Part 1

typo bertebaran⚠
Cerita ini belum di edit, jadi bila kalian menemukan kesalahan kata serta nama tokoh harap maklum ya, akan di revisi bila sudah tamat.

Happy reading guys..

Senandung riang terdengar dari bibir kecil seorang gadis yang sedang membersihkan ruang kamar.
sesekali ia memutar kan dirinya, sehingga seragam maid yang ia kenakan mengembang. Lezzi Amora tersenyum senang. Saat ia di pindah tugaskan oleh Mark ke rumah Lexi. Rumah Lexi tak seperti mansion milik Mark yang besar. Sehingga ia tidak akan terlalu lelah bila harus membersihkan rumah ini seorang diri, Apa lagi Lezzi sangat hafal sikap Lexi. Lexi terkenal ramah dan sabar menurut para maid. Tidak seperti Mark yang arogant, posesif, dan tegas.

Tap, tap, tap.

Suara langkah kaki terdengar dari luar kamar. Lezzi yang semula menari-nari dengan bersenandung. Terdiam seketika saat suara langkah kaki itu semakin mendekat. Sebaik-baiknya Lexi. Ia tak ingin memanfaatkan kebaikan tuannya, bersikap konyol sepertinya cukup keterlaluan. Walau pun sebenarnya Lexi tak mempermasalahkan itu.

Krek.

Pintu terbuka menampilkan empu pemilik kamar. Lezzi yang berniat ingin menyapa kepada tuannya, harus ia urungkan. Saat melihat mimik wajah Lexi yang tidak bersahabat sama sekali. Wajahnya tampak pucat, pakaiannya tak serapi tadi pagi. Rambutnya terlihat acak-acakan. Lexi membaringkan tubuhnya di ranjang tidurnya. Mengabaikan keberadaan Lezzi yang masih setia memperhatikan gerak geriknya.

Lezzi memutuskan untuk keluar kamar. Tapi tertahan saat panggilan dari Lexi. Lezzi menoleh menatap lekat Lexi yang wajahnya tertutup dengan lengannya.
ia mendekat dengan hati-hati berharap tak mengganggu majikannya yang tampak kelelahan.

"Lezzi ambilkan obat untukku, kepala ku pusing." perintah Lexi dengan mata masih tertutup. Lezzi mengangguk patuh, dan meninggalkan Lexi sendirian di ruang tidurnya. Tak lama, ia kembali dengan obat serta minuman. Tak lupa ia membawakan makanan. Takut-takut tuannya belum makan.

"Tuan, ayo bangun! Minum obatnya dulu." ujar Lezzi lembut. Lexi membuka matanya perlahan. Di tatapannya Lezzi yang kini berdiri di hadapannya, dengan pandangan tertunduk ke bawah enggan menatap sang majikan.

"Tolong rawat aku Lezzi, kali ini aku tidak bisa mengurus diriku sendiri." lirih Lexi. Lezzi menegakkan pandangannya mentap tuannga yang tak berdaya. Lexi menepuk sampingnya. menyuruh Lezzi untuk duduk di sampingnya. Lezzi pun menurut.

"Tuan sakit!" ujar Lezzi saat tak sengaja tangannya menyentuh tangan Lexi. "Badan tuan panas, saya akan panggilkan dokter." Lezzi hendak keluar untuk menghubungi dokter, tapi tarikan Tangan Lexi lagi,lagi menghentikan langkahnya.

"Aku tak apa, aku hanya butuh obat ku dan istirahat sebentar." ujar Lexi. Lezzi menurut. Ia berdiri menuju dapur, mengambil kompresan untuk Lexi.
Dengan telaten. Lezzi merawat Lexi. Menyuapinya, memberi obat, hingga mengompres, menjaga sang majikan sampai tertidur,  tak ia sadari, ia tertidur di sana. Dengan kepala yang tersender di ranjang Lexi. Dan alasan lantai yang dingin.

