10. Will
"Emhh....enakk!"
"Ya kan?"
Saat ini mereka sedang menikmati popsicles dan semangka segar yang dibeli di toko terdekat.
"Kalian hebat bisa menemukan ide seperti ini" ucap Gaku yang tengah memakan semangka porsi besar.
Member i7 terkekeh.
"Riku-kun lah yang membuat kami memiliki ide seperti ini" ucap Sogo sambil tersenyum.
Riku yang sedang mengemut popsicles langsung menatap Sogo, dan memiringkan kepalanya.
Mereka semua berterima kasih pada Riku untuk solusi menghadapi cuaca panas ini, namun tanpa mereka semua sadari....mereka kembali membuka luka Riku yang sebelumnya tertutup rapat.
Suasana seperti ini....sama seperti saat dulu....jika saja....mereka masih hidup, mungkin aku masih merasakannya batin Riku.
Mata Riku berkaca-kaca perlahan, padahal Riku berusaha menghentikannya. Kemudian, Riku merasa ada seseorang yang memeluknya dari belakang.
"Kau rindu dengan suasana dulu disaat seperti ini?" Tanya Ayana.
Riku mengangguk.
"Yah...aku pun sama, tapi ini sudah 10 tahun Ricchan...dan kau juga sudah memiliki keluarga baru, berilah mereka kebahagiaan" ucap Ayana sambil tersenyum.
Riku terdiam, dan menatap Tsumugi yang tersenyum bersama yang lainnya.
"Nee-chan benar...." gumam Riku.
Kemudian, sesuatu terjatuh di pangkuan Riku. Riku mengambil amplop itu, dan membaca bagian depannya.
Teruntuk Tenn
"Tulisan ini...."
Riku menatap belakangnya.
"Riku?" Tanya Yamato.
Yang lainnya menatap Riku yang tiba-tiba menatap belakangnya dan beranjak dari duduknya, mereka pun memutuskan untuk mengikutinya.
. . .
Riku pun sampai di halaman belakang, disana ia melihat kedua orang tuanya yang tengah menatapnya sambil tersenyum.
"Kenapa..." lirih Riku.
"Selama 10 tahun kami menunggu, dan saat ini adalah saat yang tepat...misi kami adalah menyampaikan perasaan kami yang tak tersampaikan pada Tenn, bagaimanapun caranya" jelas Itsuki.
"Riku, surat yang kau pegang...berikanlah pada Tenn di waktu yang tepat.....jagalah dirimu disini, kami menunggumu disana" ucap Akio.
Air mata Riku mengalir dengan deras, sembari menatap orang tuanya yang perlahan menghilang.
Yang lainnya menatap Riku sendu sekaligus curiga, mereka curiga jika Riku memiliki hubungan dengan rumah itu.
Ayana juga sama seperti Riku, tapi dia tahan karena dia senang orang tuanya tidak akan terjebak selamanya di dunia ini. Ayana menepuk pundak Riku dengan pelan.
"Misi mereka sudah selesai, Ricchan. Mereka akan pergi ke tempat yang lebih indah daripada dunia ini, dan kau juga akan segera bertemu dengan mereka"
Riku menghapus air matanya dan mengangguk pelan, ia tadinya ingin berbicara lebih lama dengan orang tuanya saat malam hari nanti, tapi ternyata mereka pergi terlebih dahulu.
Riku menoleh ke belakang dan melihat yang lainnya, dia sedikit tersentak tapi kemudian tersenyum.
Tsumugi berlari dan memeluk Riku, Tsumugi tahu semuanya...ah tidak hanya Tsumugi, keluarga Takanashi tahu semuanya. Mereka mengetahuinya saat berlibur di kediaman Nanase bersama Musubi.
"Tidak apa, Riku-nii. Kau tidak perlu memaksakan dirimu untuk menjelaskan kepada mereka, kau bisa melakukannya ketika kau sudah siap" ucap Tsumugi sambil mendongak menatap Riku lekat.
Riku terdiam dan kemudian dia terkekeh kecil.
"Iya, Tsumu-chan"
Mereka tersenyum sembari menatap satu sama lain.
Hingga kemudian...
"Hareudang, hareudang, hareudang. Panas, panas, panas"
Riku dan Tsumugi menatap Gaku yang tiba-tiba bernyanyi dengan lantang.
