5 - PERTENGKARAN
Sudah seminggu ini perpustakaan SMA Bumi Putera diramaikan oleh banyaknya murid kelas X yang berkunjung mencari refrensi untuk tugas mereka. Dan selama itulah Shaila disibukkan dua kali lipat oleh mereka, entah untuk merapikan buku-buku yang tergeletak dimana-mana atau melayani para adik kelasnya yang meminjam buku.
Mungkin pekerjaan Shaila tidak akan begitu berat jika Arka menjalani hukumannya dengan menata kembali buku-buku sesuai tempatnya, namun kenyataannya anak itu tetap tak melakukan apapun tentang tugasnya itu dan membuat Shaila semakin kewalahan dibuatnya.
Memang Arka selalu menurut pada Shaila yang terus menjemputnya setiap hari setelah pulang sekolah tanpa perlawanan, namun saat sampai di ruangan yang selalu sudah dipenuhi oleh murid kelas X, Arka memilih untuk berjalan ke tempat favoritnya di ujung rak dan melakukan kegiatan biasanya, entah membaca komik, bermain game ataupun tidur.
Tak ada sedikitpun perasaan ingin membantu Shaila yang selalu kesusahan mengurus perpustakaan seorang diri. Memang jika untuk membersihkan lantai atau debu-debu yang ada di perpustakaan, sekolah sudah memiliki seorang cleaning service, namun untuk kegiatan yang menyangkut peminjaman buku atau kerapihan buku, sekolah mempercayakannya kepada murid dan Bety yang hanya bisa berjaga saat istirahat saja.
Rasa jengkel Shaila kepada Arka tentu saja semakin membesar karna lelaki tak bertanggunng jawab itu tak pernah merasa bersalah sama sekali padanya yang mengerjakan hukumannya, seperti sekarang ini. Shaila yang masih sibuk dengan adik kelasnya yang ingin meminjam buku, Arka justru tidur di pojok sana.
Shaila menghela napas lega setelah selesai tugasnya dengan adik kelasnya, gadis itu mengangkat kedua tangannya tinggi dan merenggangkan ototnya yang terasa kaku. Shaila melirik jam tangannya yang menunjukkan pukul 16:53, klub voli sepertinya masih berlatih.
Dengan cepat Shaila menghampiri Arka yang sedang tertidur di atas kursi panjang, kaki kirinya terjulur ke bawah sedangkan kaki kanannya dilipat ke atas, kedua tangannya berada di lantai dan wajahnya tertutup oleh komik Naruto. Shaila menghela napas berat melihatnya.
“Arka bangun!” Shaila mengguncang kursi panjang dengan kaki kanannya. “bangun, Arka!”
Tak ada jawaban, Arka masih tetap pada posisinya.
Shaila menarik napas panjang sebelum mengeluarkannya dengan kasar, gadis itu lalu menendang kursi panjang itu dengan keras hingga Arka langsung terduduk. “BANGUN!!”
Mendadak Arka merasakan pusing di kepalanya karna tiba-tiba saja dipaksa terbangun. Lelaki berambut coklat itu menatap Shaila dengan sadis. “Bisa gak banguninnya b aja?”
“Kalo gue bangunin lo b aja, lo gak bakal bangu!” tangan Shaila menunjuk ke arah depan. “Di depan buku-buku berantakkan, bersihin! Seenggaknya buat satu hari ini aja tolong ringanin beban gue.”
Arka menggaruk belakang kupingnya. “Lo mau kemana?”
“Gue mau latihan voli, udah seminggu ini gue gak ikut.” Shaila menunjuk wajah Arka dengan telunjuk kanannya. “Gue balik harus udah rapi!”
Setelah mengatakan hal itu, Shaila pun pergi meninggalkan Arka yang menatap kepergiannya dengan malas. Bukannya mengerjakan apa yang disuruh oleh Shaila, lelaki itu lantass mengeluarkan ponselnya dari dalam saku dan memilih aplikasi game online yang selalu ia mainkan.
Sekitar sepuluh menit Arka serius dengan permainan di ponselnya, benda berwarna hitam pekat itu bergetar dan menampilkan pop up pesan dari Reyhan. Melihat pesan dari sahabatnya itu, Arka lantas mengambil tasnya dan berlari keluar dari perpustakaan.
Dengan santai Arka berjalan menuju area parkir motor saat matanya menangkap sosok Shaila yang tengah melakukan servis bola voli. Gadis yang berada di tengah lapangan itu setengah membungkuk dengan menempelkan kedua telapak tangannya di lututnya, lalu membasuh keringat yang bercucuran di dahinya, dia terlihat sangat kelelahan.
Arka menatap jam tangan yang melingkar di pergelangan tangan kirinya. Masih tersisa sekitar setengah jam lagi sebelum waktu hukumannya berakhir.
