8 - MINTA TOLONG

Arka sedang berbincang dengan teman-temannya sambil merokok di kantin bersama kedua sahabatnya saat ujung matanya menangkap sosok Shaila yang sedang tertawa bersama temannya.

Entah kenapa melihat wajah Shaila ceria seperti itu membuat Arka lega, sepertinya gadis itu sudah jauh lebih baik sekarang. Wajah cerianya yang menyebalkan itu lebih cocok dengannya daripada wajah murung seperti yang ia lihat kemarin.

Mata Arka berpapasan dengan mata bulat milik Shaila yang tiba-tiba menoleh ke arahnya. Seakan terkunci dengan tatapan Shaila, Arka hanya menatap gadis itu dengan datar, sedangkan Shaila kini telah membuang pandangannya ke arah lain.

Arka mendengus. Sepertinya gadis itu memang sudah benar-benar menyerah atas dirinya. Ya sudah lah, peduli apa Arka padanya? Pada akhirnya, gadis itu sama saja seperti orang lain yang menyerah akan dirinya.

Arka menghisap rokoknya dan mematikannya di kolong meja. Setelah membuang puntung rokok tersebut di tempat sampah belakang Reyhan, Arka bangkit dari tempatnya duduk. “Gue ke kelas duluan.”

Reyhan dan Zaki mengangkat tangan mereka sebagai tanda mengiyakan ucapan Arka.

Arka berjalan melewati meja Shaila begitu saja tanpa menoleh sedikitpun. Karna memang dia sudah tak memiliki urusan apapun lagi dengan gadis itu. Hidupnya yang tenang seperti sebelum bertemu dengan Shaila pun kembali lagi.

*****

Shaila berdiri di seberang sekolahnya, menunggu jalanan agak sepi untuknya menyebrang. Sebenarnya dia sangat paling tidak suka menyebrang jalan seperti ini, namun mau bagaimana lagi, bis yang ia tumpangi menuju sekolah berhenti di halte yang berada tepat di seberang sekolahnya.

Memang Shaila bisa saja naik taksi menuju sekolahnya dan itu adalah hal yang biasanya ia lakukan setiap hari, namun kebetulan hari ini gadis itu bangun terlalu pagi. Jadi daripada naik taksi dan sampai di sekolah terlalu pagi, Shaila lebih memilih untuk naik bis dan menghabiskan waktunya menikmati pemandangan jalanan ibukota di pagi hari yang sangat penuh sesak oleh kendaraan.

Shaila sudah akan buru-buru menyebrang saat melihat seorang ibu di depan sekolahnya dengan memegang tas belanjaan yang sangat banyak saat tiba-tiba seseorang dengan motor besar berwarna hitam berhenti dan di depan ibu tersebut.

Lelaki itu membuka helmnya dan terlihat mengobrol sedikit dengan sang ibu. Setelah itu lelaki yang memakai seragam putih abu-abu tersebut menaiki motornya dan diikuti oleh sang ibu yang duduk di belakangnya dengan barang bawaannya yang sangat banyak.

Shaila hanya menatap Arka yang mengendarai motornya menjauh dari sekolah. Apa yang sedang lelaki itu pikirkan? Apa dia mengenal siapa ibu tadi? Oke, itu tidaklah penting. Yang penting sekarang adalah bel masuk akan berbunyi sepuluh menit lagi, apa lelaki itu bisa sampai di sekolah tepat waktu? Shaila mengangkat kedua bahunya, itu bukanlah urusannya.

*****

Hal mengejutkan yang tadi pagi terjadi masih saja terus terbayang di benak Shaila. Tentu saja hal itu mengejutkan, sama sekali tidak ada di pikirannya lelaki seperti Arka dapat menolong orang seperti itu, apalagi sampai harus rela telat dan dihukum seperti sekarang ini.

Arka yang sedang berdiri di depan tiang bendera sambil hormat kepada bendera kebangsaan itu tertawa dan terkekeh pada setiap temannya yang menertawainya seakan dia sedang menertawakan orang lain.

Shaila hanya menatap lelaki itu, dia tak bisa menebak apa yang sebenarnya ada di pikiran lelaki ini. Apa benar apa yang dikatakan Pak Rasyudin tentang dirinya bahwa sifat nakalnya hanyalah sebuah kedok semata?

Pandangan Shaila dan Arka bertemu, Shaila dapat melihat bagaimana lesung pipi itu lenyap begitu melihatnya. Arka dengan segera mengalihkan pandangannya menatap bendera yang berada jauh di atasnya.

Shaila menghela nafas berat, dia tidak seharusnya terlalu memikirkan hal tentang lelaki itu. Jika Shaila ingin melakukan kebaikan, masih banyak orang di luar sana yang membutuhkan pertolongannya, dan dia akan membantu orang yang memang ingin ditolong, bukan orang yang sama sekali tak mau ditolong dan sudah memasrahkan dirinya pada takdir seperti Arka.

*****

“Bro, lo beneran mau cabut nih? Parasut gak bakal marah?” tanya Zaki pada Arka yang saat ini sedang berada di atas motornya sedang memakai helm.

