2 | Kecapekan di malam pertama

Malam pertama terlewati tanpa kami melakukan hubungan suami istri. Aku dan Mas Herman ketiduran, mungkin karena kelelahan. Bangun-bangun aku melihat pria itu masih tertidur pulas di sisiku. Napasnya teratur, matanya masih tertutup rapat.

Satu bulan masa ta'aruf, aku mengenal ia sebagai seorang laki-laki tipe pendiam. Tak banyak bicara, lebih banyak langsung melakukan aksi. Seperti dulu ketika ia mengatakan bahwa kalau melakukan sesuatu harus serius, gak boleh setengah-setengah, makanya waktu dijodohkan ia mau perjodohan itu sukses sampai pernikahan. Ia melakukan segala sesuatu sebaik mungkin, memperlakukan diriku sangat baik, sampai-sampai dengan mudahnya aku jatuh hati pada pria ini.

Karena masih tertidur, aku memberanikan diri menyentuh wajahnya. Wajah yang setiap kali kulihat selalu saja membuat diri ini terpesona, walaupun sudah berusia tiga puluh lima tahun, Herman tidak kelihatan tua. Wajahnya minim kerutan, bahkan kalau tidak teliti kau tak akan melihat ada garis halus di dekat matanya.

Ya, ketampanannya emang luar biasa, sangat nyaman memandang rupanya.

Saat tengah asyik menyusuri wajahnya, matanya perlahan bergerak dan terbuka. Aku kaget segera refleks menurunkan tangan.

"Kok berhenti?" tanya Herman dengan suara serak khas bangun tidur.

Duh, gini aja udah buat aku meleleh. Apa ini yang disebut jatuh cinta berkali-kali pada suamimu?

"Ah, Ana ganggu tidur, Mas, ya?"

Kepalanya bergerak ke samping kiri dan kanan berulang hingga dua kali. "Mas malah suka, lanjutkan," katanya menarik tanganku ke wajahnya.

Mungkin tadi akan sangat menyenangkan melakukan hak tersebut, menyusuri wajahnya, tapi saat ini sangat tidak nyaman, di mana mata mas Herman menatapku. Aku tak kuasa, tapi karena ini permintaan suamiku tetap kulakukan.

Beberapa lama hingga ia menahan tanganku, memajukan wajahnya dan mengecup bibirku singkat.

"Kamu masih malu-malu sama Mas, aku bisa memakluminya tapi harus dibiasakan, Dek."

Ah, Mas Herman selalu bisa memberikan kejutan tak terduga. Aku merasakan pipiku bersemu merah, dan rasanya bibirku aneh.

Lalu dia bangkit dari tidurnya, mengatakan akan mandi duluan. Tersadar sesuatu aku pun ikutan bangkit. Hari ini aku sudah sah menjadi seorang istri, seharusnya aku sekarang mempersiapkan makanan di dapur.

Mengucek wajah dan melirik sebentar ke cermin, memastikan wajahku tidak buruk-buruk amat, lalu segera ke dapur.

Sampai di sana aku sudah menemukan ibu mertua dan Kakak iparku hampir selesai menyelesaikan masakan.

"Loh, Anna sudah bangun?"

"Iya Bunda," ibunya Herman emang lebih suka dipanggil bunda ketimbang ibu seperti aku memanggil ibukku.

"Maafkan Ana telat bangun, jadi gak bisa bantu-bantu," kataku benar-benar menyesal.

Wanita tua itu menatapku bingung. "Loh, nak. Bunda maklum, kok. Kemarin, kan, malam pertama kamu."

Aku sama Mas Herman memang akan tinggal di rumah Bunda sampai satu bulan ke depan. Karena kata Mas Herman; di rumah nanti yang akan aku dan pria itu tempati, masih ada sedikit perbaikan. Maklum baru beberapa bulan terakhir dikerjakan, rumahnya belum selesai semua.

"Sudah sana balik kamar, sama mandi sana."

Aku malu sendiri jadinya keluar sebelum bersih-bersih.

***

Kasih love dan komentar, ya.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top