47. LIFE OR DEATH III
Hai
Lanjut
.
.
.
"Putri!! Sayang!" Teriak Chanyeol sambil mengguncangkan tubuh putri tanpa henti.
"Dokter!!! Dokter tolong, dokter..."
Dokter langsung mendekat dan meminta Chanyeol keluar agar dia bisa menangani putri lebih maksimal lagi. Lelaki itu nampak tak ingin menjauh dari sang istri, namun salah satu perawat sudah menariknya keluar dan segera menutup pintu ruangan tindakan.
"Yeol, kok kamu udah keluar duluan? Cucu mamah sama putri mana?" Tanya mamah park yang melihat Chanyeol keluar ruangan dengan linangan air mata.
"Putri.. kritis mah, aku gak tahu kenapa. Dia tadi tidur lagi mah. Dia.."
Chanyeol tak mampu melanjutkan ucapannya, lidahnya kelu dan otaknya seolah berhenti bekerja sekarang. Dia benci membayangkan segala sesuatu yang buruk tentang istrinya. Tentang putri, wanita yang begitu dia cintai.
"Sudah, sudah.. kamu jangan nangis lagi. Istrimu pasti kuat, dia lagi berjuang di dalam sana. Lebih baik kamu berdoa buat dia." Ucap papah park mencoba menenangkan perasaan anaknya yang dia yakini sedang hancur.
"Iya sayang, tenang aja. Kamu tenang dulu, duduk dulu." Ajak mamah park dan mengangsurkan sebotol air mineral ke arah Chanyeol. Sementara member EXO lainnya kini mendekat dan merangkul Chanyeol, memberikan kekuatan mereka untuk sang rapper yang kini sedang di runding ketakutan terbesar di dalam hidupnya.
--meanwhile--
Di dalam ruang tindakan, dokter terus berusaha untuk mengembalikan kesadaran putri. Denyut nadi wanita itu melemah, segala hal tengah di lakukan untuk memperjuangkan putri. Agar wanita itu bisa kembali sadar dan pulih seperti biasanya.
"Ambil alat pacu jantung! Sekarang!" Teriak sang dokter sambil terus melakukan CPR pada putri. Peluh terlihat disana meskipun ruangannya terdapat alat pendingin udara
"100 Joule!! Mundur!!"
Ddrrtt!!
Tubuh putri bergerak naik dan terhempas, tapi garis itu terus terlihat disana. Tak ada perubahan, saturasi oksigennya pun selalu menurun begitu juga dengan tekanan darah wanita itu yang semakin drop.
"200 Joule!!"
"Dokter! Itu terlalu tinggi" ucap seorang perawat.
"Diam! Cepat naikkan daya kejutnya. Sekarang!!"
Ddrrtt!!!
Lagi, jantung putri di kejutkan dan di pacu begitu keras. Sementara di tangannya, di suntikkan berbagai macam obat oleh dokter anastesi melalui selang infusnya
Wanita itu bergeming. Kondisi badannya seolah menolak semua obat dan juga tindakan penyelamatan yang di berikan.
Sampai...
"Ooouuueekkk.. ouuueekkk.." suara tangis bayi itu terdengar begitu nyaring. Entah apa yang di rasakan oleh bayi mungil itu sampai dia menangis begitu kencang sementara sebelumnya dia sudah cukup tenang
Dokter Jung menoleh, firasatnya berjalan begitu cepat. Sampai dia akhirnya mendekat ke arah bayi mungil itu dan menggendongnya. Mendekat ke arah sang ibu yang tak sadarkan diri.
"Kemarikan bayinya." Ucap dokter Jung dan tak lama, dia segera menempatkan tubuh ringkih itu di samping ibunya. Tepat di dada putri.
Menelungkup kan si bayi dan membiarkan kulit mereka saling bersentuhan, begitu juga dengan degup jantung mereka yang terasa satu sama lain...
....
'pip pip pip'
"Berhasil!!" Teriak salah seorang perawat yang terus memperhatikan layar monitor.
Benar, tekanan darah putri juga nafasnya berangsur naik dan stabil meskipun begitu lambat.
Jari jari kecil yang bahkan masih begitu kecil dan halus itu bergerak kecil di tubuh ibunya. Begitu pula dengan kepalanya yang seolah mengusap di sana. Dan jangan lupakan suara rengekan kecil yang membuat siapapun berdesur mendengarnya
"Hhekkk.." suara itu... Suara dari malaikat kecil itu, berhasil menuntun sang ibu untuk kembali pulih seperti sedia kala.
Dokter Jung menghela nafas lega dan begitu bersyukur. Dia menyelimuti and kain ke tubuh mungil bayi itu tanpa berani memindahkan posisinya dari sisi sang ibu.
"Panggil suaminya masuk sekarang"
Perintah dokter Jung yang di angguki oleh salah satu perawat dimana dia segera memanggil Chanyeol masuk ke dalam sana.
.