Parasut adalah panggilan para murid SMA Bumi Putera untuk Rasyudin, nama itu muncul begitu saja sesaat setelah Arka mendengar nama guru BK tersebut, dan setelah itu nama tersebut menjadi populer dan banyak murid yang tidak suka dengan Rasyudin ikut memanggilnya dengan sebutan Parasut.

“Gak bakal, orang yang disuruh aja udah nyerah sama gue.” Arka menyalakan mesin motornya. “Keburu sore nih, buruan!”

Baru beberapa meter Arka dan teman-temannya keluar dari gedung sekolah, mereka sudah dihadang oleh sekelompok orang yang memakai seragam berwarna putih abu-abu yang menghalangi hampir seluruh jalanan dan membuat kemacetan di belakang mereka.

Arka membuka helmnya dan menatap seorang lelaki bertubuh tinggi yang berdiri paling depan. “Wuih, siapa nih? Surya si jagoan Bina Karya nih.” Ucap Arka dengan nada mengejek.

“Arka, long time no see.” Ujar lelaki yang bernama Surya itu.

Suara klakson motor, mobil, angkot hingga bus yang berisik di belakangnya membuat Arka berakting seakan sedang mengorek kupingnya. “Mending lo suruh anak buah lo minggir deh, di sini bukan tempat yang tepat buat pawai. Jangan bikin macet daerah sekolah gue yang elit deh.”

Surya mendengus mendengarnya. “Gue bakal nyuruh mereka minggir asal lo kita battle sekarang.”

Senyum Arka mengembang di satu sudut bibirnya. Apa lelaki di depannya ini baru saja menantangnya? Baiklah, sepertinya Arka tak akan mengikuti racing kali ini.

*****

Shaila menyandarkan kepalanya pada sandaran taksi yang ia tumpangi. Sepertinya sudah lama sekali dia tidak pulang cepat seperti ini. Memang, hari ini Shaila memilih untuk tidak mengikuti latihan voli dan merapikan perpustakaan karna keadaan tubuhnya yang tidak fit.

Baru saja taksi meninggalkan area sekolah, Shaila dikagetkan oleh antrian panjang kendaraan yang melaju dengan perlahan di depan sana. Apa yang sedang terjadi di depan sana? Tumben sekali area sekolahnya menjadi macet seperti ini.

Saat taksi yang ia tumpangi melaju dengan perlahan melewati kumpulan motor besar yang bernilai puluhan juta itu, mata Shaila menangkap motor yang sangat familiar dengannya. Shaila membuka kaca taksi dan mengeluarkan kepalanya keluar.

“Neng, jangan keluarin kepalanya. Bahaya, neng.” Seru supir taksi melihat aksi Shaila.

Shaila tak mengindahkan perkataan sang supir, matanya masih sibuk menyapu kumpulan anak SMA yang sedang terlibat baku hantam di depan halte bus. Shailla menemukan Zaki dan Reyhan yang sibuk menghajar musuh-musuhnya.

“Pak –Pak, berhenti dulu, Pak.” Ucap Shaila sambil menepuk jok bangku sang supir di depannya.

“Jangan atuh neng, bahaya.”

“Sebentar aja, Pak. Itu temen saya.”

Taksi yang Shaila tumpangi menepi dan berhenti beberapa meter di depan keributan tersebut. Shaila langsung melompat turun dan mendekat ke arah keributan walaupun sudah dipanggil berkali-kali oleh sang supir.

Setelah beberapa lama mengedarkan pandangannya, Shaila berhasil menemukan sosok yang ia cari. Arka sedang memukul tiga orang lawan sekaligus dengan beringasnya tanpa membiarkan tiga orang itu menyentuh wajahnya sama sekali, bahkan wajahnya masih terlihat bersih dari luka ataupun darah.

Shaila terpaku menatap betapa gesitnya Arka menghindar dan melayangkan pukulan kepada lawan-lawannya. Dia bahkan seperti tidak peduli dengan keadaan sekitarnya yang menjadi kacau karna ulahnya.

Melihat Arka seperti ini membuat perkataan Rasyudin kembali terngiang di telinga Shaila. Apa yang dia lihat pagi ini sangat berbeda dengan apa yang sedang ia saksikan saat ini. Sebenarnya yang mana sifat asli lelaki ini? Apa hal yang dikatakan Rasyudin itu memang benar?

Shaila tak ingin lagi menjadi dilema karna keraguannya itu, namun apa yang ia saksikan saat ini sangat cocok dengan apa yang Rasyudin katakan. Shaila seperti melihat Arka sedang berteriak meminta tolong di balik keberingasannya saat ini.

Shaila memang tak akan menolong orang yang tidak perlu ditolong, namun Shaila akan menolong orang yang meminta pertolongan padanya. Dan yang ia lihat, saat ini Arka sedang meminta pertolongannya. Dan tentu saja Shaila tak akan mengabaikan permintaan itu.

*****

TBC

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top