Part 14

Di pagi hari yang cerah, burung-burung berkicau merdu, sinar surya mengnyorot pada celah jendela kamar, mengusik kedua insan yang sedang asyik dengan dunia mimpi mereka masing-masing.

Lezzi bergeliyat kecil, mulutnya menguap lebar, ia hendak bangun, tetapi perutnya merasakan beban yang cukup berat, ia menoleh ke samping kiri dimana sang suami tertidur pulas disana. Ia memandangi wajah itu, garis rahang yang sangat tegas, bibir yang tebal dan bulu alis yang lebat. Berwajah malaikat, dengan sikap bagaikan Devil.

Lezzi kembali mengingat kejadian semalam, dimana sikap Lexi begitu hangat dengannya. Ia seperti melihat sosok Lexi yang lain. Lezzi melamunkan kejadian semalam, tanpa sadar, pria yang sedang ia lamuni sudah membuka matanya lebar.

Kecupan hangat mendarat mulus pada pipi Lezzi, membuat ia terkesiap. Lexi tersenyum kecil melihat reaksi Lezzi yang terlihat polos.

"Jangan memandang ku seperti itu, kau tidak takut kalau nanti jatuh cinta dengan ku?" goda Lexi dengan suara khas bangun tidur, membuat wajah Lezzi bersemu malu.

Lexi semakin gemas melihat Lezzi, sepertinya menggoda Lezzi akan menjadi hobi barunya. Lexi kembali mencium singkat pipi Lezzi yang masih terdiam terpaku, setelahnya ia bergegas bangun.

Sontak, Lezzi segera menahan selimut yang ia kenakan, membuat Lexi tertahan. Lexi menoleh pada Lezzi.

"Ada apa?"

"Tu-tuan, jangan dulu bangun, anda melupakan pakaian anda." cicit Lezzi, Lexi mengulum senyum. Wanita yang saat ini menyandang sebagai istrinya benar-benar sangat polos.

"Lalu?"

"Em.. Anda tidak memakai satu pun pakaian anda, sebaiknya pakailah terlebih dahulu." saran Lezzi ragu.

"Untuk apa? Disini hanya ada kita berdua, bukan? Dan kau sudah melihat keseluruhan dari tubuhku." ucap Lexi Frontal, dan lagi-lagi membuat Lezzi tak nyaman dan malu.

Lexi bergegas berdiri. Jantung Lezzi berdetak tiga kali lebih cepat, namun sesaat kemudian, ia menghela nafas . Lexi tersenyum miring melihat tingkah Lezzi yang benar-benar menunjukkan ekspresi yang sangat kentara.

"Kau mengharapkan melihat apa?" tanya Lexi. Lezzi menggeleng.

"Sebelum kau bangun, aku selalu bangun terlebih dahulu, untuk kembali menggunakan pakaian ku Lezzi, ya walau hanya sebatas celana." Tambahnya lagi. "sekarang pakailah pakaianmu ... yang benar-benar naked." ujarnya sembari mendekatkan dirinya pada Lezzi, ia kembali mendaratkan kecupan pada dahi Lezzi, setelahnya melangkah pergi menuju kamar mandi.

Lezzi mengutuk dirinya yang hanya bisa diam. Ia memandang pintu kamar mandi, ingatannya kembali pada kejadian semalam, dimana mereka memadu kasih. Lexi begitu lembut semalam, membuatnya terbuai dan jatuh pada lubang cinta Lexi.

"Ya tuhan, pikir apa aku ini. Hentikan pikiran burukmu Lezzi." Lezzi segera bergegas bangun dan berdiri, di ambil satu per satu pakaiannya yang tergeletak asal di lantai.

****

Saat ini, Lezzi sedang menyiapkan sarapan untuk Lexi. dengan bernyanyi riang ia memotong bumbu yang akan ia gunakan. Tetapi kegiatannya terhenti, saat sebuah tangan melingkar pada perutnya.

"Sedang apa?"

Prank!

Lezzi segera melepaskan pelukan Lexi yang tiba-tiba. Astaga, hampir saja jantungku copot. -- batinnya.

Ia segera mengambil pisau yang terjatuh, dan bergegas berdiri. Kepalanya tertunduk. Lexi hanya tersenyum.

"Aku akan pergi ke London selama tiga hari, tidak apa aku meninggalkan mu sendiri?" ujar Lexi. Lezzi mengerutkan dahinya.

Sejak kapan ia perduli dengan keadaanku yang sendiri dirumah ini? -- batin Lezzi. Tapi ia segera menggeleng pelan.

"Tak apa Tuan, saya sudah biasa sendiri." ujar Lezzi, seperti sindiran di telinga Lexi.

"Aku harus bekerja dengan baik Lezzi, agar bisa menghidupimu." ujarnya dengan tampang serius. Lezzi semakin mengerutkan dahinya. Ia hanya mangguk-mangguk.

"Kalau gitu aku pergi dulu, jaga diri mu baik-baik." Lezzi hanya mengangguk kecil,  Lexi kembali mengecup dahi Lezzi, dan berlalu pergi dengan membawa koper, yang entah kapan berada disana, Lezzi tak menyadari itu.

Lezzi memandang kepergian Lexi. "Tapi Tuan belum sarapan." gumamnya. Ia segera berlari mengejar Lexi.

"Tuan! Tuan!" langkah Lexi terhenti, ia membalik tubuhnya menghadap Lezzi yang berdiri tak jauh darinya.

"Ada apa?"

"Anda belum sarapan, Tuan. sebaiknya tunggulah sebentar, saya akan membuat sarapan untuk anda."

Lexi tersenyum lembut, dimana senyum itu membuat Lezzi terpanah. "Tidak, aku sedang terburu-buru. Kau saja yang makan, jangan sampai kau telat makan. Aku pergi dulu ..."  Lexi hendak melangkah. Namun, tertahan, dan kembali menghadap Lezzi.

"Jangan panggil aku 'Tuan', aku suamimu, bukan?" Ujarnya seraya tersenyum, dan berlalu pergi,  Meninggalkan Lezzi yang masih berdiri terpaku dan tercekat dengan ucapan Lexi.

****

*Bersambung*

Duo L kembali.

Maaf part kali ini sedikit banget.

Semoga part selanjutnya bisa panjang, dan punya cepat.

Akhir-akhir ini hisa susah up.
Karena anak hisa lagi sakit, minta do'anya ya Biar anak hisa cepet sembuh.

Makasih.😊

Jangan lupa vote dan komennya..

Komen banyak, hisa langsung up 😁

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top