Arka menghela napas, dia menatap Shaila sejenak sebelum berbalik kembali menuju perpustakaan. Lelaki itu meraih ponselnya dari saku celana dan menekan kontak Reyhan.
“Bro, lo aja yang ke perpus sekarang!” Arka menutup sambungan telponnya.
Lelaki tinggi itu tersenyum penuh kebanggaan. Setidaknya dia bisa meringankan beban Shaila hari ini saja.
*****
Shaila melangkah lemas menuju perpustakaan, tubuhnya penuh dengan keringat. Seminggu tidak mengikuti latihan ternyata berpengaruh terhadap staminanya yang menurun dan itu membuat Shaila gampang kelelahan.
Masih ada waktu lima menit sebelum Arka dan dirinya pulang, Shaila penasaran apakah lelaki itu mengerjakan apa yang ia minta?
Saat memasuki perpustakaan, Shaila dikagetkan oleh betapa rapihnya ruangan itu. Senyuman terkembang di bibir mungil gadis itu. Dia tak percaya Arka benar-benar melakukan apa yang ia suruh.
Suara tawa menghentikan langkah Shaila masuk lebih dalam lagi. Tadi itu bukan hanya suara tawa Arka, namun juga ada suara tawa orang lain. Dari arah yang berlawanan ia mendengar suara buku jatuh.
Dengan dahi mengerut, Shaila menghampiri lokasi darimana suara buku jatuh itu berasal dan mendapati dua orang murid lelaki yang ia yakini kelas X sedang menata buku kembali ke tempatnya.
“Kalian.... ngapain?”
“Ah, itu kak.... kita disuruh Kak Arka buat beresin buku.” Jawab anak di depannya.
Shaila melebarkan kedua matanya, gadis itu lalu menarik napas panjang. “Kalian pulang aja, ini udah malam.”
“Tapi Kak, ini—“
“Pulang!”
Kedua anak lelaki itu lalu pergi setelah mengatakan terima kasih pada Shaila, sedangkan gadis itu mengatur napasnya yang memburu akibat marah.
Shaila melangkah ke tempat biasa Arka tempati, dan dia mendapati Arka bersama dua orang temannya sedang asik tertawa sambil memainkan game di ponselnya. Shaila berdiri di hadapan mereka betiga sambil berkacak pinggang.
“Lo ngapain?”
Arka melirik Shaila sebentar sebelum akhirnya kembali fokus pada ponselnya. “Lo udah balik?”
“Gue tanya lo ngapain? Kenapa lo nyuruh adik kelas ngelakuin hukuman lo?”
Yang ditanya justru tertawa menunjuk layar ponselny sambil mengeluarkan kata sumpahan. Shaila yang kesal dibuatnya merebut ponsel Arka dan membuat ketiga lelaki di hadapannya menatapnya bingung.
“Lo ngapain sih? Balikkin gak sini!” Arka mencoba menggapai ponselnya namun dijauhkan oleh Shaila, lelaki itu berdiri. “Lo nyari mati?”
“LO YANG NYARI MATI!” ucap Shaila dengan nada tinggi. “Gue nyuruh lo buat ngelakuin tugas lo yah, kenapa lo malah nyuruh adik kelas?!”
“Emang ada bedanya? Sama aja kan, yang penting perpustakaan bersih, lo dan gue bisa pulang tanpa harus capek ngebersihin lagi.”
Shaila mendengus. “Lebih baik gue capek ngebersihin nih perpustakaan sendiri daripada dengan tanpa malunya gue minta adik kelas ngelakuin tugas gue. Kayak pengecut gak bertanggung jawab!”
Kelopak mata Arka berkedut, dia dan kedua sahabatnya kaget mendengar ucapan Shaila. Arka melangkah mendekati Shaila. “Apa lo bilang?”
“Lo budek? Gue bilang lo pengecut!”
Telunjuk kanan Arka terangkat menunjuk Shaila. “Lo—“
“Keluar!”
“Apa?”
“GUE BILANG KELUAR!!” murka Shaila seraya melempar ponsel Arka ke dada lelaki itu dan berakhir di lantai dengan suara nyaring.
Arka menatap ponsel yang belum ada dua minggu ini ia beli, ia lantas mendengus. Arka menatap Shaila sejenak sebelum mengambil tas dan ponselnya keluar tanpa sepatah katapun.
“Ehm,, sori nih bukannya mau ganggu.”
Shaila menatap Zaki yang sedang mengangkat tangannya seakan sedang menginterupsi guru yang sedang menerangkan pelajaran. “Keluar!”
“Apa?”
Reyhan yang mengerti situasi menarik tangan Zaki keluar. Saat melewati Shaila, lelaki tampan itu membisikkan sesuatu. “Sori.”
Shaila terdiam. Kepergian tiga orang itu membuat suasana perpustakaan menjadi sepi. Shaila menjambak rambutnya. “BEGO!!!”
*****
TBC
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top