55. FAR FROM YOU
55 far from you (love life)
Bismillahirrahmanirrahim
.....
Chanyeol datang dengan dua plastik besar di kedua tangan kanan dan kirinya. Berisi penuh dengan makanan dan minuman serta camilan dan juga susu untuk eunwoo tentu saja. Semuanya dia belikan dengan jumlah besar, untuk keberlangsungan hidup istri dan anaknya disini.
Sekaligus sogokan kecil agar putri mau kembali ke rumah, meskipun dia tahu putri tak akan semudah itu di lunakkan.
Tangan Chanyeol terulur sebentar untuk menekan tombol bel, tapi dia ingat.
"Pakai password Hyung, aku yakin Noona akan langsung menutup pintu saat dia tahu siapa yang memencet bel nantinya."
Kata Sehun yang masih di ingat jelas oleh Chanyeol dan segera di lakukan oleh lelaki itu.
......
Chanyeol berhenti, melihat ke arah tempat sandal dan sepatu yang ada sepatu milik istrinya di sana. Suara gemericik air dari arah dapur membuat Chanyeol yakin wanitanya tengah memasak sekarang.
Dia menghembuskan nafasnya sejenak sebelum akhirnya pergi menemui putri
Grepp!
Putri tersentak, tubuhnya menegang dan menghangat. Dia tahu siapa yang memeluknya. Tanpa menatap wajah atau sekedar berbalik pun, wanita itu hafal tangan siapa yang lingkari pinggangnya dan aroma parfum yang menyeruak di indera penciumannya sekarang.
"Jangan pergi. Aku bisa mati kalau kamu gak ada di sisi aku sayang..." Bisik Chanyeol, cukup.lirih hingga hanya putri yang mampu mendengar suara itu.
"Chan... Aku,"
"Maaf... Aku harus apa supaya kamu gak pergi dan tetap di sisi aku...? Aku harus melakukan apa, supaya kamu dan eunwoo bisa terus disini sama aku puu..." Lirih Chanyeol sekali lagi.
Putri masih tetap diam, sama sekali tak mengatakan apapun dan membiarkan Chanyeol mengatakan segala isi hatinya. Ini saatnya putri untuk mendengar, mendengar apa yang di rasakan oleh Chanyeol
"Aku tahu aku menyakiti kamu, melukai perasaan mu, mengkhianati cintamu dan pernikahan kita. Semua yang pernah kita lalui, aku sudah mengkhianati semuanya. Aku... Mengakui itu semua sayang. Aku mengakui kalau itu adalah kesalahanku..."
Chanyeol menghela nafasnya dan tak mampu lagi menahan air mata yang melesak keluar dari kedua pelupuk matanya yang kini terpejam. "Tapi.. apa aku gak bisa lagi dapat kesempatan terakhir dari kamu? Sekali aja, cuma satu kali aja untuk aku memperbaiki segala kesalahan yang aku lakukan dalam pernikahan kita. Aku mohon...."
Putri diam, wanita itu sama sekali tak menangis dan hanya berekspresi datar. Tapi bukan berarti hatinya tak tersentuh, dia merasakan detak jantung yang cukup kencang dari lelaki yang memeluk tubuhnya itu saat ini.
"Kamu masih..." Chanyeol menggeleng.
"Cuma kamu, aku janji. Enggak... Aku bersumpah, cuma kamu. Hanya kamu, aku mohon... Kasih aku kesempatan sayang."
Putri menghela nafasnya sekali lagi, entah untuk ke berapa kali dia harus banyak menghela nafas agar dadanya tak terasa sesak. Tapi tetap, tak mengubah bagaimana rasa sesak itu terasa begitu kuat di hatinya.
Tubuhnya berbalik dan mencoba melepaskan pelukan Chanyeol yang terasa semakin erat. Kedua tangannya kini terulur, menangkap wajah Chanyeol yang menunduk lesu dan menatap lekat wajah suaminya yang kini penuh dengan air mata.
Apa seperti ini rasanya berumah tangga? Bukan hanya hal manis dan rasa bahagia yang di rasakan, tapi banyak rasa sakit dan kecewa juga ada disana.
Cinta, sayang, dan semua kata manis itu hanya berfungsimembawa sepasang kekasih menuju pelaminan, tapi kepercayaan, kesetiaan dan keinginan untuk terus bersama juga kejujuran, adalah hal yang utama untuk mempertahankan setiap pernikahan yang ada.
Dan itu yang putri rasakan saat ini. Cintanya pada Chanyeol, begitu juga sebaliknya ternyata tak cukup kuat untuk mempertahankan rumah tangga mereka yang bisa saja runtuh kapanpun karena kehadiran orang ketiga atau banyak faktor lain yang bisa membuat semuanya hancur dalam waktu sekejap.
