Putus

Cinta memang tidak butuh alasan, tapi untuk bertahan cinta perlu suatu kekuatan bernama tulus

Selvi

Irlan baru saja ingin menyapa April, tapi urung ia lakukan karena suara lembut April tiba-tiba mengeluarkan kata yang sadis. Menyetop langkah, Irlan bersembunyi dibalik pohon kampus tempat April berkuliah. Ia ingin memastikan kalimat apa yang selanjutnya keluar dari bibir April. Irlan perlu mendengar kalimat April tertuntaskan hingga marahnya bisa sekaligus dirapel untuk men-skak mat April.

Dan ternyata, apa yang Irlan dengar benar-benar melukai hatinya. Di mana April yang selama ini ia kenal sebagai pacar yang baik, yang lembut, yang perhatian, bahkan selalu mengerti keadaan Irlan. Kenapa baru sekarang, Irlan tahu April tidak sebaik penilaiannya selama ini. Bisa-bisanya Irlan percaya pada akting April yang terbilang kelas internasional. Bodohnya Irlan yang selama ini hanya tertipu dengan wajah manisnya, bodohnya Irlan yang diperhatikan sedikit saja bisa tergoda.

Muak mendengar percakapan April dan Iyana, Irlan muncul mengejutkan keduanya. Tentu saja, April yang berdiri paling pertama dengan wajah gugupnya. Bahkan dengan biadab ia masih mengharap, Irlan tidak mendengar apa yang baru saja ia katakan.

"Oh, jadi itu alasan kamu minta dinikahin, bagus ya." Kalau saja tangan seorang laki-laki dihalalkan memukul wajah wanita mungkin sudah Irlan lakukan saat ini untuk melampiaskan emosinya, tapi Irlan sadar tangannya tidak akan ia kotori hanya untuk menampar perempuan yang sudah tega melukai hatinya.

"Aku duluan, ya." Merasa tidak enak ikut terlibat di antara sepasang kekasih yang butuh menyelesaikan masalahnya, Iyana pamit.

"Kenapa kamu nggak pernah bilang sama aku Na, kalau April ternyata cuma?" Anti bagi Irlan menyebut sikap buruk April. Lidahnya seolah gatal mengucap lima huruf yang seketika menjungkir balikan dunianya.

"Maaf Irlan." Hanya itu yang bisa Iyana ucapkan. Ia tahu April salah, tapi bukan urusannya menyampaikan sikap buruk April pada Irlan.

Mendapati tatapan sendu Irlan, Iyana tetap melangkah, menjauhi keduanya yang butuh privasi. Mungkin Iyana memang sahabat April, tapi untuk urusan yang menyangkut hati atau dunia perasaan, Iyana tahu porsi itu bukan bagiannya.

Masih menahan amarah, Irlan berucap setegas mungkin. Sebagai laki-laki ia berhak mengambil keputusan. "Maaf Pril, sebaiknya hubungan kita sampai di sini aja."

"Irlan." Tahu bahwa Irlan akan segera pergi meninggalkannya, buru-buru April menarik lengan Irlan yang sudah tiga langkah melimbai.

April menangis tersedu sebelum mulai bicara. Oh, liat apalagi yang perempuan buaya itu lakukan, ia menangis terisak. Demi dewa pun Irlan sudah tidak peduli lagi, mau April jungkir balik di depannya sekalipun, hati Irlan sudah mentah. Beberapa menit lalu cintanya sudah berubah amarah.

"Irlan, ini bukan kayak yang kamu kira. Serius, aku sayang sama kamu, aku cinta kok. Tolong kamu percaya." Laki-laki mana yang akan percaya pada perempuan yang baru saja khilaf mengungkap keburukannya. Diberi buaian macam itu, Irlan tersenyum miris.

"Sayang? Cinta? Kamu yakin?" Irlan menyeringai tipis, lalu menyambung. "Aku baru tahu cewek sepicik kamu adalah orang yang pernah aku cintai." Tuding Irlan tepat di depan wajah April. Masih berakting, April semakin meraung-raung. Tangis memilukannya tak juga bisa menyakinkan Irlan bahwa itu bentuk dari ketulusan seorang April. Ia lebih percaya pada informasi yang beberapa menit lalu ia dapati.

