Eight


Audi merasa bersalah dengan Kenant, ia sering terlambat pulang karena terlalu sibuk di kampus. Jadilah Kenant seperti anak terlantar, tak terurus dan juga sering menangis. Inggrita mengerti kalau Audi tetap harus menomor satukan pendidikannya walau berstatus sebagai istri Kenant.

Untuk menebus rasa bersalah, pada hari minggu Audi mengajak Kenant untuk pergi ke kebun binatang dan seaworld. Mereka memang hanya berdua saat berangkat namun Audi kepikiran untuk mengajak Safitri untuk turut serta .

"Safi!!". Pekiknya kegirangan, saat Safitri sudah  menunggunya di depan kediaman keluarga Thopson. "Masuk... masuk...!!". Safitri yang memakai jeans biru muda dan kemeja Mocca tersenyum ke arah Audi lalu masuk ke jok belakang mobil suv  milik temannya itu.

"Dia siapa?". Tanya Kenant penasaran.

"Temen Audi, sekarang teman Kenant juga. Namanya Safi". Kenant hanya ber oh lalu bermain robot-robotan kembali. Safitri yang melihatnya nampak mengerutkan dahi. Ia juga merasa penasaran dengan sosok yang ada di samping Audi.

"Dia siapa? Kakak kamu atau adik kamu?".

"Nanti gue ceritain!!". Jawbanya singkat lalu memasang sabuk pengaman.

Mereka bertiga berangkat ke kebun binatang dan akan menghabiskan waktu seharian dengan bersenang-senang. Tanpa mereka sadari Thomas mengawasi gerak-gerik Safitri dari jendela di lantai atas. Ia menerka-nerka kemana mereka pergi tapi pikiran gilanya yang terlalu posesif pada Safitri ia buang jauh-jauh. Mau kemana mereka bukan urusan Thomas, lagi pula dengan dandanan kampungan seperti itu si pelayan bisa pergi kemana?.

🌳🌳🌳🌳🌳🌳🌳🌳🌳🌳

"Jadi, dia suami kamu?". Pekik Safitri kaget. Tak pernah menyangka kalau kekayaan dan segala fasilitas yang Audi nikmati adalah hasil menikah dengan anak majikannya yang cacat mental. Kalau begitu apa bedanya dirinya dengan Audi tapi yang jelas Audi lebih terhormat dan terjaga kesuciannya.

"Iya, dia anak tertua keluarga Brawijaya. Nasibku baik kan, setelah kehilangan segalanya aku dapat Kenant yang kekurangan segalanya tapi dia gak akan pernah ninggalin aku!!". Safitri menatap Kenant yang menempelkan muka pada kaca seaworld. Dia bertingkah layaknya anak kecil, menghitung jumlah ikan namun hanya sampai hitungan ke lima selalu berhenti. Safitri tahu jalan Audi ke depannya pastilah sulit.

"Kamu hebat, kamu perempuan luar biasa!!".

"Lebih hebat kamu, kamu pekerja keras!". Tak tahukah Audi kalau Safitri bahkan lebih rendah dari dirinya. Ia menjual harga dirinya pada Thomas, menukar tubuhnya dengan uang. Safitri tak sepolos yang Audi pikir.

"Itu ikannya besar, giginya besar!!". Tiba-tiba Kenant terjerembab mundur, ia ketakutan melihat sebuah ikan hiu melewatinya. "Audi!!".

Teriaknya nyaring membuat Audi dengan cepat menghampirinya lalu berjongkok menolong Kenant. "Ken, kamu kenapa?".

"Kenant takut mau pulang!!". Teriaknya histeris sambil menangis. Membuat para pengujung lainnya melihat ke arah mereka dengan tatapan tidak menyenangkan dan juga mencemooh. Audi benci jika ada yang melihat Kenant seperti itu, suaminya juga manusia walau mentalnya agak terbelakang. Safitri yang merasa tak enak, langsung membantu Audi mengangkat Kenant pergi dari sana.

"Yang sabar di, memang gak semua orang bisa menerima kekurangan Kenant". Audi menunduk lalu mengusap air matanya yang mengalir walau tak banyak.

"Aku kesel sama orang yang ngerendahin Kenant, dia bukan seorang penyakitan!! Kenapa mesti orang-orang pada gituh ke dia? Bukan salah Kenant terlahir berbeda!!". Safitri mengelus punggung Audi, agar sahabatnya senantiasa tabah. Kemudian ia melihat Kenant yang menjilati es krim yang baru mereka beli. Lihatlah Audi begitu peduli, sedang orangnya malah acuh tak acuh.

