Bab 10

Jam masih menunjukkan pukul 16.00WIB, para budak korporat masih sibuk-sibuknya mengerjakan berbagai macam pekerjaan yang tiada habisnya. Disudut ruangan tepatnya diruang tunggu lobbi gedung  ini, seorang lelaki berjas rapih sedang terpaku memandang benda kecil di tangannya, disesapnya kopi yang sudah dingin karena terlalu lama dibiarkan begitu saja. orang yang lalu-lalang selalu menyempatkan diri menatap sang lelaki. Sempurna di mata lawan jenis maupun sesama jenis.

Membosankan pasti jika menunggu hal yang tak pasti, namun laki-laki ini tetap pada posisinya sejak dia tiba dua jam yang lalu.

Sebenarnya dia memang sengaja menyempatkan waktu untuk mengunjungi seseorang. Seorang wanita yang beberapa hari ini mengusik perhatiannya. Tak biasanya dia tertarik dengan seorang wanita sampai seperti ini.

“Hei lihat siapa laki-laki tampan itu?” tanya salah satu karyawati kepada teman di sebelahnya. Begitu banyak bisikan-bisikan terdengar, mereka sedang membicarakan dia yang sekarang sedang duduk manis di lobbi.

“Kau lihat lelaki itu? Tadi aku lihat dia menaiki mobil super mewah kesini.” bisik karyawan yang lain yangs sekarang sedang mengintip dari balik tangga.

“Benarkah, orang sehebat itu ada urusan apa ya ke kantor ini?” tambah seseorang disampingnya. Disore yang seharusnya melelahkan bagi sebagian besar pekerja malah membuat semua orang mendadak heboh, semangat yang sudah menguap dati tadi langsung hinggap disetiap karyawan, mereka disibukkan oleh gosip-gosip yang membicarakan orang yang sama. Orang yang mencuri perhatian satu kantor bukan lebih tepatnya satu gedung penuh.

“Entahlah katanya dia sedang menunggu seseorang.”

“Duuh beruntung sekali gadis yang ditunggunya itu, dia sampai bela-bela in nunggu berjam jam begini.”

"egh...eghm..."

"eh ibu."

"apa pekerjaan kalian sudah selesai, kenapa kalian malah asyik bergosip disini. cepat selesaikan pekerjaan kalian!" omel seorang wanita paruh baya kepada semua karyawannya.

Sebenarnya dari tadi Delio mendengar berbagai suara yang sedang menggosip dibelakngnya, namun semua dia acuhkan, toh hal itu sudah biasa dia dengar. Yang dia inginkan sekarang adalah bertemu dengan orang yang memiliki name tag ditangannya itu.

Sebenarnya bisa saja dia menitipkannya kepada teman sekantor wanita itu tanpa harus susah payah menunggu berjam-jam seperti ini.

Semua itu dia urungkan. Entah apa yang dia pikirkan sekarang ini, didalam benaknya yang ada hanya dia ingin menyerahkan langsung kepada sang pemilik dengan tangannya sendiri.

“Pak, apa ada yang bisa saya bantu, atau kah bapak ingin saya memanggilkan seseorang?” Salah satu pegawai resepsionis dengan malu-malu memberanikan diri mendekat dan bertanya pertanyaan yang sama yang di lontarkan hampir seluruh mata di kantor ini.

“Tidak, tidak perlu, jika tidak mengganggu saya akan menunggu disini saja.”

Senyum maut Delio membuat seluruh karyawati di kantor ini meleleh, berita ada seorang eksekutif muda tampan sedang menunggu pujaan hati di lobbi pun segera meluas dengan cepatnya. Hampir semua orang di kantor berita ini mengetahuinya, tidak jarang mereka sengaja melintas untuk sekedar melihat seberapa tampannya si lelaki.

Dering ponsel miliknya membuyarkan angan Shaka, “Hallo, ada apa Hito?” Delio pun lalu melihat jam yang berada didinding atas resepsionis, jam menunjukkan pukul 17.30, tidak terasa waktu beralu begtu cepat, sebentar lagi jam makan malam. Saatnya dia pergi dari sini. Mungkin hari ini dia belum beruntung karena belum bisa menemui wanita itu, pikirnya.