Sesekali ia terbangun mendengar gumaman lirih Lexi yang sama sekali tak dapat ia mengerti.
Tapi intinya, ia tau, Lexi sedang merasa sedih dan kecewa dengan Moza. Yang tak lain adalah kaka ipar Lexi sendiri.

Lezzi meletakan telapak tangannya di dahi Lexi. Memeriksa kondisinya.
"Demamnya sudah turun" gumamnya. Di tatap wajah pria tampan yang sedang terbaring lemah di hadapannya.

Ia sendiri tahu bila Lexi sangat mencintai Moza. Tak jarang baginya mendengar igauan Lexi setiap malamnya. Lezzi yang setia membangunkan Lexi bila mimpi buruk itu menyerangnya. Lezzi sendiri menyayangkan bila Moza lebih memilih Mark, tapi kembali, kenyamanan dan cinta hanya mereka yang merasakan. Mungkin orang lain bisa menilai buruk tentang Mark. Tapi di mata Moza. Mark_lah yang tepat ia cintai.

"Moza, Moza." Mimpi buruk itu kembali mengganggu tidur nyenyak Lexi. Lezzi yang sigap segera membangunkan Lexi. Ia tak tega bila harus melihat kesedihan Lexi. Tuan mudanya, tidak seperti dulu lagi. Ia lebih sering menyendiri. Tak ada sapaan serta senyuman ramahnya.

"Tuan." panggil Lezzi seraya mengguncang lengan Lexi.
"Tuan, bangun!" panggil Lezzi lagi, ia menepuk tanagn Lexi keras, berharap dengan cara ini Lexi bisa bangun dari mimpi buruknya.

Tanpa terduga. Lexi yang masih terpengaruh dalam mimpi buruknya menarik tangan Lezzi kuat, sehingga Lezzi ikut tertarik dan menindih Lexi. Ia tampak gugup dan risih. Ia mencoba melepaskan pelukan Lexi. Namun, pelukan itu begitu erat. Lezzi yang awalnya berusaha keras untuk melepaskan kini terdiam, saat ucapan Lexi membuatnya terpaku seketika.

"Biarkan seperti ini, aku butuh pelukanmu, aku lelah harus berpura-pura baik-baik saja. Hanya denganmu aku bisa terbuka." lirih Lexi. Lezzi sendiri tidak tahu, apa Lexi masih dalam dunia mimpinya, atau benar-benar sadar.
Yang jelas, saat ini kenyamanan timbul dalam hatinya. Ia biarkan Lexi memeluknya.

Mungkin dengan begini tuan akan merasa tenang. batinnya.

Hingga pelukan itu mengendur dan masing-masing tangan Lexi luruh tak memeluk lagi. Lezzi baru bangun seraya membenarkan baju tidurnya. di lihatnya Lexi yang kembali tidur dengan damai. Ia tersenyum kecil. jantungnya kembali normal. sedari tadi jantungnya berdetak cepat, pelukan berpengaruh besar bagi jantungnya. dan itu sangat membuatnya tak nyaman.

Setelah memastikan suhu tubuh Lexi kembali normal. Lezzi memutuskan keluar dari ruangan Tuannya.

****

Keesokan paginya. Lexi bangun ketika sinar sang surya menerobos masuk dari balik tirai jendelanya.
Di duduk kan tubuhnya dan menyadar di kepala ranjang.
Semalam, dalam dunia mimpinya, ia kembali bermimpi tentang Moza. Mimpi yang berulang terus menerus setiap malamnya. Tapi pelukan seseorang seakan merenggut mimpi buruk itu dan tergantikan dengan mimpi indah bagi Lexi. pelukkan itu terasa nyaman dan menenangkan. Ia tak tahu siapa wanita yang telah memeluknya. itu seperti nyata.

Di lihat sekeliling ruangannya. Hanya ada ia sendiri.
Di liriknya nakas di samping keranjang tidurnya. Terdapat bungkusan obat dan segelas air sisa semalam. Lezzi lupa membereskannya ternyata.
Pikiran Lexi langsung tertuju dengan Lezzi.

