An Xia

Thousand Autumn ©️ Meng Xi Shi

Little Ming Ming ©️ bellasteils

A yume fanfiction, collaboration with sasha

Warning: slight bl and gl

Original characters:

Ming Mei / Ming Ming ©️ bellasteils

An Xia ©️ sasha

Art ©️ sasha

Selamat membaca.

***

Ming Mei atau yang biasa dipanggil Ming Ming melempar bakpao ke udara beberapa kali. Tangan satunya menyuap bakpao daging satu lagi yang sudah nampak bekas gigitan.

"Penjual bakpao ujung jalan itu memang mudah dibohongi, dengan satu gosip dua bakpao pindah ke tanganku..." gumamnya kemudian menghabiskan suap terakhir bakpao daging. Manik zamrudnya berbinar melihat satu bakpao lagi sudah siap berpindah ke perut karetnya.

Namun kewaspadaan Ming Ming selalu luntur hanya karena makanan. Gadis mungil itu tidak menyadari bayangan hitam yang mengintai, atau memang bayangan itu yang pandai menyembunyikan keberadaan.

Dalam satu kedipan mata, Ming Ming yang tadinya berdiri di gang sepi seketika menghilang. Meninggalkan bakpao yang tergeletak di tanah kotor terlepas dari tangan ketika tubuhnya tiba-tiba ditarik. Bakpao lezat yang seharusnya berakhir di perut Ming Ming, kini menjadi santapan anjing liar yang kelaparan.

"Ah bakpaoku! Siapa kau! Lepaskan aku!" teriakan Ming Ming menggema bersamaan dengan tubuhnya yang meronta. Satu totokan kecil di titik syaraf kesadaran membuat Ming Ming pingsan seketika.

Kalau ditanya kelebihan Ming Ming, adalah indra penciuman, terutama kalau berhubungan dengan makanan. Kesadarannya pulih karena mencium aroma lezat. Sayangnya pandangannya terhalang sebuah kain dan kedua tangan diikat di sandaran kursi. Ming Ming berusaha meronta, tentu saja hasilnya nihil.

"Hm?" Ming Ming merasakan aroma yang paling dia suka, "pangsit goreng dari restoran Lian Hua." dan otaknya segera membawanya ke dalam satu kesimpulan.

"An Xia-jie jie!" Serunya.

Kain yang menutup pandangan Ming Ming lantas terbuka. Pandangannya masih buram tapi ia langsung mengenali pangsit goreng di atas meja. Ada juga pangsit kuah dengan taburan daun bawang yang masih mengepul.

Hidangan kesukaan Ming Ming yang membuatnya terlena hingga melupakan sosok yang duduk di depannya.

"Pintar juga kau pencuri kecil." ujar An Xia. Wanita dengan pakaian serba hitam duduk di depan Ming Ming dan menyilangkan tangan di depan dada.

"Jangan meremehkan indra penciumanku." Ming Ming menaikan hidung seolah hidungnya tumbuh lebih panjang.

"Jadi..." An Xia tidak ingin berbasa-basi, langsung kepada topik utama, mengabaikan kesombongan Ming Ming yang tidak berguna, "bagaimana hasilnya?"

"Buka dulu ikatan tanganku dan biarkan aku mengicipnya." ujar Ming Ming.

An Xia menyipitkan kedua mata. Mengicip bagi Ming Ming tidak seperti mengicip pada kebanyakan orang. Menghabiskan satu piring pangsit goreng berisi 10 buah baru disebut mengicip.

An Xia mau tidak mau melepas ikatan tali yang mengikat kedua tangan Ming Ming hanya dengan sekali jentikan jari.

Manik zamrud Ming-Ming langsung berbinar. Sumpit yang tergeletak segera disambar dan dua pangsit masuk ke dalam mulut dalam sekali suap. An Xia nampak tenang tapi sebenarnya tidak sabaran dengan menghentakkan kaki dan masih menyilangkan tangan. Maniknya terus memperhatikan Ming Ming dengan lahap menyuap pangsit goreng kelima.

"Jadi..." An Xia memotong dengan nada intimidasi sebelum Ming Ming terlena dan melupakan tujuannya bertemuーdiculikーoleh An Xia.

Ming Ming terlonjak kaget. Masalahnya kemampuan bela diri Ming Ming tidak sehebat An Xia. Trauma masih membekas di kepala Ming Ming ketika kalah telak melawan An Xia. Sejak awal memang salahnya sendiri dengan percaya diri menantang seorang An Xia.

Walaupun tidak masuk dalam sekte manapun tapi nama An Xia dikenal sebagai dewi beladiri di dunia persilatan.

Ming Ming meletakkan pangsit yang masih setengah. "Jadi..." ujarnya mengulang kalimat An Xia. Di pipi masih ada serpihan kulit pangsit yang menempel. "Aku melihat Nona Bai Rong sedang menggoda Shen Qiao."

"Shen Qiao?" An Xia mendelik. Nama yang belakangan menjadi buah bibir di dunia persilatan. Murid kesayangan Qi Fengge yang meneruskan posisi gurunya menjadi ketua sekte Gunung Xuandu setelah kepergian Qi Fengge sendiri.

