Prolog
Di pagi hari yang begitu cerah. Di kawasan perumahan elit daerah Jakarta. Jalan Lestari Block A No. 46, tinggallah sebuah keluarga yang sangat bahagia.
"Ka Iel!!!" teriak seorang Gadis di dalam rumah tersebut.
"Hahaha... Kamu lucu deh kalau lagi marah-marah." kata seorang Pemuda berambut berkulit hitam manis. Ia mengacak-acak rambut Gadis yang berteriak tadi dengan lembut.
Gadis berwajah cantik serta manis tengah berekspresi kesal. Ia pun menghentak-hentakkan kaki ke lantai.
"Aku benci Ka Iel!" seru Gadis itu membuang wajah ke samping. Ia tak mempedulikan Pemuda itu tengah meminta maaf dengan wajah memelas. Namun, di balik kekesalannya ia terkekeh kecil. Kapan lagi ia melihat wajah Pemuda itu yang biasanya berekspresi datar nan dingin seperti es.
"Ify, Kak Iel minta maafnya. Janji deh Kakakmu yang tampan dan manis ini nggak akan mengulanginya lagi." ucap Iel nama Pemuda itu dengan nada memohon, walau di tambah dengan penyakit narsis yang tidak menghilang.
"Iih! Masih saja narsis! Niat nggak sih minta maafnya!" omel Ify nama Gadis itu agak keras.
"Hehehe... Maklum sudah dari lahir seperti ini apa adanya Kakak." sahut Iel menggaruk kepalanya yang tak gatal.
Tiba-tiba datang seorang Wanita berwajah cantik. Ia membawa sebuah nampan berisi dua buah piring nasi goreng serta dua gelas susu putih.
Wanita itu yang bernama Nada menaruh nampan di atas meja makan. Dengan seulas senyum manis, ia berikan kepada kedua anaknya.
"Hayoo,, kenapa pada berantam pagi-pagi ini?" tanya sang Mama Nada lembut.
"Ini Ma, Ka Iel pagi-pagi sudah ngerjain aku." jawab Ify sekaligus mengadu.
"Iel, ayo minta maaf sama adik kamu." kata Mama Nada tanpa menghilangkan senyum indahnya.
Iel membalas senyum Sang Mama. Ia berjalan pelan mendekati Adik perempuannya. Dengan sekali tindakan ia langsung memeluk erat adik kesayangannya.
Deg!
Kedua jantung manusia itu saling berdetak dengan kencangnya. Seakan mereka habis berlari jauh.
"Maafin Ka Iel ya, My Little Sweety." ucap Iel lembut nan tulus. Itulah panggilan sayang dari seorang Kakak.
Ify sendiri masih meredakan detak jantungnya yang tak karuan. Ia pun hanya mengganggukan kepala kecil di dalam pelukan antarsaudara.
"Entah kenapa aku ingin berlama-lama berada di pelukan yang terasa hangat ini." batin Ify lirih.
"Aku merasakan kenyamanan di pelukan ini." batin Iel lirih.
.
.
.
.
.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top