5 | Punyaku sakit habis semalam
Aku terbangun karena perasaan geli di dadaku, dan setelah sadar itu karena tangan Mas Herman bermain di dadaku. Memuntir gundukan itu, dan bagian pentilnya ia cubit gemas. Aku pura-pura tak tahu, diam seperti masih tidur kendati bibirku tak tahan untuk tidak mendesah. Sekuat tenaga aku menahannya.
Namum, ternyata Mas Herman tidak hanya melakukan itu saja, kini bibirnya meraup bulatan kenyalku. Mengisap seperti bayi yang menyusui, lalu menjilatinya dengan basah. Aku tak tahan lagi, tubuhku menggeliat dan bibirku mendesah.
Perlahan-lahan aku membuka mata melihat tindakan Herman ke padaku. "Maaas...."
Ia melepaskan punyaku dari mulutnya, buah dadaku sebelah kanan basah dan sedikit kemerah-merahan, ia menjilatinya sekali lagi sebelum menyejajarkan wajah kami.
"Mas gemas lihat punya kamu, imut banget. Jadi pengen ngerasain, hehe."
Ia mengatakannya tanpa malu, padahal aku yang dengar saja malu setengah mati. Ah, Ana, kau harus membiasakan diri mulai dari sekarang. "Tubuh Anna punya Mas, enggak apa-apa."
Mendengar penuturanku Mas Herman tersenyum lebar, tangannya meraih kembali payudaraku untuk dimainkannya. Lalu bibirnya mendekat untuk menciumku.
Sama seperti malam tadi--sekarang sudah hampir subuh, Mas Herman melumat bibirku, mengisap bibir atas dan bawah. Masuk ke dalam mulut untuk beradu lidah.
Sedang mulut kami berperang, tangan Mas Herman juga berperang dengan tubuhku. Ia gerayangi semua bagian, aku sendiri cuma mampu meliuk-liukkan badan karena rasa geli sentuhan itu.
Pagi dini hari ini kami kembali melakukan hubungan suami-istri. Meskipun punyaku masih perih akibat digagahinya semalam, tapi aku tidak mampu menolak saat ia meminta masuk.
Mas Herman pria yang tangguh tak ada capeknya menghujani tubuhku.
***
Satu hal yang gak bisa kuduga adalah akibat digagahi Herman untuk pertama kalinya, pangkal pahaku rasanya sangat nyeri. Berdiri pun susah. Bagaimana tidak nyeri, habis digempur punya Mas Herman yang segede tongkat bisbol. Apalagi ia menembusnya kuat dan dalam. Punyaku sudah tidak bersegel lagi, nyeri pula rasanya.
Bahkan saat mau mandi, aku harus mengeluarkan tenaga lebih ekstra. Yang paling parah adalah cara berjalanku yang jadi aneh. Bikin malu! Tadi ketika datang ke dapur hendak membantu Bunda dan Mbak Lina, mereka berdua melihatku dengan tatapan aneh.
Karena risih ditatap begitu aku ceritakan saja apa yang terjadi padaku, dan penyebab jalanku begini karena anak bungsu Bunda Putri. Kupikir setelah mengaku dua orang ibu rumah tangga itu akan memaklumi, tapi yang kudapat justru omelan bunda dan dengusan remeh Mbak Lina.
"Astagfirullah Ana. Gitu aja kamu permasalahkan, itu kewajiban kamu memuaskan suami, jangan banyak ngeluh. Tahankan, mungkin ini karena pertama kali." Bunda kembali melanjutkan pekerjaan memotong sayur, tapi bibirnya tak berhenti berceloteh. "Awalnya emang untuk sebagian perempuan akan terasa sakit, tapi untuk yang berikutnya kamu yang bakalan nagih!"
Aku mengatupkan bibir, mengambil alih pekerjaan Mbak Lina untuk menggoreng ikan. Sementara istri dari Bang Fauzan itu mengulek sambalnya.
Apa mungkin ini karena aku yang terlalu lemah dan masih awam dengan semua ini? Sehingga rasanya begitu sakit. Kuresapi semua perkataan Bunda dan kujadikan pelajaran untuk hari berikutnya.
Setelah selesai menyiapkan sarapan, makanan sudah selesai tertata rapi di atas meja makan. Bunda pergi memanggil suaminya, begitu pun aku dan Mbak Lina diperintahkan untuk memanggil pasangan masing-masing.
Namun saat aku hendak memanggil Mas Herman, Mbak Lina menahan tanganku. "Ana ...."
Aku berhenti, berbalik dan menunggu Mbak Lina melanjutkan perkataannya. "Ya, Mbak."
"Mbak punya satu petuah untuk kamu," katanya mendekat menatapku serius. "Ketika kamu sudah jadi menantu di keluarga ini, kamu harus kuat, banyak hal yang lebih keras lagi akan kamu hadapi dan Bunda enggak pernah akan membela kamu."
Aku termangu, terkejut, dan bingung. Apa maksud dari ucapan Mbak Lina? Saat aku hendak bertanya wanita itu sudah beranjak pergi.
Harus lebih kuat?
***
Kasih love, komentar dan jangan lupa subscribe untuk lanjutan kisah ini.
Salam sayang Cangtip1
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top