Part 2

type bertebaran⚠

Happy reading....

Malam harinya, Lezzi termanggut - manggut menahan kantuk. Sesekali ia mengucak matanya berharap rasa kantuk hilang. Ia melirik jam dinding sekali lagi. Sudah pukul dua dini hari. Tapi Lexi belum juga pulang. Memang sebenarnya ini bukanlah pekerjaannya. Mengingat ia hanya Maid di rumah ini. Tapi apa jadinya bila Lexi pulang tapi tak ada yang membukakan pintu. Rumah Lexi tak seperti mansion Mark yang memiliki penjaga dimana-mana. Lexi yang biasa hidup sederhana hanya memiliki satu asisten rumah tangga yaitu Lezzi. Oleh karena itu Lezxu harus menunggu majikannya pulang, bisa saja lezzi tidak mengunci pintu rumahnya. Tapi ia takut bila rumah Lexi yang terbilang besar ini di rampok atau orang jahat masuk. Hanya berjaga-jaga tak masalahkan. Lagi pula Lezzi bukanlah wanita yang memiliki keberanian besar.

Suara seruan mobil terdengar dari latar rumah. Lezzi segera berlari ke depan pintu utama untuk membuka pintu, menyambut Tuannya dengan wajah berseri.

Akhirnya aku bisa tidur. Batin Lezzi

Tapi apa yang ia harapkan tak sesuai dengan kenyataan. ternyata Lexi pulang dalam ke adaan mabuk. Dan ia tidak sendiri. Ia bersama seorang wanita yang berpakaian serba kekurangan bahan.
Lezzi mendengus kesal.

apa pengaruh cinta begitu besar? Sehingga mengubah orang baik menjadi buruk, cinta sangat mengerikan, aku tidak ingin jatuh cinta. batin Lezzi seraya bergidik ngeri.

Pasalnya baru kali ini, ia melihat Tuannya pulang dalam keadaan mabuk. Lebih parahnya lagi ia bersama dengan wanita yang Lezzi yakini bukanlah wanita baik-baik.
Lezzi menghampiri Lexi dan wanita seksi itu. Membantu memapah Lexi yang semakin tak sadarkan diri.

"Terima kasih telah membantu tuan Lexi pulang. Saya akan membawanya ke kamarnya." ujar Lezzi sopan, tapi secara tidak langsung mengusir. Wanita itu menatap Lezzi Geram.

"kau mengusirku?" tanyanya sinis. Lezzi mengangkat kedua alisnya. wanita ini sangat peka.
"memangnya siapa kau? Kau hanya Pembantu Lexi disini, jadi jangan semena-mena denganku. Aku adalah kekasihnya." Lezzi tersenyum mendengar penuturan wanita berambut blonde itu.

"Dengar nona. Sepertinya anda salah kira, tuan Lexi sudah memiliki kekasih. Dan tentunya bukan anda." ujar Lezzi berbohong. kali ini biarkan ia bersikap melenceng dari tugasnya. Lezzi hanya tak ingin membiarkan Tuannya masuk dalam kandang singa betina itu.

"Lezzi, dengar! biarkan dia bersamaku." ujar Lexi dalam keadaan mabuk berat. Lexi segera merangkul wanita itu menuju kamarnya. Dan setelah itu. Lezzi tak tahu apa yang di lakukan dengan mereka berdua. Lezzi menghela nafas panjang. Membiarkan Tuannya melangkah ke jalan yang salah. Ia kembali menutup pintunya. Dan berjalan menuju kamarnya. Ia tak ingin memikirkan apa pun. Ia hanya ingin beristirahat. Menenangkan pikirannya yang kalut, dan tubuhnya yang sudah merasa lelah.

****

Keesokan paginya.

Lezzi menyiapkan sarapan di meja makan. Omelet keju, roti bakar, sereal serat susu hangat, cukup bagi Lexi. Lexi tak membutuhkan makanan banyak untuk sarapannya.
Lezzi bersenandung riang seperti biasanya.

Tak lama sepasang dua manusia datang seraya berangkulan. Lezzi menghentikan aktivitasnya. menatap tak percaya bahwa kali ini Lexi benar-benar sadar, dan ia benar-benar dekat dengan wanita itu.

