Bab 9

Riuh suara para mahaiswa mengutarakn aspirasinya membahana ke seluruh sisi jalan, panas dan gerah tidak mereka gubris, tindakan berlandaskan solidaritas mereka gaungkan, tapi apa mereka tahu perbuatan mereka sudah dalam ranah kebenaran atau hanya dimanfaatkan beberapa provokator tak bertanggung jawab.

Terutama bagi kalangan mahasiswa yang katanya mereka insan berilmu, intelektualitas mereka diatas rata-rata, namun daya saring informasi mereka masih nol, mereka masih dengan mudah memproses informasi-informasi baru tanpa mengkroscek ulang kebenarannya. Mereka hanya yakin apa yang di umbar-umbar sebagian besar masyarakat adalah kebenaran yang mutlak. Padahal semua itu salah.

Fitnah akan dengan mudah tersiar daripada kebenaran itu sendiri, karena fitnah terdengar begitu manis di bibir dan enak didengar telinga lebih banyak orang. Nyatanya kebenaran itu sendiri menjadi hal yang absurb dan sama sekali tidak nyata. Pertumbuhan teknologi yang kian pesat sangat mendorong tindak kejahatan halus merajalela, dan membuang jauh kebenaran yang hakiki.

Terkadang pertanyaan tentang mahasiswa itu adalah tangan panjang dari rakyat, mereka hanya melakukan kebenaran untuk membela rakyat yang tidak mampu dari angkuhya peguasa negeri ini. Benarkah adanya?

Mahasiswa saja kalau ditodong pertanyan langsung mengapa kalian ikut demonstrasi ini, mereka pasti kebanyakan akan menjawab, entahlah kami hanya ikut-ikutan, diajak senior, kata teman-teman ni adalah cara kita memperoleh keadilan, kata bapak ini kata ibu itu semua ini sudah benar, tapi mereka sama sekali tidak memiliki basic pemikiran yang benar tentang sutu kasus yang mereka suarakan.

Apakah dampaknya benar-benar akan menjadi yang terbaik untuk rakyat kecil ataukah hanya menjadi permainan pemeritah untuk mendapat simpati lebih banyak orang lagi.

Seperti saat ini tepat dihadapan Zarra, dia sedang meliput berita tentang demonstrasi mahasiswa di depan gedung DPR, mereka menggaungkan anti RUU omnibuslaw yang menyengsarakan kaum buruh dan mensejahterakan kaum borjuis, apakah hal yang mereka gaungkan ini benar?

Alangkah baiknya seadainya semua ini benar, mereka dengan damai menyuarakan aspirasi mereka dan pihak pemerintahpun dengan lapang dada menerima segala aspirasi yang ada dan menarik grais tengah sebaik dan seadil mungkin untuk masing-masing pihak.

Yah itu hanya ada di benak Zarra, tidak banyak orang yang akan berfikiran demikian, karena memang manusia itu sejatinya memiliki rasa tamak akan kekuasaaan meskipun hanya secuil. Mereka juga rasa iri kepada kesuksesan orang lain.

“Duh, dimana ya, kok ga ada?” Zarra sibuk mengobrak ambrik tas ransel miliknya, dia tahu dia akan membutuhkan benda itu disituasi seperti ini. Benda yang akan membedakannya dengan puluhan massa itu. Namun Nihil, dia sama sekali tidak menemukan benda itu dimanapun.

“Nyari apaan Ra?”

“Tanda pengenalku hilang Ron udah aku cari kemana mana tapi gak ada. Gimana ini?”Padahal ini baru seru-serunya aku harus mendapatkan berita kali ini. Mata Zarra pun berbinar melihat kumpulan. Tidak  beratus-ratus orang mahasiswa didepannya.

“Udah bikin lagi aja, toh hari ini kita gak ngantor jadi tidak perlu bawa-baa benda seperti itu,” jawab Roni santai sambil terus mengambil gambar keadaan sekitar yang mulai ramai.

“Bener juga sih, yaudah lah nanti aku minta buatkan lagi saja, Lah Ron dimana kamu?” baru ditinggal melengos sebentar saja parter Zarra itu sudah menghilang entah kemana, mereka berdua itu sangat gila konten, jadi mereka terkadang memburu hal-hal yang mereka anggap bagus secara terpisah baru nanti disatukan menjadi sebuah berita yang bagus.