Kepercayaan, kejujuran, kesetiaan, dan juga tanggung jawab yang besar atas satu sama lain. Sekaligus rasa ingin memiliki dan membutuhkan pasangan adalah hal utama mempertahankan segalanya.
Putri sama sekali tak memiliki niat untuk menjawab pernyataan dan pertanyaan lelaki yang masih berstatus sebagai suaminya itu sedikit pun. Dia merutuki hatinya yang begitu lemah di hadapan Chanyeol. Suaminya....
Wanita itu berbalik, menoleh dan mendapati chanyeol yang menunduk begitu dalam di hadapannya. Lelaki itu bahkan tak punya daya hanya untuk menatap kedua mata putri yang mulai memerah.
Tangan putri kini terulur, menangkup wajah Chanyeol dengan kedua tangannya dan membuat lelaki itu menatap kedua matanya
"Kasih aku waktu. Bisa kan?" Tanya putri sekali lagi pada Chanyeol.
Chanyeol menggeleng lemah, tidak ada waktu yang dia inginkan untuk mengulur semuanya lagi. Dia hanya ingin putri kembali.
"Chan..."
"Kamu pasti pergi ninggalin aku kalau kamu jauh dari aku. Kamu bisa aja terbiasa tanpa kehadiran aku dan akhirnya memutuskan untuk pergi dari aku. Aku gak mau puu..." Suara Chanyeol sekarang lebih mirip anak balita yang merengek pada ibunya. Dia sama sekali tak memiliki daya apapun sekarang di hadapan putri.
"Kamu juga takut kalau kamu akan terbiasa tanpa aku kan?" Tanya putri tanpa bisa mengendalikan ucapannya lagi. Dan Chanyeol mengangguk.
"Kalau gitu apa yang kamu khawatirkan? Justru bagus kalau kamu terbiasa tanpa kami, itu akan mempermudah membuat semuanya menjadi jelas. Soal hubungan kita, rumah tangga kita dan juga mengenai eunwoo. Benar kan?" Chanyeol menggeleng.
"Aku gak suka, aku gak suka kamu jauh dari aku."
"Apa alasannya?" Tanya putri.
"Karena kamu nafasku." Jawaban singkat Chanyeol cukup untuk membuat dada putri semakin sesak. Bukan karena mengetahui kalau dia adalah nafas dari lelaki itu dan bersiap merasa tersanjung atas ucapan lelaki di hadapannya kini. Tapi justru sakit.
Sakit karena mengingat kenyataan bahwa lelaki yang menyatakan dirinya sebagai nafas itu juga menyebut nama wanita lain dalam hembusan nafasnya.
"Pergi. Aku mohon..." Pinta putri yang membuat Chanyeol tercekat.
"Sayang..."
"Eunwoo ada di kamar kalau kamu mau bertemu sama dia. Kamu boleh ikut makan bersama kami malam ini, tapi setelah itu. Aku mohon untuk pergi dari sini dan biarkan kami sendirian..."
Chanyeol menggeleng kuat. "Kamu pikir semudah itu untuk meninggalkan kamu dan anak kita?! Puu tolong, jangan egois dan pikirkan eunwoo juga di atas segalanya. Aku mencintai kamu dan ayo kita perbaiki sama-sama rumah tangga kita. Demi eunwoo... Aku mohon."
"Egois? Kamu... Bilang kalau aku gak boleh egois..?!" Putri tersenyum, miris dan begitu sakit. "Kalau aku egois, aku harusnya sudah pergi meninggalkan kamu bersama dengan anak kita bertahun-tahun yang lalu. Harusnya aku sudah melayangkan gugatan cerai dan memulai hidup baru yang bahagia dengan eunwoo. Tanpa kembali padamu dan membiarkan wanita itu membayangi rumah tangga kita selama bertahun-tahun. Dan kamu bilang, aku egois?!!"
"Putri aku mohon.."
"Enggak! Kamu gak perlu memohon lagi, kamu bisa pergi sekarang."
"Puu..."
"Pergi Chanyeol. Aku mohon, pergi..."
Dada Chanyeol begitu sesak saat putri mengusirnya dengan tegas, dan terasa lebih sesak. Saat sebuah suara yang terdengar membuat segala pertahanannya seolah runtuh.
"Daddy... Pulang?"
Eunwoo... Balita itu menatap lekat ayahnya yang berlinang air mata dengan pandangan polos tanpa dosa. Yang membuat Chanyeol merasa bahwa dia adalah makhluk yang paling berdosa di tempat itu sekarang
............
One chapter done!
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top