An Xia nampak melunak, Ming Ming mengambil kesempatan kembali melahap pangsit kesukaannya.

"Kenapa Bai Rong kesayanganku mau menggoda seorang Shen Qiao? Seberapa hebatkah murid Qi Fengge ini?"

Ming Ming berhenti mengunyah dan merenung, 'Kalau bisa jadi ketua sekte bukankah kemampuannya juga mumpuni? Lagian sejak kapan Bai Rong resmi jadi kesayangannya An Xia-jiejie?'

Ming Ming sendiri belum pernah melihat kemampuan Shen Qiao secara langsung. Menurut Yu Shengyan, kemampuan Shen Qiao tak kalah dengan shizun mereka, Yan Wushi. Sampai membuat seorang Yan Wushi tertarik kepada Shen Qiao bukankah kemampuan bela dirinya tak perlu diragukan lagi?

Pikiran itu hanya mengendap dalam otaknya. Lagian kalau diucapkan dengan lantang sama saja Ming Ming kehilangan pekerjaannyaーdan juga makanannya.

Akhirnya Ming Ming memilih tidak peduli dan melanjutkan makan. Ia tidak ada masalah atau mau memancing masalah dengan Shen Qiao. Tugasnya hanya mata-matai Bai Rong untuk An Xia.

Baru mau melahap pangsit berikutnya, angin cepat melesat melaluinya. Kepalanya mendongak mendapati sosok An Xia sudah menghilang, pergi keluar lewat jendela di belakang tempat duduk Ming Ming di lantai dua.

"Yah, padahal aku belum cerita kalau seketika itu juga Nona Bai Rong ditolak oleh Shen Qiao. Siapa sangka malah bercumbu dengan shizun."

Ming Ming akhirnya menghabiskan semua hidangan tanpa sisa.

"Rupanya kau di sini."

Ming Ming menoleh. "Ah Sheng!" Serunya riang melihat Yu Shengyan sudah masuk melalui jendela.

"Jangan bilang kau habis berkeliaran dengan An Xia lagi?" Yu Shengyan melirik pada jajaran piring kosong di atas meja.

Ming Ming hanya terkekeh.

"Eh, Ah Sheng mau makan bakpao, ga?" Ming Ming mencoba mengalihkan topik. "Ayo, Ah Sheng aku yang bayar."

Ming Ming menggaet lengan Yu Shengyan. Siapa sangka wajah hingga telinga Yu Shengyan langsung merona hebat. Tapi sebagai seorang kultivator ia mampu menutupinya.

"Sebelum An Xia-jiejie pergi, dia meninggalkan sekantong emas." Ming Ming melempar-lemparkan kantong merah bermotif bunga itu ke udara. "Dan makanan di sini sudah dibayar oleh An Xia-jiejie."

Ming Ming nyerocos panjang lebar karena tahu ia suka berulah di kota sampai menjadikan Yu Shengyan sebagai tameng.

Yu Shengyan hanya pasrah diseret oleh Ming Ming menuju kedai bakpao ujung jalan.

'Kalau demi kamu kemanapun aku turuti.'

Begitulah batin Yu Shengyan yang sampai saat ini belum juga menyatakan cinta padahal kelakuan sudah seperti orang pacaran.

Di sisi lain, Bai Rong yang masih sakit hati setelah ditolak oleh Shen Qiao dan harus menghadapi kenyataan hati Shen Qiao sudah direbut oleh si tua Yan Wushi.

An Xia sudah duduk di depan Bai Rong di sebuah kedai sake kesukaan Bai Rong. Siapa lagi informan andalan An Xia kalau bukan Ming Ming.

Mejanya sudah penuh dengan botol-botol sake yang sudah habis. Bai Rong pun sudah teler. Entah sudah berapa lama Bai Rong minum sampai tertidur pulas. Padahal tingkat toleransi alkohol Bai Rong cukup tinggi.

"Hei, Bai Rong?" An Xia mencoba membangunkan. Tidaklah etis Bai Rong kesayangannya tidur dengan tidak elit di tempat seperti ini. Walau kemampuan bela dirinya mumpuni, tapi dalam keadaan teler, siapapun bisa berbuat jahat kepada Bai Rong kesayangannya.

"Ngh?" Bai Rong merespon. Tentu saja dengan kesadaran setipis kesabaran Yan Wushi.

"Ayo pulang."

"Hei, kakak tampan, mau main bersamaku?" tanya Bai Rong dengan nada menggoda. Tangannya meraih tangan An Xia, memeluk erat seolah bantalan hidupnya. Detik berikutnya Bai Rong kembali terlelap.

An Xia menunggu beberapa saat sampai Bai Rong benar-benar tertidur nyaman di pelukan An Xia. Wajah An Xia meski selalu nampak datar, jantungnya yang berdegup kencang tidak bisa dibohongi.

Semakin malam, pengunjung semakin banyak berdatangan. Menyesap sake untuk menghilangkan penat dan serba-serbi kehidupan yang menyesakkan.

An Xia beranjak sambil menggendong Bai Rong di punggung. Beberapa koin emas diletakkan di atas meja, membawa pujaan hati ke tempat dimana bisa berduaan saja.

Selesai.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top