59. HOME
Bismillahirrahmanirrahim
.........
Terkutuk lah Chanyeol dengan segala sikap manisnya, sampai membuat putri rasanya lupa jikaerwka sedang perang dingin sekarang.
Dia hanya ingat kalau dia masih berstatus sebagai istri dari lelaki yang sekarang duduk mengemudikan mobil di sebelahnya dengan konsentrasi penuh. Sesekali ekor matanya melirik ke arah putri, untuk tahu apa yang di lakukan wanita itu.
Eunwoo sudah turun, lelaki kecil yang juga jagoan mereka itu begitu bersemangat pagi ini. Begitu dia bangun tidur dan melihat sosok ayahnya. Yang tak segan untuk memandikan dan membantunya berpakaian, menemani juga menyuapinya sarapan. Dan mengajaknya bermain sebentar sambil menunggu putri bersiap.
Terkutuk lah Chanyeol, dengan segala sikap lembutnya. Yang membuat putri rasanya ingin menghambur ke dalam pelukan lelaki itu. Kalau dia tak ingat apa yang pernah di perbuat lelaki yang di hadapannya ini.
"Setelah ini, rumah siapa?" Tanya Chanyeol memecah keheningan di mobil itu.
"Eh-- apa?!" Putri terkesiap, wanita itu terlihat tidak fokus meskipun sedari tadi hanya diam.
"Setelah ini, kita antar makanan ke rumah siapa lagi?" Ucap Chanyeol mengulang pertanyaannya.
"Oh.. itu, ehm.. nyonya Ong." Jawab putri dan Chanyeol mengangguk.
"Alamatnya?" Tanpa menjawab, secara refleks wanita itu menekan tombol GPS yang terpasang di mobil Chanyeol. Seolah sudah biasa melakukan itu, seperti dulu...
Entah sadar atau tidak, putri langsung memasukkan alamat nyonya Ong disana dan menekan tombol navigasi setelahnya.
Chanyeol tersenyum, setidaknya dia merasa bahwa dia bersama istrinya. Bukan seperti supir dan majikan yang saling diam meskipun satu mobil selama berjam-jam perjalanan.
"Udah aku masukin ke situ. Gak apa kan?" Tanya putri memastikan.
"Iya, gak apa. Biasanya juga begitu kan?" Ujar Chanyeol lagi dengan nada bertanya, seolah ingin membuat putri memutar kenangan mereka dulu.
Dan putri? Wanita itu hanya diam dan mengangguk kecil sebagai jawaban. Ada rasa tak enak dan tak nyaman melingkupi perasaannya.
Ini salah, seharusnya putri bisa lebih mengendalikan dirinya. Seharusnya putri tidak menyentuh sembarangan disini. Di dalam mobil Chanyeol.
................
"Terima kasih, ini suaminya?" Tanya nyonya Ong dengan senyum merekah. Putri mengangguk, lidahnya kelu hanya untuk sekedar menjawab iya. Tapi hatinya memerintahkan kepalanya mengangguk sebagai jawaban.
"Ini notanya nyonya." Ujar putri dan nyonya Ong menyodorkan uang bayaran seperti biasanya
Entah berapa kali Chanyeol harus menghela nafas untuk melihat kejadian itu. Hatinya remuk, melihat putri menadahkan tangannya untuk mencari uang.
Dia tidak mengemis tentu saja, dia menjual barang dan makanan. Pembayarannya bisa transfer atau langsung saat barang sampai, seperti saat ini. Dan ini, sudah lebih dari 1 orang yang Chanyeol lihat melakukan hal yang sama. Dan itu melukai dirinya, harga diri Chanyeol sebagai laki-laki dan juga kepala keluarga.
Katakanlah Chanyeol berlebihan, tapi dia masih sanggup dan amat sangat sanggup untuk membiayai keluarganya. Tanpa harus membiarkan putri bermandikan peluh dan dengan canggung menagih pembayaran atas jasanya.
Tapi lelaki itu hanya bisa diam, menatap nanar ke arah sang istri. Dan menahan tangisnya.
...............
"Bisa antar aku ke pasar sebelum kau pulang? Nanti tinggal aja disana, aku mau belanja untuk besok." Ujar putri.
Dan chanyeol mengerem mendadak mobilnya.
"Ayo bicara, berdua." Katanya dan menatap lekat kedua mata putri.
"Bicara soal apa? eunwoo?"
Chanyeol menggeleng, "soal kita sayang, ayo bicara soal kita. Mau sampai kapan kamu begini dan menghukumku dengan cara seperti sekarang? Kamu melukai aku. Sangat!!" Ujar Chanyeol.
"Jangan bicara soal luka di hadapanku Chan. Kamu gak tahu gimana yang namanya luka dan gimana rasanya terluka, selama bertahun-tahun!"
