10. PLEASE...
Hai
Lanjut
.
.
.
Putri mulai terbangun dari tidurnya saat dia merasa langit diluar mulai gelap, entah sudah berapa lama dia tertidur setelah menangis cukup lama di dalam kamar Dimas begitu dia tiba di Spanyol.
Drap drap drap
"Evening lil sister.. gimana tidurnya? Nyenyak?"
Putri mengangguk kecil sambil menguap lebar dan mengucek matanya bergantian.
"Dari mana?"
Tanya nya saat melihat Dimas menenteng tas plastik besar dengan logo supermarket di depannya.
"Belanja kebutuhan bulanan dan juga susu hamil"
"Susu hamil buat siapa?"
"Untukku?"
Putri melotot dan menatap Dimas dengan pandangan yang sulit di artikan hingga lelaki itu terkekeh.
"Kumpulin dulu tuh nyawa kamu, baru tanya sama aku. Kalau aku beli susu hamil, ya pasti buat kamu lah.. aku masih perjaka tulen ya"
Ujar Dimas hingga putri mengukirkan senyuman disana.
"Nih.. minum"
"Kenapa gak coklat?"
"Uhm.. kamu suka vanilla kan?"
"Tapi aku mau coklat oppa.."
Dimas menatap putri.
"Princess, apa kehamilan itu membuta selera mu berubah? Sejak kapan kamu suka sama coklat?"
"Aku tadi mimpi, makan coklat yang banyak. Aku mau coklat oppa"
Dimas menghela nafas panjang. Dia mendial sebuah nomor dan seolah mengirim pesan entah pada siapa.
"Ngapain?"
"Pesan susu coklat dan semua yang serba coklat untuk kamu"
Putri tersenyum dan mengambil gelas susunya lalu meminumnya sampai habis. Hingga Dimas menggeleng kecil
"Katanya gak mau, gak doyan.. tapi habis juga. Dasar bumil.."
"Aku denger ya oppa..."
Dimas terkekeh lagi dan mengusap kepala putri perlahan.
.
--meanwhile--
Bawain semua yang berbau coklat dan susu hamil rasa coklat, istrimu lagi pengen makan coklat
Pesan dari Dimas itu membuat Chanyeol mengubah arah taksinya. Dari yang semula langsung menuju ke rumah Dimas, dia harus masuk ke sebuah supermarket terlebih dahulu dan memilih semua coklat terbaik juga susu hamil rasa coklat yang menurut penjual nya adalah yang paling enak disana.
"Semoga kamu suka sama apa yang aku bawain ya sayang.."
Gumam Chanyeol dengan senyum yang mengukir di wajah nya dan membawa dua plastik besar dengan segala hal berbau coklat di dalamnya.
.
.
--skiipp--
"Oppa.. dimana sih pesenan ya? Katanya oppa udah pesen, kok gak sampek sampek?"
"Sabar.. bentar lagi, kurirnya lagi kena macet kali di jalan dek"
"Lama!"
Gerutu putri sambil mengerucutkan bibirnya.
.
Tak lama.. pintu rumah Dimas kini berbunyi begitu nyaring.
Gadis yang memang sedang menunggu itu pun dengan langkah cepat menuju ke arah pintu dan membuka pintu nya dengan cepat.
Cklek
"Cokla-"
Wajah berbinar dan senyum merekahnya kini langsung surut begitu melihat siapa sosok yang tengah berdiri di hadapan nya.
"hai bee.."
Putri segera akan menutup pintu nya dengan cepat saat kaki chanyeol tiba-tiba berada di sela pintu dan menghalangi pintu rumah nya agar tak tertutup lagi.
"Bee... Biarin aku masuk ya"
Ucap Chanyeol.
BRAKK
Putri tak menjawab tapi membiarkan pintunya terbuka dan meninggalkan Chanyeol segera menuju kamar Dimas sementara Chanyeol tergopoh-gopoh masuk ke dalam dengan ransel dan tas besar juga koper nya yang tak kalah besar lagi.
"Dek.. ada ap-"
Ucapan Dimas terhenti saat melihat sosok adik iparnya masuk dan menatap lekat ke arah putri.
"Duduk dulu Yeol"
Ujar Dimas sambil menepuk pundak Chanyeol.
.
.
--meanwhile--
'tuutt tuutt'
Dimas mengernyit saat ponselnya berbunyi, tapi yang tertera didanai struktur nomor rumahnya sendiri.
"Halo??"
"Mas yang undang dia kesini kan? Buat apa? Suruh dia pulang sekarang!!!"
Teriak putri di ujung teleponnya.
"Turun dulu atau Chanyeol yang akan naik ke atas buat ketemu kamu"
"Gak ada, aku gak mau. Gak usah!!!"
Ucap putri lagi
"Ya Tuhan... Adek, jangan kayak gini. Dewasa sayang, oke?"
"Gak ada, aku gak mau ketemu dia"
Chanyeol yang mendengar itu akhirnya menghela nafas berat. Dia tahu kalau pasti akan menerima penolakan keras dari istrinya seperti sekarang.
"Biar aku langsung kesana aja"
Ucap Chanyeol lirih dan meminta kunci cadangan dari Dimas
.