Apakah tuan telah termakan dengan hasutan iblis? Batin Lezzi seraya menggelengkan kepalanya pelan.

"Ada apa, Lezzi?" tanya Lexi seraya menarik kursi dan mempersilahkan wanita itu duduk. Dengan manjanya wanita itu duduk dan bergelayut di tangan Lexi.

"Tak apa Tuan. Silahkan nikmati sarapan anda." ujar Lezzi lalu berpamitan.

"Sayang, apa seperti ini sarapan mu? Atau dia tidak bisa menyiapkan sarapan yang lain?" 

"Memangnya ada apa Jeni?" tanya Lexi kepada wanita yang di panggil Jeni.

"Aku tidak suka susu, apa tak ada orange jus?" tanya Jeni.
Lexi segera memanggil Lezzi memerintahnya menyiapkan jus untuk Jeni. Dengan cepat Lezzi segera membuatkan orange jus untuk wanita bar bar itu.

Tidak berapa lama ia telah selesai dan menyediakan.jus itu di depan Jeni. Jeni tersenyum sinis ke arah Lezzi.
"Sepertinya dia tak suka denganku." ujar Jeni dengan suara yang dibuat manja sedemikian rupa. Lezzi terlihat tak percaya dengan ucapan Jeni.

"Lezzi, apa benar seperti itu?" Lezzi menggeleng cepat.

"Tidak, itu tidak benar tuan."

"Tapi semalam.ia mengusirku. Kau dengar sendirikan?" timpal Jeni. Lexi menatap Lezzi tajam.

"Lezzi aku harap kau tidak melupakan setatusmu di rumah ini. Dan jangan ikut campur dengan urusan pribadiku." ujar Lexi tajam. Lezzi hanya menunduk lalu berpamitan untuk pergi.

Ia langkahkan kakinya menuju taman belakang.
Ia hentakkan kakinya kasar. Tidak bisa di percaya. Apa menurut Lexi, Moza mirip dengan wanita sinting itu?
Dari mananya? Moza sangat ramah, penyabar, dan juga baik. Tidak seperti Jeni yang berbanding kebalik dengan Moza. Lalu dari mana Lexi bisa melihat persamaan mereka. Lezzi menggelengkan kepalanya tak percaya. Tuannya sangat bodoh dalam memilih wanita.

Lezzi kembali melanjutkan pekerjaannya.
Tak lama dari itu, Lexi datang seraya memainkan kunci mobilnya.

"Lezzi." Lezzi menoleh untuk melihat sumber suara. Kemudian menatap Lexi menunggu kelanjutan ucapan Tuannya. "aku tak akan pulang, jadi jangan menungguku." ujar Lexi. Lezzi hendak bertanya. Tapi ia mengingat ucapan Lexi tadi. Seakan tahu apa yang Lezzi pikirkan Lexi tersenyum tipis.
"Aku ingin berlibur bersama Jeni. Tak lama hanya tiga hari." lanjut Lexi. Lezzi mengangguk mengerti. dan kembali melanjutkan kegiatan menyiram tanaman.

Lexi pergi bersama Jeni selama tiga hari. Kini Lezzi bisa bebas. Ia berharap akan hidup damai walau hanya tiga hari, dan berharap Jeni tak kembali kerumah ini. Bila ia kembali, Lezzi akan meminta kembali bekerja pada Mark. Dari pada harus dengan Lexi dan wanita bermuka ganda itu.

****

4 hari kemudian

Seperti biasanya Lezzi kembali menunggu kepulangan Lexi. Sampai sekarang, Lexi belum pulang juga, seharusnya kemarin Lexi sudah kembali. Lezzi melirik jam yang menunjukkan pukul 9 malam.

"Tuan cepatlah pulang." gumamnya.

Tak lama ketukan pintu terdengar dengan kasar. Lezzi.segera berlari. Namun, saat di depan pintu, ia tampak.ragu membuka pintu itu, pasalnya, ia tak mendengar suara mobil Lexi. Tapi ketukan itu semakin kencang, membuat Lezzi terpaksa membuka pintu itu. Tampak Lexi dengan keadaan mabuk, pakaiannya begitu acak-acakan. Rambutnya tak seperti biasanya yang tertata rapih. Dan kini Lexi tak bersama Jeni, ia sendiri.

