22| Agresif
Mas Herman paling lihai dalam melucuti baju, tidak sampai satu menit bajuku sudah tanggal dan tergeletak tak berdaya di atas lantai. Sedang bibirnya tengah bermain-main dengan bukit kembarku. Ia uyel-uyel dan remas-remas penuh semangat.
Aku menggelinjang kegelian saat lidahnya menyapu putingku, rasanya basah-basah geli bikin nagih. Bulatan daging itu mengeras efek dari perbuatannya. Ia seperti anak bayi yang kehausan saat melahap gundukanku dan menyedotnya kuat, padahal payudaraku belum mengeluarkan susu.
Entah karena hormon atau apa, aku ingin yang lebih dari ini. Kutekan kepala Mas Herman agar memperdalam pangutan ke tetekku.
"Akhhh...." Aku berteriak kesakitan, pria yang kucintai ini malah menggigit pentilku keras.
"Kamu nakal sekali sayang, aku tidak bisa bernapas kalau kamu tekan seperti itu." Ia mengusap putingku yang sakit. "Maaf untuk ini."
Aku mengangguk, sakit itu tidak seberapa dibandingkan rasa rindu disentuh oleh Mas Herman. Maka dengan berani aku mendekatinya lalu mencium bibirnya yang masih basah karena permainannya tadi.
Padat, kenyal dan manis. Begitu enak. Bagian paling kusukai dari bercinta dengan suamiku adalah saat kami berciuman. Rasanya saat itulah aku pertama kali dibawa ke langit. Pengalaman sudah berkali-kali bermain dengan bibir suamiku, aku sekarang sudah tahan berlama-lama bergulat dengan Mas Herman. Biasanya tidak sampai dua menit aku sudah mengap-mengap kehabisan napas. Namun, belakangan ini lima menit pun aku tahan.
Astaga. Gimana bisa aku menolak permainan bibirnya yang bagai candu. Apalagi lidahnya yang lihai masuk menelusuk, mengabsen satu persatu gigiku dan mengajak tempur lidahku.
"Euhmmmm ... Ah," aku melenguh tidak kuat dengan permainan tangannya di paha dalamku. Mengelus intiku dari luar celana dalam.
Pria ini masih menghargai kondisiku yang tidak mungkin ia masuki. Aku kembali merasa bersalah.
Ciuman panas kami terurai, Mas Herman menyapukan jempolnya mengusap bibirku yang sudah bengkak dan basah oleh saliva, entalah saliva milik siapa.
Tidak jauh berbeda, kupandang milik Mas Herman pun sama. Meski tidak sebengkak milikku.
Ia kecup bibirku sebentar untuk beralih menciumi leher hingga dada. Ia kembali bermain dengan payudaraku.
Satu tindakannya membuat aku melenguh lagi dan mendesah, tubuhku menggelinjang, saat itulah tidak sengaja aku menyentuh punya Mas Herman di balik celana tidurnya.
Keras dan tegang.
"Dek, jangan disentuh gitu. Abang sudah coba menahan dari tadi, kalau tidak ingat kondisi kamu."
Aku terbelalak, lalu sedih melihat suamiku berjuang keras.
Saat itulah saran Lisa membuat ku memberanikan diri untuk berkata,
"Biar Anna puasin pakai mulut mau?"
Mas Herman melotot, ia bergerak sedikit menjauh dariku. Kagetnya kentara, aku pun refleks menutup mata sebentar lalu memberanikan diri lagi.
"Anna .... Nggak tega lihat Mas tersiksa."
Mas Herman masih dengan tatapan tidak percaya nya, "dari mana Anna tahu cara seperti itu?"
Duh, iya.
Aku lupa menyiapkan alasan untuk hal ini.
Jangan sampai Mas Herman berpikir kalau ....
"Kamu pernah nonton film porno?"
Telat, aku cepat menggeleng. Aduh, bisa hancur citra perempuan baik-baik yang tersemat di diriku kalau Mas Herman percaya aku sering nonton film terlarang itu.
Jujur saja, jangankan film porno, film yang ada adegan ciuman aja aku tutup mata. Gak berani, sampai sekarang begitu, walaupun sudah melakukannya sih.
"Dek, enggak usah malu. Perempuan juga manusia, sama kayak laki-laki yang butuh nonton begituan untuk memuaskan hasrat seksual nya."
Ta-tapi, aku benar-benar enggak pernah nonton begituan. Kata-kata itu sudah ingin aku keluarkan saat tanganku tiba-tiba ditarik oleh Mas Herman dan mendekatkannya dengan miliknya.
"Pegang," perintahnya.
Aku menurut.
"Buka."
Lagi-lagi aku menurut, membuka celananya, lalu menemukan batang tegang itu, rupanya suamiku ini tidak pakai dalaman lagi.
Iya, biasanya malam-malam kami bercinta, Mas Herman tidak memakai, biar cepat katanya.
Aku menyentuh daging panjang berurat itu. Keras, besar, dan panjang. Kusentuh perlahan seperti sedang mengamati benda berharga--emang berharga sih.
"Cium, dek."
Aku terdiam sebentar, tidak segera melaksanakan perintah Mas. Biasanya benda ini hanya bermain-main di antara paha atasku. Kerjaan batang ini ialah memborbardir milikku..
Membayangkannya, aku tiba-tiba rindu bagian di bawah perutku dimasuki. Padahal baru sehari.
Sepertinya aku benar-benar menjadi wanita nakal.
"Dek ...."
Suara Mas Herman menyadarkan aku. Aku mencium ujung benda itu.
Mas Herman dengan nakal malah mendorongnya secara tiba-tiba dan sangat jantungan aku dibuatnya saat batang itu kini berada di kuluman mulutku.
"Emut sayang," katanya merem melek, aku merasainya dengan lidah, aneh.
Aku tidak bisa menggambarkan dengan jelas, namun demikian sensasi aneh ini tidak jauh beda rasanya saat benda ini masuk ke lubang intiku.
Mas, malam ini Anna akan memberikan kepuasan yang semalam enggak bisa aku berikan.
***
Tripel update ✨
Maaf chapter kali ini rada jijik🙏🏻🙈
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top