Ini waktunya, gak salah lagi. Chanyeol tahu ini adalah waktu yang tepat. Dia harus mendapatkan istrinya kembali.
"Satu bulan itu rasanya lebih dari sepuluh tahun puu. Satu bulan itu jauh lebih sakit dari sepuluh tahun sampai rasanya aku hampir menyerah dan berharap untuk mati aja daripada harus di tinggalin sama kamu lagi." Kata Chanyeol. Dia menangis, bukan hanya air mata yang menetes yang menandakan penyesalan dan segala rasa sakitnya. Tapi suaranya yang bergetar dan bahunya yang ikut tak karuan.
"......"
"Aku mencintai kamu, sumpah aku mencintai kamu. Aku tahu aku salah, aku tahu aku berdosa besar sama kamu. Tapi demi Tuhan puu, aku gak pernah punya niatan untuk menduakan kamu. Atau meninggalkan kamu dan eunwoo demi siapapun juga." Ucap Chanyeol.
"Aku butuh waktu..."
Mata Chanyeol terpejam, entah sudah berapa kali putri mengatakan hal itu. Dia sudah tak bisa lagi menerimanya. Waktu, waktu, waktu, dan waktu...
Waktu adalah hal paling mengerikan yang pernah chanyeol tahu. Waktu bisa membalikkan semuanya.
Membalik cinta jadi benci, membalik bahagia menjadi sedih, membalik segala yang Chanyeol tahu bisa mengubah kehidupannya.
Dan dia tidak mau lagi waktu mengambil miliknya. Membiarkan kehidupan dan nafasnya terpisah dari dirinya dan membiarkan waktu yang menang lagi untuk ke sekian kalinya.
"Aku gak bisa." Jawab Chanyeol. "Gak ada waktu, aku gak akan berikan kamu waktu apapun lagi dengan alasan apapun puu." Tegas Chanyeol.
"Chan! Kamu gak ngerti!!"
"Kamu yang gak ngerti puu! Aku harus apa, hhaa?! Apa?! Apa aku harus sujud di kaki kamu, harus berlutut dan bersimpuh di kaki kamu dan eunwoo. Baru kamu bisa percaya lagi sama perasaan ku sama kamu?! Apa setelah aku melakukan itu, kamu bisa kembali lagi sama aku? Kalau iya, aku akan lakukan. Apapun akan aku lakukan. Kecuali memberi kamu waktu. Aku gak bisa puu. Aku gak sanggup, aku gak mau lagi kalau harus terpisah sama kamu. Sama eunwoo!!" Chanyeol terisak. Iya, dia egois. Sangat egois sekarang.
Tapi Chanyeol sudah tak peduli lagi. Dia hanya butuh istri dan putranya kembali. Tidak lebih...
Jantung putri rasanya di remat kuat,
"Apa rasanya sesakit itu? Sesaknya, apa rasanya seperti itu?" Tanya putri. Dan Chanyeol mengangguk.
"Sakit, sampai aku mau mati rasanya." Jawab Chanyeol.
Putri terdiam, wanita itu kini berpikir dan merasakan. Berusaha menggunakan pikiran logis dan juga hatinya untuk memutuskan.
Wajah eunwoo yang muncul dalam benak wanita itu pertama kali sekarang, senyumnya tangisannya. Dan setiap katanya saat putra kecilnya itu menanyakan keberadaan sang ayah.
Wajah Hyeri muncul setelah itu, dengan senyum sinis dan mengejek yang dia perlihatkan dulu. Juga tangis penyesalan saat dia meminta maaf di ujung mautnya.
Dan Chanyeol....
Putri menatap wajah Chanyeol melalui ekor matanya, melihat air mata yang mengalir deras dari kedua mata bulat lelaki itu yang mengalir tanpa henti. Isakan nya yang terasa menyakitkan membuat putri merasa jadi wanita paling jahat sekarang.
Apa dia memang terlalu egois? Tapi dia masih sakit, masih...
Sampai dia ingat satu hal...
Setiap rasa sakit punya obat untuk menyembuhkannya. Salah satu cara menyembuhkan rasa sakit adalah dengan bersama dan menghadapi rasa sakit itu sendiri....
.................
One chapter done!
https://youtu.be/8V6rsYwI1_g
Yuk ikutan PO novel TAKDIR
Dapetin Bonus PC CHANYEOL plus harga promo yang jauh di bawah toko buku hanya dengan 59.500. kalian bisa dapetin novel ini.
Cp : DM ATAU KOMENTAR YA...
NOTE : MASA PEMBAYARAN MASIH CUKUP LAMA, JADI GAK PERLU KHAWATIR.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top