"Tuan." ujar Lezzi segera memapah Lexi dan menutup pintu kembali. di bawanya Lexi ke dalam kamarnya. Ia rebahkan Lexi disana. Ia buka sepatu Lexi pelan. Berharap kehiatannya tak mengganggu Tuannya. Ia lepaskan jam tangan serta dasi yang masih terikat. Ia simpan di nakas dan berniat untuk pergi. Namun, tangannya tertarik ke belakang, sehingga membuatnya terjatuh dan tersungkur di pelukan Tuannya. Lezzi begitu terkejut. Ia mencoba melepaskan pelukan Lexi yang begitu erat, ia meronta, tapi usahanya tak membuahkan hasil. Ia kelelahan, berharap Tuannya segera tidur. Agar ia bisa bangun. Tapi, lagi dan lagi harapan tak sesuai kenyataan.

Lexi membalik tubuh mereka sehingga posisinya saat ini Lezzi-lah yang berada di bawah Lexi. Lezzi berontak, namun cekalan tangan Lexi semakin erat, Lexi memaksakan dirinya mencium bibir mungil Lezzi, Lezzi menggelengkan kepalanya. Berharap bisa menghindar, tapi Lexi semakin menjadi.

"Malam ini, kau milikku Moza." ujar Lexi, Lezzi seketika terdiam. Lexi masih mengharapkan Moza. Lezzi kembali memberontak saat tangan Lexi melancarkan aksinya. Tapi kekuatan Lezzi bukanlah tandingan Lexi. Dan pada malam itu, mereka menyatu, lezzi menangis meratapi hidupnya. Kesucian yang selama ini ia jaga, terenggut dengan Lexi yang tak lain Tuannya sendiri. Dan lebih parahnya. Tuan melakukannya bukan karena dasar suka, tapi karena mabuk, dan membayangkan dirinya adalah Moza. Wanita yang Lexi cintai. Lezzi terus menangis, meratapi hidupnya, hingga akhirnya kantuk menjemputnya dalam dunia mimpi.

****

Keesokan Paginya.

Mark dan Moza berkunjung ke rumah Lexi, sudah lama bagi Mark tidak melihat keadaan Adik satu-satunya selama ia terlalu sibuk dengan urusan bisnisnya di Indonesia, membuat kedua saudara itu jarang bertemu.

Mark dan Moza menghentikan mobil di pelataran rumah Lexi yang cukup Luas. Mitchell yang masih bayi di gendong dengan Moza. Rumah tampak sepi.

"Apa mereka tak ada dirumah?" tanya Moza pada Mark.

"Entahlah, kita masuk saja dulu." mereka pun masuk, mencari-cari keberadaan penghuni rumah. Di lihatnya setiap ruangan, dan terakhir adalah kamar Lexi. Mereka tampak ragu, tapi rasa penasaran semakin besar, apa lagi saat mereka melihat ada sedikit celah, dan pintu terbuka. Mark yakin adiknya belum bangun, ia pun membuka pintu kamar itu, berniat membangunkannya. Dan alangkah terkejutnya mereka. Saat melihat Lexi memeluk erat Lezzi yang tampak memunggunginya. Dan tentu saja tanpa busana, hanya terbalut dengan selimut tebal yang menutupi tubuh mereka yang sama-sama Naked.

"Alexi, Lezzi. Apa yang kalian lakukan!?" teriak Mark. Sontak kedua makhluk yang sedari tadi menikmati tidur lelapnya terbangun. Lezzi yang terlebih dahulu menyadari keadaan segera menutupi tubuhnya yang polos dengan selimut. Lexi menatap bingung kakaknya yang menatap murka padanya. ia menatap sekitar, dan betapa terkejutnya ia saat menyadari pakaiaannya dan Lezzi telah bertebaran di lantai.
Di lihatnya Lezzi yang menunduk takut seraya terisak.