--skiipp--
Cklek
Pintu ruangan terbuka dan Chanyeol kini tengah menggendong putra kecilnya yang terlelap mendekat ke arah putri. Wanita itu tersenyum lembut dan mengulurkan kedua tangan, meminta agar bisa memeluk putranya saat itu juga
Cupp
Chanyeol mengecup kening putri lembut dan menempatkan putra mereka di samping istrinya.
"Dia tidur terus setiap kamu bawa dia kesini Chan.." ucap putri dengan wajah cemberut.
"Gendongan ku terlalu nyaman, itu sebabnya dia bisa tidur setiap aku menggendong dia kesini sayang."
"Mck, menyebalkan. Aku juga ingin melihatnya saat membuka mata Chan!"
"Hahaha, apa sekarang istriku sedang cemburu karena putra kita selalu membuka matanya padaku?" Tanya Chanyeol sambil terkekeh.
"Anggap saja aku memang sedang merasakan itu."
"Oh astaga sayang, jangan pernah merasakan cemburu pada siapapun. Buatku, posisi kamu dan anak kita sama kok. Tetap yang nomor satu di hati aku."
"Bukan soal itu, ih.."
"Iya iya," Chanyeol kini menarik kursi di samping ranjang putri.
"Mas Dimas mana?"
"Dia pulang ke rumah mamah tadi, nanti juga dia kesini lagi sama mamah dan papah. Eh, anak kita masa katanya lebih mirip sama aku."
Putri mengernyit, dia menyampingkan tubuhnya dan menatap sang anak.
"Ngarang ih, bibir nya itu mirip sama aku"
"Iya, bibir aja. Yang lain sih mirip sama aku. Iya kan?"
Putri berdecak, dia tak bisa membantah. Memang 99% putra kecilnya itu begitu mirip dengan sang ayah. Chanyeol.
Entah bagaimana bisa itu terjadi, hanya saja.. menurut orang, kalau anak kita mirip dengan ayahnya. Artinya memang sang ayah begitu menyayangi istri dan si anak. Dan begitu menginginkan keduanya.
Putri lamat-lamat tersenyum membayangkan itu.
"Kenapa senyum?" Tanya Chanyeol dan putri menggeleng
"Kata orang, kalau anaknya mirip sama ayahnya.. berarti ayahnya itu emang sayang banget sama anak dan istrinya. Ehh, apa sama anaknya aja ya. Aku lupa, pokoknya gitu deh" jelas putri sambil mencoba mengingat.
"Emang kenyataannya begitu kan? Aku emang sayang banget sama kalian berdua, sama kamu juga sama eunsoo..." Ucap Chanyeol lagi.
"Hehe, iya.. semoga kamu sayang terus sama kita dan gak pernah lupa atau ninggalin kita berdua ya"
Chanyeol mengernyit, dia menatap lekat istrinya yang kini tengah memainkan tangan sang anak.
"Justru aku yang takut bee, kamu tahu.. waktu kemarin kamu sempat gak sadar setelah eunsoo lahir. Rasanya, jantung aku hampir aja berhenti. Aku takut, takut kalau kamu pergi dan ninggalin aku sama eunsoo sendirian."
Tangan putri terulur, menyentuh tangan suaminya dan menaruhnya di pipi eunsoo.
"Gak akan, aku cuma capek aja kemarin. Jadi aku tidur sebentar, aku gak mungkin bisa dan mau buat ninggalin kamu atau pun anak kita."
Chanyeol tersenyum. Tapi senyumnya menghilang begitu putri melanjutkan ucapannya.
"Kecuali, kalau papah nakal kayak dulu ya nak. Nanti kamu ikut mamah pergi aja yang jauh, biar papah sendirian disini" gumam putri sambil melirik putranya yang menguap kecil seolah menanggapi ocehan ibunya.
"Sayang ih, apaan sih. Gak mungkin lah aku mau begitu lagi,. Gila apa? Jangan di bahas di depan anak kita juga dong. Turun wibawa aku di depan eunsoo nanti." Protes Chanyeol yang membuat putri terkekeh.
Ya.. perempuan memang seorang ahli sejarah yang ulung. Itu yang Chanyeol tahu. Dia akan selalu mengingat kesalahan pasangannya dan dengan mudah memutar kembali memori menyakitkan itu untuk sekedar menyudutkan pasangannya sendiri
Benar?
Chanyeol menghela nafas perlahan dan mendekat, mencuri ciuman singkat di bibir putri dengan sedikit lumatan yang membuat kelopak mata wanita itu membulat
"Chan!! Ada anak kita, ih."
"Hehehe. Kamu nggemesin sih, jadi pengen cium aja" putri mencebikkan bibirnya dan sekali lagi kembali bergumam di telinga putra kecil mereka. Entah apa yang wanita itu bicarakan, yang pasti.. Chanyeol begitu bahagia melihat pemandangan indah itu di hadapannya
.
.
LANJUT?
VOMMENT JUSEYO
NILAI, 1-100?
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top