.
--skiipp--
Putri meringkuk di dalam selimut tebal bergambar Avenger kesukaan Dimas dan menutupi seluruh tubuhnya
"Jangan kayak gini kalau tidur, nanti kamu susah nafasnya."
Ucap Chanyeol yang berhasil masuk ke dalam kamar Dimas dan membuka sedikit selimut yang menutupi kepala putri sekarang.
"Jangan kesini!! Aku benci kamu!!!"
Brukk
Chanyeol berlutut.. tepatnya berlutut di sisi ranjang dan menyejajarkan tubuhnya dengan putri yang masih berbaring di ranjang.
"Aku tahu.. kamu benci sama aku, tapi aku bener bener minta maaf bee.. sumpah, aku gak bisa pisah sama kamu. Jangan pernah bilang kalau kamu mau pisah dari aku bee"
Putri memutar tubuhnya menghadap chanyeol. Dia cukup kaget saat melihat Chanyeol yang sedang terisak dan menunduk
Dia ngapain nangis sih?!
Batin putri saat melihat suaminya.
"Gak usah sok gak mau pisah sama aku, kalau kamu udah bosen dan capek sama aku.. tinggal pergi aja sana, sama siapa itu.. Hyeri.. atau siapa itu namanya. Terserah kamu, gak usah peduli lagi sama aku atau anakku.. kamu bisa jalan jalan atau ngapain aja sama dia. Oh.. chatting juga boleh kok, gak akan ada yang larang kamu lagi mulai sekarang"
Ucap putri sarkas hingga dada Chanyeol terasa begitu sakit dan sesak... Dia tak menyangka kemarahan putri sampai sebesar ini.
"Bee.."
"Jangan pegang!!!"
Putri menampik tangan Chanyeol yang akan menyentuhnya
"Bee.. jangan begini. Aku minta maaf, aku minta ampun! Sumpah demi Tuhan, aku gak selingkuh atau mengkhianati kamu sayang. Aku akui aku bohong sama kamu, aku tutupin ini dan aku udah nyakitin kamu.. tapi sumpah demi apapun.. aku gak pernah mau tinggalin kamu sama sekali bee.. sumpah!"
"Gak usah sumpah! Sumpah kamu itu palsu Yeol.. pergi sana, aku males liat wajah kamu"
Chanyeol menunduk, dia kembali terisak.. tapi entah kenapa, itu tak membuat hati putri luluh... Gadis itu tetap terus menerus teringat dengan wajah Hyeri yang tersenyum lebar juga senyuman bodoh Chanyeol yang dia lihat hari itu.
"Oke.. aku pergi.. aku gak akan disini kalau kamu memang masih belum mau ketemu sama aku.."
"..."
"Tapi aku mohon, jangan minta untuk pisah atau bercerai.. aku gak akan ceraikan kamu sayang.. pikirin baik baik ya sayang.."
"..."
Putri diam dan kembali memunggungi Chanyeol. Gadis itu kembali menutup seluruh kepalanya dengan selimut sampai suara pintu terbuka dan tertutup kembali terdengar.. menandakan lelaki yang menjadi suaminya itu telah keluar dari sana.. dan putri segera meledakkan tangisnya lagi cukup kencang, hingga Chanyeol bisa mendengar suara tangis itu dari balik pintu...
.
.
--skiipp--
Chanyeol segera menghambur ke pelukan Dimas begitu dia melihat sosok kakak iparnya yang menatap Chanyeol dengan tatapan prihatin.
"Hyuuuungg... Aku harus apa?"
"Dia masih emosi Yeol, dia juga hamil.. jadi emosinya labil.."
"Terus aku harus gimana sekarang?"
"Gini.. kamu tinggal aja dulu disini. Aku yang ngungsi ke apartemen temen aku dulu. Kamu disini, jagain dia dan rawat dia. Aku yakin, dia bakal luluh kok lama-lama.. kamu ngerti watak istrimu kan?"
"Kalau dia nolak kehadiran aku gimana Hyung?"
"Wajar lah.. namanya orang emosi, tapi kalau kamu nya usaha terus tanpa henti. Dia pasti bisa luluh kok, percaya deh"
Chanyeol mengangguk. Menaklukkan putri yang masih merajuk itu bukan hal yang mudah, sangat tidak mudah dan Chanyeol tahu persis itu dengan benar...
"Ya udah.. tuh, kamu bisa masak kan? Ada bahan makanan lengkap di kulkas.. cemilan juga ada, susu juga udah ada.. kamu bisa tidur di kamar tamu yang ada di sebelah kamar putri tadi. Kopermu udah ada di sana..."
"Makasih banyak Hyung"
"Hmm.. titip adik aku, jangan macem macem dan jangan sampai dia kabur lagi dari sini. Bisa bahaya, ngerti?"
Chanyeol kembali mengangguk kecil. Dan Dimas masuk ke kamar putri sebentar untuk mengatakan bahwa dia akan pergi ke kantor sebentar.. tanpa memberitahukan keberadaan Chanyeol yang masih ada di sana.
.
.
.
LANJUT?
VOMMENT JUSEYO
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top