"Kita putus. Jadi mulai hari ini April resmi menjadi seorang jomblo. Makasih buat semuanya ya Pril," epilog dari Irlan rasanya menyayat hati April. Kali ini ia benar menangis, bukan karena Irlan pastinya, ia menangisi sesuatu yang sedikit lagi menjadi miliknya, kini terlepas.

Masih punya harga diri, April memutus langkah ketika Irlan menepis tangannya. Percuma saja menyakinkan Irlan, toh lelaki yang sempat singgah di hati April itu, pergi dengan hati yang sakit. Jadi upaya April menjadikan Irlan sebagai hak paten selamanya, pupus sudah. Harapan yang sempat disusun April kini sia-sia. Irlan sudah tahu semua akal bulusnya, mana mungkin laki-laki macam Irlan tertipu hanya dengan tetesan air mata April yang penuh dusta.

"Sialan," umpatnya.

***

"Tidak semua orang bisa mengerjakan salat tepat waktu. Pulang sekolah ada yang kecapean akhirnya tidur siang, pulang kerja pasti capek ya Mbaknya, Ibunya," cengir ustadzah Fatimah, kemudian menyambung. "Akhirnya lupa salat maghrib, bahkan tidur di saat adzan berkumandang di masjid. Kalau subuh jangan ditanya, pasti banyak yang kesiangan bangun, akhirnya kelupaan. Ada juga yang sudah bangun, tapi terus ditunda. Saya sendiri pun masih suka tidak tepat waktu Mbak, Ibu sekalian. Tapi alangkah baiknya sesama muslim saling mengingatkan,"

"Padahal salat tepat waktu memiliki keutamaan yang sangat besar dan merupakan amalan yang paling afdal, seperti dalam hadis :
Abdullah Ibnu Mas’ud RA berkata, "Aku bertanya kepada Rasulullah, "Ya Rasulullah, amal perbuatan apa yang paling afdhal?” Beliau menjawab, "Salat tepat pada waktunya." Aku bertanya lagi, "Lalu apa lagi?" Beliau menjawab, "Berbakti kepada kedua orang tua." Aku bertanya lagi, "Kemudian apa lagi, ya Rasulullah?" Beliau menjawab, "Berjihad di jalan Allah." (HR. Bukhari)

Saat ini Iyana sedang khusyuk menikmati ceramah yang diberikan ustadzah Fatimah dalam pengajian rutin setiap jum'at yang selalu Iyana ikuti. Selain istiqomah dalam menjalankan syariat agama, Iyana juga rajin mencamilkan dirinya dengan siraman keagamaan terutama di hari jum'at. Ia jarang menghabiskan waktu sekadar nongkrong dengan teman perempuannya di kafe seperti yang April lakukan. Ya, Iyana dianggap berbeda, kurang gaul, kurang modis, itu adalah kata-kata biasa yang teman-temannya lontarkan. Tahu apa tanggapan Iyana, ia hanya tersenyum.

"Ada sembilan keutamaan salat tepat waktu, yang pertama. Kita dicintai oleh Allah s.w.t. Yang kedua, badan kita selalu sehat. Yang ketiga, dijaga oleh para malaikat. Kemudian yang keempat, diturunkan berkah untuk rumah kita. Yang kelima, wajahnya akan menunjukan tanda-tanda orang yang shaleh. Yang keenam, akan berhati lembut, seperti ketika marah lebih bersabar. Lalu yang ketujuh, melalui jembatan shiratal mustaqim seperti kilat, mulus, lancar, tanpa hambatan. Yang kedelapan, diselamatkan dari siksa api neraka. Dan yang terakhir ditempatkan ke dalam golongan orang-orang yang tidak takut dan bersedih. Maka dari itu, mulai hari ini perbaikilah salat kita. Jika masih suka menunda waktu salat, diperbaiki dengan meningkatkan ketepatannya. Insha Allah yang ke sembilan tadi, bisa kita dapatkan asal niatnya lillahi ta'ala."