"Kamu pasti sayang banget sama Kenant ya?". Audi mengangguk, dia menganggap Kenant teman, suami sekaligus saudara yang ia harus jaga. "Kamu hebat, kamu gak malu bawa Kenant pergi ke tempat umum?".

"Kenapa harus malu, Kenant butuh juga hiburan. Dia pasti bosan di kurung di rumah bambu sampai gak tahu dunia luar kayak gimana". Safitri paham jika Audi memang benar-benar perempuan baik berbeda dengan dirinya yang kotor.

"Dia bisa sembuh gak sih atau di hati loe punya harapan supaya Kenant bisa normal?". Audi kali ini menggeleng lemah sambil menyeka mulut Kenant yang terkena es krim.

"Aku gak yakin kalau itu, walau keajaiban bisa saja terjadi. Aku menyayangi Kenant apa adanya dia!!". Safitri tersenyum tulus, ia ingat rasa yang ia miliki untuk Thomas. Jujur Safitri mencintai tuan mudanya itu namun kalau bermimpi untuk bisa bersama, rasanya ia seperti tak tahu diri.

"Audi, Kenant lapar!!". Audi dan Safitri saling memandang, terbuat dari apa perut Kenant itu bari saja Audi beli es krim dan juga cemilan namun cacing di perut Kenant belumlah puas.

"Kayaknya kita cari makan yang berat dulu baru ajak Kenant ke kebun binatang". Safitri dan Audi lalu menggandeng tangan Kenant untuk di ajak ke sebuah restoran yang menjual ayam tepung kesukaan laki-laki itu.

Hari berganti senja, sepertinya mereka harus pulang karena tak mau kemalaman. Tadi saat di kebun binatang Kenant terlalu antusias dan untungnya tak takut seperti di Seaworld. Mungkin pelan-pelan Kenant akan nyaman berinteraksi dengan dunia luar maupun orang banyak.

"Makasih tadi udah di temennin". Ucap Audi saat mengantarkan Safitri pulang sedang Kenant sudah terlelap tidur di jok belakang. Lihatlah tampang dewasanya seperti bayi, mengemut ibu jarinya sambil tertidur.

"Aku yang harusnya makasih udah di ajakin jalan-jalan. Besok kalau libur gimana kalau kita ajak Kenant ke tempat hiburan, wahana permainan?". Audi memejamkan satu matanya lalu menggeleng ragu.

"Kalau wahana permainan aku belum berani, takut Kenant bakal ngamuk malah melukai anak-anak!!". Benar juga sih walau tak gila tapi kan Kenant sulit di kendalikan. Safitri kemudian melambaikan tangan ke arah Audi ketika mobilnya sudah berjalan meninggalkannya. Lalu ia membuka pintu kecil samping gerbang untuk masuk ke dalam rumah.

"Tuan!". Pemandangan pertama saat ia berjalan masuk ke dalam rumah. Tubuh Thomas yang menjulang tinggi menghadang langkah kecil Safitri.

"Dari jalan-jalan? Seneng ya dapat temen baru. Di ajak kemana sama Audi, kencan ama cowok?". Tuduhnya tanpa bukti, Safitri hanya menunduk mengamati jari kakinya yang bergerak gelisah.

"Tidak tuan, saya hanya pergi jalan-jalan". Thomas sepertinya tidak puas ia menarik tangan Safitri agar mengikutinya masuk rumah melalui pintu samping. Safitri yang memang tak bisa melawan kebringasan tuan mudanya hanya bisa menurut padahal dalam hati ia ingin sekali memberontak.

"Kamu akan dapat sebuah hukuman yang berat!! Karena mengabaikan telepon dariku!!". Safitri kaget saat tubuhnya sudah di dorong oleh Thomas masuk kamar dan di lempar ke ranjang. Safitri memang sengaja mengabaikan Thomas, karena ia ingin menikmati waktunya sendiri bebas bersenang-senang tanpa ketakutan ataupun was-was jika Thomas akan melarangnya.

Dengan cepat dan kasar Thomas melepas semua pakaiannya sendiri kemudian dengan paksa merobek kemeja yang Safitri kenakan. Tanpa belas kasihan, Thomas melebarkan kaki Safitri dan menghujamnya tanpa aba-aba. Thomas menikmati setiap teriakan dan tangisan Safitri. Sisi nalarnya tertawa gembira karena pelayan memang pantas mendapatkan perlakuan seperti ini namun hatinya terasa sesak dan sakit secara bersamaan.

Melihat alat kelaminnya bergerak keluar masuk melalui lorong vagina Safitri, libido Thomas naik dan merasakan sebuah kepuasan. Liang Safitri yang tadi sempit mulai licin ternyata pelayan rendahan itu juga menikmati permainan mereka. Tubuh Safitri penuh dengan peluh, dan payudaranya benar-benar menantang Thomas untuk di jelajahi.