“Delio, maaf kemungkinan gue gak bisa nemenin lu nanti saat makan malam, gue kejebak macet ini, rusuh dimana-mana. Tapi gue usahain bisa datang meskipun terlambat. Awas saja kalau lu kabur,” ancam Hito.

“Iya iya, ini mau menuju lokasi.” Ia pun bergegas menuruni tangga menuju basement. Dilajukannya mobil kesayangannya itu menembus padatnya lalu lintas ibu kota.

Pertemuan dengan salah satu anggota keluarga besarnya ini sebenarnya adalah hal yang sangat dia benci namun dia harus melakukannya, dia harus bisa masuk ke dalam lingkaran itu agar dia bisa mengorek sema bukti.

Hal pertama yang dia lakukan adalah menjalin hubungan dengan pamannya ini. Menurutnya pamannya yang satu ini tidak lah begitu berbahaya namun, informasi yang dimilikinya sangat penting.

Meski tidak memberi ancaman yang berarti,  tidak mudah untuk mengambil hati sang paman, tanpa ragu dia tetap mendatangi sang paman dan mulai menunjukkan keberadaannya. Bagaimanapun juga dia harus terlihat menakutkan, agar musuh-musuhnya tidak berani mendekat. Bahkan sebisa mungkin musuhnya tidak akan berani membayangkan untuk menyentuh dirinya.

“Selamat malam paman,” Delio membungkuk hormat sambil menjabat tangan sang paman.

Bapak Danu Ardan Leroy, pria berusia hampir setengah abad ini masih terlihat gagah dibalik busana formalnya, sama sekali tidak terlihat tua, hanya terlihat sangat matang. Dia merupakan salah satu pimpinan direksi yang saat ini Delio yakin bukan berada dipihaknya, Delio tahu bagaimanapun juga dia harus mencari siapa-siapa saja yang berada dipihaknya dan menyingkirkan siapapun yang akan menentangnya.

“Wah kau sekarang sudah sebesar ini, kapan terakhir kali aku melihatmu ya, hmmm, mungkin 10 tahun yang lalu, hahaha” tawa renyah terdengar dari mulut sang paman.

 “Oh iya ini, Oliver anak bungsu saya, apa kalian berdua masih ingat dulu waktu kalian kecil kalian biasa bermain bersama.” menurut penuturan sang Paman dia dan Oliver sangat dekat, namun tidak bagi Delio. Oliver masih sama, orang asing, orang yang tidak bisa dia percayai.

“Tentu paman,” Jawab Delio ramah, meskipun aura kewibawaannya tetap tidak bisa disaingi. Delio menatap tajam ke arah sang sepupu. Ternyata sang paman tidak membawa anak sulungnya melainkan anak bungsunya, menarik apa yang dia rencanakan berikutnya, pikir Delio.

“Oh iya, saya dengar anda sedang mencari pengawal pribadi? Bagaimana dengan anak ini? Dia sangat ahli dalam bela diri, menembak dan memanah. Dia juga mengantongi beberapa lisensi yang mungkin berguna bagi anda," kata sang paman mencairkan suasana. memang suasana kali ini sangat tegang, fakta bahwa Delio yang sudah lama menggilang entah kemana dan kembali lagi kesini saja sudah merupakan hal yang menggemparkan.

“Benarkah, tentu saya akan sangat senang menerimanya, mulai besok oliver akan bekerja sebagai pengawal pribadi saya, mohon kerja samanya!” meskipun masih menimbang-nimbang. Delio akhirnya memutuskan untuk menerima tawaran sang paman, toh dia bisa mengorek lebih banyak informasi dari anak ini, jika dia berani macam-macam itu tidak masalah Delio sendiri menguasai lebih dari satu cabang bela diri taekwondo, judo, kick boxing, pencak silat, dan lain sebagainya. 

Lagi, sepupu yang lain selain Hito, tidak buruk, sepertinya dia orang yang berkarisma, dengan tatapan yang sangat tajam, dia juga tadak banyak berbicara. Hanya pamannya lah yang terus mengoceh dari tadi. Sepertinya dia bukan tipe penjilat seperti sang ayah.

***

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top