“Sudahlah biarkan dia dengan tugasnya, dan sekarang saatnya Zarra si calon  wartawan VVIP beraksi.” Zarra kemudian mendekat kearah kerumunan massa.

Pertamanya memang mereka semua berdemo dengan baik, megikuti tata cara  demonstrasi yang sebenarnya, namun ada beberapa pihak yang tidak menyukai demo yang biasa-biasa seperti ini, entah mereka dibayar untuk melakukan ini ataukah memang mereka berpikiran kalau demo dengan damai aspirasi mereka tidak akan didengar, lebih baik mengancam dengan lebih serus, pasti lebih di dengar.

Saat itulah bermunculan banyak provokator-provokator, para pendemo sudah mulai bertindak anarkis, kebenaran argumen mereka menjadi diertanyakan. Para penduduk yang nota bene bukan dari golongan terpelajarpun menjadi bertanya-tanya, apa ini sikap orang yang membela kami, kami sama sekal tidak menginginkan hal sejauh ini. Kami memang menolak apa yang pemerintah canangkan namun itu semua tidaklah membenarkan perbuatan anarkis mereka.

Zarra pun terjebak dalam kerumunan massa yang entah berapa jumlahnya itu, dia tidak bisa keluar, ditambah lagi para aparat kepolisian mulai mengamankan anak-anak yang mereka anggap meresahkan.

***

“Jika dalam lima belas menit lu tidak bersiap, awas saja,”

“Iya, iya, iya, sudah sana kalian semua keluar dari sini,” beberapa waktu kemudian terlihat Shaka sudah bersiap mengenakan kemeja biru laut dibalut jas berwarna hitam dan celana kain berwarna senada, jam merek terkenal keluaran terbarupun tersemat di tangannya. Sekarang penampilannya sudah sangat berubah meskipun wajah bantalnya tetap sangat tampan. Namun dengan balutan baju kerja membuat penampilannya sangat mempesona.

“Pak Joko, kali ini saya akan menyetir sendiri, bapak di rumah saja siapa tau nyonya dan tuan butuh sesuatu,” Kini mobil koenigsegg CCXR Trevit berwarna metalik meluncur kencang disusul Chevrolet milik Hito, mereka berdua adalah duo eksekutif muda terkeren yang pernah ada.

Mereka selalu menjadi perhatian siapapun yang dilewatinya, terutaman Delio, wajahnya yang rupawan serta auranya yang kental begitu luar biasa. Baik itu laki –laki maupun perempuan, tua muda semuanya terkesima dengan penampilannya. Klien juga sangat meyukai kemampuannya dalam memimpin perusahaan dan menangani beberapa masalah , dia sangat cekatan dan berwibawa.

“Akhirnya meeting selesai, Anda Luar biasa pak Delio, asalkan kepribadian pemalasmu tadi hilang kau benar-benar sempurna,” celoteh Hito megomentari atasnnya dengan santai meskipun masih menggunakan bahasa formal.

“Tidak perlu ditekankan lagi. Hari ini aku sedang malas berdebat denganmu,” Delio berjalan keluar dari ruang meeting menuju ke arah lokasi parkir mobil. “Setelah meeting apa jadwal selanjutnya assisten Hito?” meskipun mereka berdua adalah teman akrab sekaligus sepupuan saat mereka sedang membahas urusan kantor mereka akan bertingkah profesional.

“Anda ada janji makan malam bersama  paman anda, ah maksud saya Bapak Danu Ardan Leroy beserta putranya.”

“Baiklah, sekarang masih pukul 14.00, masih 4 jam an lagi sebelum waktu janjian,” kata Delio sambil melihat jam Rolex di tangannya. “Kalau begitu aku akan ke suatu tempat dulu, nanti aku akan menemui mu lagi.”

“Tapi, ah sudahlah, jangan sampai anda terlambat!”

Mobil mewah Delio melaju lancar di jalanan. Kali ini dia berencana mengembalikan name tags yang kemarin tidak sengaja dia bawa. Dengan pasti, dia segera meluncur ke alamat perusahaan yang ada di blik kartu pekerja di tangannya. Senym sumringah menggembang di wajahnya, membuat daya terikknya meningkat derastis

***

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top