"Tuan!!". Safitri terpekik saat tubuhnya di angkat untuk Thomas letakkan di atas pangkuannya. Laki-laki itu dengan penuh nafsu mengulum payudara Safitri bergantian. Membuat sang pemilik tubuh yang di gagahi jadi belingsatan, memompa kejantanan Thomas dengan amat cepat.

"Ach...". Thomas sampai dan memenuhi rahim Safitri dengan cairan spermanya. Dengan tega ia menghempaskan tubuh Safitri begitu saja lalu berbaring di sebelah gadis pelayan itu.

"Ternyata di masukin itu enak, kapan-kapan kita perlu mencobanya lagi!!". Tangan kanan Thomas meraih laci di samping tempat tidurnya mengambil sesuatu dari dalam sana.
"Ini uang, untuk membeli obat pencegah kehamilan". Di letakkan tiga lembar uang bewarna merah tepat di atas tubuh telanjang Safitri. Baru kemudian dia memejamkan mata untuk tidur.

Safitri memunggungi Thomas sambil menangis dalam diam. Sampai kapan dia di perlakukan seperti ini? Dia muak, Safitri masih tahan jika Thomas menggagahinya di apartemen tapi  jangan di rumah. Dia melihat kemejanya yang terkoyak hancur, seperti inikah juga hatinya yang hancur akibat perbuatan Thomas. Sudah Safitri putuskan kalau mulai besok dia tak akan mau jadi budak Thomas, dia akan keluar dari rumah ini dan mencari pekerjaan lain.

🐻🐻🐻🐻🌺🌺🌺🌺

Audi hanya diam mengamati Kenant yang tengah tidur. Sungguh membawa Kenant dalam keadaan terlelap sangatlah berat. Untung tadi ada satpam dan sopir yang membantu. Audi tak tahu hidupnya seperti dongeng, bertemu pangeran yang dapat mengubah nasibnya lalu bahagia. Andai seperti itu Audi tak akan bersedih seperti sekarang.

"Kau puas Audi?". Tanya Bryan yang tiba-tiba sudah berada di pintu masuk kamarnya dengan Kenant. Atas perintah Inggrita untuk malam ini mereka boleh beristirahat di rumah utama.

Audi hanya diam tanpa menyahut satu patah kata pun. "Sekarang bisa tinggal di rumah utama?". Namun Bryan tak pernah puas, mengintimidasinya. Laki-laki berjalan mendekati tempat dimana Kenant tidur.

"Jangan berani maju selangkah pun Bryan!!".

"Apa kau merasa jadi nyonya di rumah ini?".

"Aku memang nyonya muda di sini, aku kakak iparmu!!". Peringatnya dengan nada dingin dan juga sadis. "Kamu tak lupa kalau aku istri Kenant".

Bryan mengalah, dia diam di tempat. "Apa dengan menikah dengan idiot itu kamu puas dan merasa beruntung!!". Audi tak pernah paham apa yang sebenarnya Bryan inginkan. Ia berdiri, dengan berani ia mendorong dada Bryan agar mereka bisa bicara di luar tanpa mengganggu Kenant tidur.

"Setidaknya kehormatanku kembali karena Kenant. Apa kamu lupa bagaimana kamu membuangku dulu?". Bryan tersenyum mengejek.

"Aku tidak lupa!! Sampah harus kembali kd kubangan tidak di pungut di slama istana!!".

"Jadi? Terus saja kamu menganggap aku sampah Karena suatu hari aku pastikan akan membalas sakit hatiku kepadamu, membalas kematian anakku!!". Di singgung masalah anak yang pernah di kandung Audi, Bryan tak sanggup berkata apapun. Rasa bersalah kembali menggerogoti hatinya. "Kamu tahu? Mungkin Kenant keterbelakangan mental namun dia tak akan pernah meninggalkanku". Audi membiarkan Bryan berdiri di luar kamarnya. Ia biarkan mantan kekasihnya itu merenung dengan lamunannya sendiri padahal di belakang pintu, kepalanya ia sandarkan.

Audi membekap mulutnya menahan tangis. Kenapa Tuhan harus menciptakan rasa yang di sebut cinta bila akhirnya hanya merusak jiwa dan raga. Audi benci dengan dirinya sendiri kenapa setelah penderitaan yang ia alami, nama Bryan masih melekat kuat di hatinya dan tak mau di congkel keluar.

🍏🍏🍏🍏🍏🍏🍏🍏🍏🍏🍏🍏

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top