"Selalu, selalu, sela-"
DUAK!
Tenn menyikut Gaku dengan keras, dan menatapnya dengan tajam.
"Dasar perusak suasana"
"Sakit oi!"
Yang lainnya tertawa melihatnya, begitu juga dengan Riku.
"Nee-chan dan Tenn-nii sama saja" gumam Riku.
"Yah itu karena dia memang seru untuk dijahili, melihat ekspresinya membuatku ingin tertawa" timpal Ayana.
Sejenak....mereka lupa dengan apa yang terjadi.
.
.
.
Malam hari pun datang, kini tidak ada jurit malam karena cuacanya yang tiba-tiba turun drastis. Dan mereka memilih untuk berada di tenda mereka dengan penghangat.
Saking enaknya di tenda dengan penghangat, mereka tertidur dengan cepat....kecuali Riku.
Sekarang atau tidak sama sekali batin Riku.
Dia berjalan menuju teras depan dan mencari kunci rumah yang diselipkan di rak sepatu, setelah menemukannya dia membuka pintu rumah dan mengambil kuncinya kembali lalu menutup pintu.
Di dalam lumayan gelap, tapi kemudian dia menyalakan lampu ruang keluarga yang lumayan....bersih.
"Bersih...kok bisa?"
Riku heran, rumah yang ditinggalkan pemiliknya selama 10 tahun itu terlihat bersih meski ada sedikit debu.
Kemudian Riku menyalakan pemanas di ruangan itu, dan duduk di sofa yang empuk.
"Wahh empuk!"
Riku berbaring di sofa itu sambil menikmati empuknya sofa, tapi kemudian Ayana memanggil.
"Ricchan! Jika ingin tidur, pergilah ke kamarmu"
Riku menatap Ayana yang berdiri di tangga, kemudian menghampirinya.
"Baiklahhh"
Ia berjalan menuju lantai 2 dan menemukan pintu kamar berwarna merah.
"Kamarku...."
Dengan hati-hati dia membuka pintu kamar itu, dan ia melihat tatanan kamarnya yang masih seperti dulu.
"Masih sama..." gumamnya.
"Ricchan, aku baru ingat. Aransemen lagunya berada di komputermu, dan untuk kejutannya....kau harus cari sendiri di sekitar kamarmu"
Riku menyalakan komputer yang sudah lama tak terpakai, dia berpikir...memangnya tidak rusak?
Tapi untungnya tidak rusak, Riku mengubungkan komputer dengan ponselnya menggunakan kabel data, kemudian mencari data aransemen milik Ayana.
"Huh?"
Aransemen lagu pertamaku.mp3
Riku memindahkan datanya dan mencoba mendengarkan lagu itu, kemudian membaca rangkaian kata yang ia tulis bersama Ayana.
Melodinya yang indah...
Ditambah dengan rangkaian lirik yang indah...
"Sempurna...!"
Menjadikan sebuah lagu yang indah dan siap digunakan.
Kemudian Riku mencari kejutan yang dibicarakan Ayana, dia mencari di kabinet, kolong kasur, lampu yang di meja, rak buku, meja komputer, dan kamar mandi.
"Ngga ada, tinggal 1 lagi..." gumamnya sambil menatap lemari baju.
Dia membuka lemari baju itu dengan perlahan.
"!"
Matanya membulat kala melihat 10 set kostum dengan warna yang berbeda-beda, 7 dengan style sama dan 3 dengan style yang berbeda.
"Nee-chan...apa ini?" Tanya Riku yang masih terkejut.
Ayana menggaruk pipinya yang tak gatal itu.
"Aku tadinya ingin membuat kostum untuk kau dan Tencchan, tapi karena aku tidak tahu warna kesukaan kalian, jadi aku membuatnya dengan 10 warna" Balas Ayana.
"Kau mengerjakannya berapa hari?"
"Etto....5 hari? Aku mengerjakan 2 kostum dalam 1 hari"
Riku terdiam dan menatap Ayana dengan tatapan yang tak bisa diartikan.
Kau tahu jika kamarku semuanya berwarna merah! Itu berarti aku suka warna merah! Lalu untuk apa aku meminta Ayah dan Ibu membelikanku furnitur berwarna merah? Kesal Riku dalam hati.