Iyana melirik ponselnya yang terasa bergetar, satu pesan masuk dari Irlan diabaikannya. Iyana tidak ingin fokusnya terganggu, apalagi oleh Irlan yang bukan mahramnya.

Pada sesi tanya jawab, Iyana mengacungkan tangannya. Temannya sesama pengajian menyerahkan microfon ke tangan Iyana.

Pelan, ia mulai bertanya. "Kalau tadi Ustadzah menjelaskan soal keutamannya, saya mau bertanya apa saja manfaat mengerjakan salat tepat waktu? Jujur saja Ustadzah, saya masih belum sempurna. Kadang pulang kuliah saya ngantuk dan akhirnya ketiduran, baru salat setelah bangun tidur." Mengakhiri tanyanya, Iyana tersenyum kecil. Manis sekali dengan wajahnya yang berkulit putih bersih.

"Terima kasih Iyana. Saya paling suka kamu aktif bertanya," ujar Fatimah mengawali jawabannya. Fatimah hafal siapa saja jamaahnya, termasuk Iyana yang tiap sesi tanya jawab, pasti bertanya.

"Tentu saja setiap ada keutamaan dibaliknya pasti ada manfaat. Yang pertama soal mengugurkan dosa seperti rasulullah pernah bersabda "Sesungguhnya seorang hamba yang muslim, jika menunaikan salat dengan ikhlas karena Allah, maka dosa-dosanya akan berguguran seperti gugurnya daun-daun ini dari pohonnya." (HR. Ahmad).

"Yang kedua, membentuk diri kita agar displin. Kalau salat saja kita bisa tepat waktu, Insha Allah hal-hal lain pun mengikuti. Yang selanjutnya, Memprioritaskan Allah. Bila waktu adzan, kita segera mengambil wudhu artinya Allah menjadi prioritas kita. Tapi kalau terus ditunda-tunda, sama saja kita menomorduakan Allah s.w.t. Bagaimana doa kita akan terkabul kalau Allah saja tidak menjadi prioritas kita?. Dan terakhir, kita menjadi orang yang pintar mengatur waktu. Sebisa mungkin kita mensiasati agar waktu salat kita tepat meskipun sedang di jalan, sibuk dengan pekerjaan, bahkan lelah sekalipun. Itulah empat manfaat dari salat tepat waktu."

Setelah sesi tanya jawab ditutup, ustadzah Fatimah melanjutkan dengan membaca doa. Iyana tahu, ponselnya bukan hanya sekali bergetar. Sudah ada tiga pesan dari Irlan, tapi Iyana hanya sekadar meliriknya.

Pulang dari pengajian, Iyana masuk ke dalam kamar lalu membuka pesan dari Irlan yang sudah bertengger menunggu balasan.

Iyana, kamu lagi sibuk ya? Kita bisa ketemu sebentar

Ada yang mau aku omongin Na

Kalau kamu udah baca tolong dibalas ya, makasih

Galau mendapati pesan Irlan, Iyana merebahkan kepala, memikirkan jawaban. Bukan kapasitasnya mencampuri urusan Irlan dan April, bahkan ia sangat tahu maksud Irlan mengajaknya bertemu.

Bisa, ketemu jam 8 di rumah makan dekat kampusku

Untuk kali ini, ia mentolerir pertemuannya dengan seorang laki-laki, berdua pula, ia tahu tidak seharunya melakukan itu, tapi demi meluruskan pikiran-pikiran Irlan yang mungkin saja negatif padanya karena bersahabat dengan April, sedikit terpaksa, Iyana menyepakati.