"Mark, aku_"

"Kau mengulang kesalahan ku Lexi." geram Mark. Moza yang menyadari kemarahan Mark mencoba menenangkan Mark.

"Masalah tak akan selesai bila di atasi dengan emosi, Mark." Mark menghela nafas panjang. Di tatap kedua orang di hadapannya.

"Kalian berpakaianlah dulu, setelah itu, temui aku di ruang keluarga." perintah mutlak Mark. Mau tak mau Lexi dan Lezzi pun menurut.

_

_

_

Setelah berpakaian. Lexi dan Lezzi mendatangi Mark dan Moza yang telah menunggu mereka di ruang keluarga. Lezzi begitu takut, terlihat jelas dari wajahnya, sedangkan Lexi berusaha untuk menutupi ketakutannya.

Semua telah berkumpul, kini Lexi dan Lezzi duduk bersebelahan. Sedangkan Moza dan Mark, duduk di hadapannya mereka.

"Apa yang sebenarnya terjadi?" tanya Mark setelah menarik nafas dalam. "Apa kalian sering melakukan ini?" sambung Mark. Lezzi menegakkan kepalanya yang sedari tadi menunduk. Ia menggeleng cepat.

"Tidak, Tuan. Ini merupakan pertama kalinya bagi saya melakukan hubungan suami istri." ujar Lezzi polos. Lexi memutar kedua bola matanya. ia baru menyadari bahwa Lezzi merupakan gadis yang polos dan bodoh. Moza tersenyum mendengar penuturan Lezzi.

"Lalu siapa yang memulainya?" tanya Mark lagi.

"Tuan Lexi ... Tuan memperkosa saya saat dia sedang mabuk." ujarnya seraya menunduk. Mark menatap Lexi lekat.

"Kau mabuk?" Tanya Mark menuntut jawaban dari Lexi, yang di tanya hanya terdiam. Enggan untuk menjawab.
"Sejak kapan kau Mabuk, Lexi? Ada apa denganmu?" tanya Mark. "jawab Lexi!" bentak Mark.

"Iya, aku mabuk, bukan hanya kau yang bisa hidup bebas, tapi aku juga bisa Mark." jawab Lexi tak kalah bernada tinggi. Mark mengurut keningnya.

"kau mengulangi kesalahanku..." lirihnya. "Lalu apa benar, kau juga memperkosanya?" Lexi terdiam sejenak.

"Iya, tapi aku melakukannya tanpa sadar, dan tidak sering, itu tidak mungkin membuatnya langsung hamil, kan?"

"Lexi dengar, walau pun kau melakukannya hanya sekali, tapi jangan lupa kau telah merenggut kesuciannya, jangan membuat dirimu menyesal akhirnya."

"Aku bukan kau Mark. aku bisa menjaga dan mengurus masalah ku sendiri."

"Kau harus menikahinya Lexi. Atau tidak aku akan mengadukan ini pada ayah."

"Aku tidak mencintainya, Mark."

"Tapi kau telah melakukan kesalahan besar, Alexi."

"Aku hanya ingin menikahi wanita yang aku cintai."

"Siapa? Siapa wanita itu?"

"Moza." nama itu begitu cepat terlontar dari mulutnya tanpa berpikir panjang, Lexi telah terpancing emosi. Seketika ruangan tampak hening.

Plak!

Satu tamparan mendarat mulus pada pipi Lexi. Kali ini bukan Mark. Melainkan Moza. Moza menatap emosi pada Lexi.

"Kau, kau jauh lebih brengsek dari Mark dulu." ujar Moza dan pergi meninggalkan mereka bertiga.
Mark menatap kepergian istri tercintanya. Lalu di alihkan tatapannya ke arah Lexi dan Lezzi yang sama-sama tertunduk.

"Kak ini kau keterlaluan, Lex. Kau harus tetap menikahinya. Kau menyakiti Lezzi sama saja kau menyakiti ibumu dan Moza. Karena Meraka sama-sama wanita. Aku pergi, dan ku tunggu undangan pernikahanmu. Hubungi aku bila kau butuh bantuan." ujar Mark seraya menepuk pundak Lexi lalu pergi meninggalkan Lexi dan Lezzi.

"Barsambung"

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top