayy~"

Ayana menunjuk Riku.

"Kau akan menjadi center juga, Ricchan!"

"Yatta~ bersama Tenn-nii!"

Ayana menunjuk dirinya sendiri.

"Aku akan menjadi leader dan komposer unit kita, yang kuberi nama RainStars!" Ucap Ayana sambil tersenyum.

"Janji ya?"

"Un!"

"Pohon ini menjadi saksi bisu kita, jangan sampai lupa yaa~"

Flasback end

Riku memegang ukiran yang sudah tidak jelas itu.

"Hanya tinggal kau, Nee-chan. Hanya kau yang masih belum memenuhi janji itu, dan maaf....belum bisa memenuhi keinginanmu" lirih Riku.

Untung saja Mitsuki dan Tenn tidak mendengarnya, namun Ayana mendengarnya.

"Tidak apa, Ricchan. Karena semua itu akan terpenuhi..."

Para staff memanggil kembali Tenn, Mitsuki, dan Riku karena waktu telah habis, dan sudah waktunya makan malam.

Ayana menatap Riku dan Tenn sambil tersenyum kemudian menatap langit malam dengan bintang-bintang yang bersinar terang.

"....meski melalui dirimu, Ricchan"

TBC

Next!
Chapter 9: I

Akhirnya bagian 8 selesai juga~
Maaf ya minna, untuk sub story/behind the scene akan ku tunda dulu untuk menyelesaikan main story, aku minta maaf sekali... 😶😶
See you in chapter 9~

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top