Lovely Stranger
Miura Nagisa duduk membeku di kursi bus, matanya yang sembab memandang ke luar jendela, mengikuti lampu jalan yang berlarian. Sesaat dia lupa pria ramah yang menariknya naik ke atas bus. Gadis yang biasa dipanggil Nana itu mengalihkan pandangannya kesamping kirinya, dilihatnya pria itu sedang menatap lurus ke depan. Bibirnya masih menyunggingkan senyuman, tipis, tapi tetap menawan.
Nana merasakan pipinya menghangat. "Apa yang kau pikirkan Nana?" lirihnya dalam hati. "Kau baru saja dicampakan seorang pria."
"Te..terimakasih." Nana membuka suara memecah keheningan.
"Oh..." pria itu menengok ke arah Nana.
"Bukan masalah." katanya ramah.
"Aku hanya tak tahan melihat wanita menangis." lanjutnya sambil tersenyum lagi, kali ini senyumannya dua kali lebih lebar dari sebelumnya.
Mereka berdua pun larut dalam obrolan yang seru, hingga akhirnya keduanya tahu mereka mempunyai kisah yang hampir serupa.
"Kau tau biro jodoh moonlady? Hahaha... Aku terdaftar disana sejak bulan lalu." Pria itu tergelak.
Pria Ramah berbahu lebar itu bernama Sakurai Shuji. Sama seperti Nana, dia sudah berkali kali gagal dalam perjodohan.
"Benarkah Sakurai-san? A..aku juga!" Mata Nana berbinar, tapi kemudian meredup "Tapi lalu temanku mengenalkan teman lama saat kuliahnya kepadaku." Nana menghela nafas.
"Hmm.. Pria brengsek itu ya?" sahut Shuji.
"Ya... Dan karena itu pula aku membatalkan undangan perjodohan dari moonlady." lirih Nana.
"Wah... Sayang sekali ya bisa jadi kita bertemu disana." Shuji berkata sambil terus tersenyum.
"Eh..." Wajah Nana bersemu merah. Dia memalingkan wajahnya ke jendela menghindari pandangan mata Shuji.
***
Akhirnya Nana sampai di halte tujuannya. Shuji menawarkan untuk mengantarnya hingga ke rumah.
"Ah, tidak usah Sakurai-san..." Nana menolak tawaran shuji.
"Kau yakin? Kau sudah baik baik saja" Tanya Shuji.
"Aku baik baik saja, terimakasih banyak atas pertolongan anda, Tuan Sakurai" Nana membungkukan tubuhnya.
"Shuji... Panggil aku Shuji" Shuji tersenyum manis.
"Eh... Secepat ini?" Nana mendelik, "Kau kan baru mengenalku" lanjut gadis itu penuh tanda tanya.
"Hahaha... Mungkin ini aneh, tapi aku merasa kita... memiliki sesuatu" Shuji menatap lekat mata coklat keemasan didepannya.
"Sesuatu?... Hoo... Aku tahu!, aku tahu ceritaku di bis tadi sangat menyedihkan, ya memang, aku wanita kesepian yang menyedihkan, tapi maaf aku bukan wanita seperti yang kau pikirkan" Nana membalas tatapan lembut pria didepannya dengan tatapan tajam.
"Ah, Kau salah paham Miura-san" wajah ramah penuh senyuman itu mendadak terlihat sedih.
"Ah sudahlah, memang aku yang bodoh, entah apa yang kupikirkan. Maafkan aku Miura-san, aku permisi" Shuji menundukan tubuhnya lalu berbalik pergi. Nana memandangi punggung lebar yang berlalu dihadapannya, Shuji bertubuh tinggi dengan bahu yang begitu lebar, tubuhnya terlihat canggung saat berjalan.
"Shu..shuji-san!" Nana berteriak memanggil Shuji yang semakin menjauh. Lelaki itu menghentikan langkahnya, lalu berbalik perlahan.
Nana berjalan perlahan ke arah Shuji, rambut coklat panjangnya melayang tertiup angin malam. Membuat mata Shuji semakin terpaku pada sosok wanita dihadapannya.
"Maaf, kau telah begitu baik dan aku malah berfikiran buruk tentangmu." Nana menunduk.
"Haha tak apa, aku juga yang kelewatan, kita baru saja bertemu tadi, bahkan kita bertemu saat suasana hatimu sedang sangat buruk." Shuji tertawa renyah.
"Tapi aku benar benar minta maaf." Nana kembali menundukan kepalanya.
"Berikan aku nomor ponselmu, dan kau kumaafkan." Shuji berbicara sambil membetulkan kacamatanya.
"Dan, satu lagi, izinkan aku memanggilmu Nagisa." lanjutnya lagi, kali ini sambil menatap mata wanita muda yang nampak terkejut didepannya. Nana masih bingung dengan semua yang terjadi namun dia merasa sangat tenang dan nyaman saat bersama Shuji. "Nana... Panggil Nana saja." mereka pun bertukar senyuman.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top