"Apa semalam yang memelukku Lezzi?" Lexi menghela nafas lelah. apa ia berbuat sesuatu kepada asisten rumah tangganya itu? Pikirnya.

Lexi segera bangun dari duduknya berniat membersihkan diri, setelah itu ia akan menanyakan langsung kepada Lezzi.

_

_

_

Tak berapa lama, Lexi selesai dari acara mandinya. Memakai baju kantornya dan bersiap.
Setelah itu ia keluar dari dalam kamarnya. Ia harus mencari Lezzi dan menanyakan tentang kelakuannya semalam.

ruang makan tampak sepi, begitu juga dengan dapur. Lexi melangkahkan kakinya menuju taman belakang. Biasanya, setelah menyiapkan sarapan pagi untuk Lexi, Lezzi akan menyiram tanaman di taman belakang. Itulah yang ia tahu seputar kebiasaan Lezzi.
Dan benar saja, disana Lezzi sedang menyirami tumbuhan yang tertata rapi seraya bersenandung. Selama ada dirinya. Taman belakang terurus dengan baik, beda halnya sebelum Lezzi datang.

Lexi menghampiri Lezzi yang tampak tak menyadari kedatangannya. Ia masih asik dengan kerjaannya.
"Seharusnya kau menjadi penyanyi, Lezzi" ujar Lexi yang tentunya membuat Lezzi terkejut, sontak Lezzi berbalik ke ayahnya dengan selang yang masih ia pegang. Baju Lexi basah karena semprotan air yang mengenainya.
Ketika keterkejutannya telah pilih, tergantikan.dengan penyesalan. Lezzi segera membuang selang itu seraya tertunduk takut.

"Ma_maaf tuan, Sa_ya tidak se_sengaja." ucapnya terbata-bata. Lexi menatap dirinya yang begitu basah. Ia harus kembali mandi lagi. Lexi menghela nafas panjang. Ditatapnya gadis yang berada dihadapannya yang tampak ketakutan. Lexi tersenyum ringan.

"kau membuatku basah lagi Lezzi." ujar Lexi tenang, tapi membuat tubuh Lezzi bergetar.

"Maaf tuan, saya tidak sengaja. Tuan datang tiba-tiba." Lexi tersenyum melihat wajah polos Lezzi. Ia mendekat ke arah Lezzi, tapi Lezzi mundur dua langkah. Tanpa ia sadari. Ia menginjak batu krikil membuat dirinya tak seimbang. Sehingga ia limbung dan terjatuh.

Lexi yang berniat ingin menolongnya dengan menjulurkan tangannya, harus ikut-ikutan terjatuh, di kala Lezzi menarik tangannya. Membuat mereka sama-sama terjatuh dengan posisi Lezzi berada di bawahnya.

Tatapan mereka bertemu, saling menatap tak berniat untuk bangun. Tatapan itu seakan saling melekat, membawa mereka masuk ke dalam perasaan yang sulit di artikan. hingga akhirnya sesi tataop-tatapan itu harus berakhir saat suara deringan ponsel Lexi memecahkan segala lamunan mereka.

tersadar dirinya telah menindih asisten rumah tangganya. Lexi.segera bangun, di bantunya Lezzi untuk berdiri.
"Maaf." ujar Lexi dan berlalu seraya menjawab panggilan teleponnya. Lezzi menatap kepergian Lexi. Ia memeganng dadanya, jantungnya kembali tak terkendali.

Debaran ini, jantungku merasa tak sehat bial di dekat Tuan Lexi. Sepertinya, aku harus memeriksakan ini. Batin Lezzi dengan polosnya.

*bersambung*

part pertama di cerita ini.
Gimana kesannya? Apa cerita ini menarik? Kalau belum jangan dulu kemana-mana. Cerita ini akan jauh lebih menarik di part-part selanjutnya..

Jangan lupa vote dan komentar ya.

Terimakasih. 😘😘

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top