Riku menghela napasnya, dan melipat 10 kostum itu dengan rapih dan kemudian memasukkannya ke dalam tas.
"Buat apa 10 kostum itu?" Tanya Ayana.
Riku tersenyum.
"Aku akan memberikannya pada teman-temanku, tidak apa kan? Mungkin aku dan yang lain akan menggunakannya pada konser nanti, sekaligus menyanyikan lagu milikmu itu" Jawab Riku.
Ayana mengangguk dan menyetujui idenya.
"Baiklah! Cepat tidur, sekarang sudah malam!"
"Baikkk!"
---
Hari Kelima
"
Huwaaa!! Rikkun hilang!" - Tamaki
"Oh my god! Riku where are you?!" - Nagi
"Riku! Kau dimana?!" - Yamato
"Riku-kun!" - Sogo
"Riku!" - Mitsuki
"Nanase-san!" - Iori
"Nanase!" - Gaku
"Riku-kun!" - Ryuu
"Nanase-san!" - Tenn (mode kerja)
"Riku-nii!" - Tsumugi
Semuanya berseru dan berpencar untuk mencari Riku, sedangkan Riku masih terbaring di kasur dengan nyaman.
"Ricchan, bangun. Ini sudah pagi, dan teman-temanmu mencarimu" ucap Ayana.
Riku membuka matanya perlahan, kemudian meregangkan tubuhnya.
"Ohayou, Nee-chan"
"Ohayou, cepat bersiap, kau tidak mau membuat teman-temanmu khawatir bukan?"
Riku mengangguk pelan, dan berjalan ke kamar mandi.
Setelah siap, ia pergi keluar dengan menggendong tasnya dan heran ketika melihat yang lainnya yang panik.
"Kalian mencari apa?" Tanya Riku.
"Bukan apa, tapi siapa" koreksi Mitsuki yang masih fokus mencari Riku.
"Yaudah, diulang. Kalian mencari siapa?" Tanya Riku lagi.
"Mencari Riku-kun, dia menghilang dari tenda" Balas Sogo yang mencari Riku diatas pohon cemara di depan rumah.
"Ooh gitu, yaudah deh aku ikut nyari ya!"
Riku pun ikut mencari seperti yang lainnya, dia mencari di halaman depan bersama Iori.
"Apa Iori sudah menemukan Riku?" Tanya Riku.
Iori menggelengkan kepalanya.
"Bagaimana denganmu?"
"Belum" ucap Riku.
"Baiklah, ayo kita cari lagi" ucap Iori yang masih mencari.
"Ayooo!"
Riku mengikuti Iori kemana pun dia pergi, dan yang lain masih belum menyadari jika Riku ada disana bersama mereka, rasanya seolah-olah Riku berwujud transparan, dimana suaranya masih bisa terdengar tapi wujudnya tidak.
Pencarian itu berlangsung hingga sore hari, karena Riku capek jadi dia kembali masuk ke dalam dan berbaring di sofa yang empuk.
Hari kelima tidak diisi dengan kegiatan apapun karena pencarian Riku yang tak kunjung ditemukan.
"Huh...nyebelin, masa mereka ngga sadar sih" gerutu Riku sambil memakan cemilan yang diam-diam ia beli di konbini.
Ayana hanya terkekeh dan menggeleng kepalanya pelan.
"Rahasia tidak bisa disembunyikan di waktu yang lama, suatu saat akan ada seseorang yang curiga akan apa yang kita sembunyikan"
Raut Ayana berubah menjadi serius.
"Sepertinya besok akan ada sesuatu, dan ini menyangkut rahasia yang disembunyikan Ricchan"
Ayana tersenyum kecil.
"Tak sabar ingin melihat ekspresi Tencchan ketika mendengarnya"
TBC
Next!
Chapter 11: Treasure
"Kebenaran akan rumah itu dan identitas 3 orang yang menghantui rumah itu akan terungkap, bagaimana ekspresi mereka ketika mengetahuinya?"
Wah...udah chap 11 lagi, terus nanti chap 12...dan selesai deh MyMemo S1 hehe....
Masih belum ada sedihnya ya....kalau S1 memang belum ada kan ya, jadi mungkin di S2 ada...
Okelah
See you next chapter~
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top