***

Kepala Iyana terus menunduk saat dirinya dan Irlan duduk berhadapan. Risih dengan Iyana yang seolah tidak sudi menatap wajahnya, Irlan berdecak. Ia tahu, Iyana dan April jauh berbeda, tapi Irlan tidak bisa menganggap tundukan kepala Iyana itu sebagai bentuk menghindari zina mata antara perempuan dan laki-laki. Sejak tadi, Irlan bagai orang yang berkoar sendirian. Bukan Iyana tidak mendengarkan, kepalanya boleh saja tertunduk, tapi Iyana tahu pasti bahwa ia fokus mendengarkan keluhan Irlan, hanya saja untuk menegakkan kepala Iyana tak bisa, seperti ada yang menganjal lehernya.

"Na, lawan bicaramu di depan lain di bawah," sindir Irlan. Ia sudah bosan bicara tanpa beradu tatapan. Setidaknya dipandangi ketika bicara, Irlan merasa diperhatikan.

"Aku dengar kok yang kamu bilang, tapi aku tidak bisa bicara sambil tatapan sama kamu," ungkapnya jujur. Mendapati kepolosan Iyana, Irlan kembali menyeringai tipis.

"Kenapa, kamu takut jatuh cinta?" Kali ini, Irlan mengulum senyumnya. Ia menebak, Iyana masih menampilkan wajah kagetnya dalam tundukan.

Dituduh manis macam itu, sedikit-sedikit senyum kecil Iyana mengembang. Apa-apaan Irlan, ia tidak takut jatuh cinta, hanya satu yang paling ia takuti, orang yang sudah menciptakannya terlahir ke muka bumi ini, yaitu Allah s.w.t.

"Tidak. Aku hanya takut pada Allah." Mematahkan asumsi Irlan, Iyana akhirnya mendongak meski hanya sedikit.

Merasa suasana mulai nyaman, Irlan kembali menanyakan hal-hal yang perlu ia ketahui. "Apa dari dulu kamu tahu, April memang seperti itu orangnya?" Iyana memanggutkan kepalanya, pelan.

"Kenapa kamu nggak larang aku untuk dekat dengan dia?" sambung Irlan.

Menarik napas, Iyana pelan menjawab. "Bukan kapasitas aku untuk ikut campur. Aku sudah sering menasihati April, tapi tetap dia anggap aku angin lalu." Ya, Iyana nyaris kehabisan kosa kata saat menasihati April. Mulutnya berbuih pun April sepertinya tidak akan pernah sejalan dengan pikirannya. Sahabat hanya sekadar mengingatkan, jika yang dingatkan menolak, Iyana bisa apa.

Irlan paham hingga kepalanya ikut terpanggut saat April mengklarifikasi kenapa ia tidak mengingatkan Irlan. Iyana bukan tipe orang yang suka ikut campur, mengurusi apalagi mengaduhi. Kecuali, hal itu sangat diperlukan, Iyana akan turun tangan.

"Ternyata aku jatuh cinta dengan orang yang salah," lirih Irlan berujar. Ia seolah menertawakan dirinya sendiri, kenapa bisa tertipu dengan rayuan omong kosong April. Tergoda karena April ya bisa dibilang suka menganggu libidonya agar naik. Ya, Irlan laki-laki normal yang disentuh sedikit saja mungkin akan memangsa.

April tersenyum, ia sudah hapal dialog yang baru saja Irlan katakan. Biasanya, orang-orang yang putus cinta pasti akan sepakat dengan Irlan. Hanya ada satu jalan yang tidak pernah salah, ialah pernikahan. Sebab, ikatan halal akan kalah dengan mesranya sepasang kekasih yang menyatakan cinta di khalayak umum padahal keduanya tidak memiliki status apa-apa kecuali hubungan yang mereka ciptakan sendiri bernama pacaran.

-----------------------------------------------------------

*Afdal artinya lebih baik/lebih utama

(Kalau aku ada kesalahan, bisa diingatkan ya hehe soalnya cerita spritual itu rada sensitif hehe... Aku bukan orang yang sempurna, masih banyak belajar juga. Intinya kita sama-sama belajar ya, makasih sudah mampir...
Samarinda, 3 Agustus 2017. Pukul 08.19, kamis pagi, dengan cuaca mendung)

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top