Chapter 15

Chapter 15 : Bercerai?

.
.
.
.
.

Mood Sakura sedang tak baik hari ini. Setelah matahari pagi menyapa, wajahnya masih saja menampilkan ekspresi datar tak berselera. Tidak ada senyuman, sapaan, bahkan satu kalimat pun yang keluar dari mulutnya.

Ini semua karena sebuah insiden yang membuatnya tak sengaja melihat isi pesan di ponsel Sasuke. Terlebih lagi dari sang pengirim perempuan yang dengan kurang ajar menyebut kata 'sayang' pada suaminya.

Hah... menyebalkan.

Sakura mendecih. Ia tak menyangka Sasuke berselingkuh di belakangnya. Bersikap seolah menghakimi hubungannya dengan Sasori, Sasuke sendiri malah melakukan perbuatan yang lebih keji.

Sakura tak mengatakan masalah ini pada Sasuke. Setelah sarapan pagi, ia langsung bergegas pergi menuju kampus tanpa di antar oleh pria itu. Tentu saja, ia tidak mau di antar oleh pria yang sudah membohonginya.

"Sasuke tidak ada bedanya dengan orang-orang munafik di belakangku. Ah, aku bodoh sekali. Kenapa aku bisa tertipu dengan omong kosongnya?" Sakura mendesis sinis. Ia bergumam sendiri di tengah-tengah keheningan kelas.

"Penipu. Entah apa yang kau inginkan dariku, sekarang aku menyesal sudah terikat hubungan denganmu, Sasuke." Wajah Sakura menyorot tak suka.

Padahal malam tadi ia merasa cukup senang karena Sasuke memperhatikannya saat ia sedang bersedih. Pria itu bersikap lembut dan tulus. Tapi sekarang? Ah, rasanya harapan Sakura terlalu tinggi hingga perasaannya terasa di hempaskan begitu saja.

.
.
.
.
.

Di lain tempat...

"Jelaskan, apa yang kau lakukan di kantorku sepagi ini?" Sasuke bertanya pada seorang wanita yang kini duduk di hadapannya sambil tersenyum lebar.

"Ini kejutan untukmu!"

Sasuke menaikkan sebelah alisnya. "Kehadiranmu bukan sebuah kejutan."

Wanita itu nampak kesal dengan jawaban Sasuke hingga bibirnya mengerucut. "Sasuke-kun, apa kau tidak merindukanku?"

"Biasa saja." Jawab Sasuke, masih dengan wajah datar.

"Ah, mulutmu masih saja setajam dulu, ya. Ini menyakitkan! Kau tidak berubah." Ucap wanita itu bersikap seolah-olah sedang merajuk.

"Tolong jangan bertele-tele, Karin."

Ya, wanita yang sekarang berada di hadapan Sasuke adalah Uzumaki Karin. Dia wanita yang sama dengan sang pengirim pesan tadi malam.

"Baiklah karena kau mau to the point, lihat ini." Tangan Karin memberikan sebuah kartu dan kertas pada Sasuke, di sambut pria itu dengan wajah datarnya.

Tak butuh waktu lama untuk merubah raut wajah Sasuke. Pria itu langsung melotot saat membaca isi kertas yang di berikan Karin tersebut, "kau datang kesini, sebagai sekretarisku??!"

"Ya. Sekretarismu yang lalu sudah mengundurkan diri, bukan? Jadi biarkan aku yang menempati posisi ini."

"Jangan bercanda, Karin. Aku tidak pernah mempekerjakan sekretaris wanita." Desis Sasuke.

"Aish, ayolah! Aku rela jauh-jauh datang dari New York demi bisa bekerja denganmu." Karin kembali merengek.

"Aku tidak peduli. Sekarang kau bisa pergi."

"Yaampun, Sasuke-kun. Beginikah sikapmu pada temanmu sendiri?" Tanya Karin kesal.

"Ck. Berhenti menggangguku. Dan satu lagi, jangan panggil namaku dengan suffiks kun. Hanya istriku yang boleh memanggilku begitu." Ucap Sasuke.

Karin memutar bola matanya malas, "yayaya... terserahmu sa- tunggu, APA?! ISTRI?!!" Karin berteriak kaget setelah mencerna baik-baik perkataan Sasuke.

"Ya. Kenapa? Kau terlihat terkejut.
Apakah Suigetsu dan Juugo belum memberitahumu?"

Karin berusaha menetralkan wajahnya, juga perasaannya yang entah kenapa tiba-tiba terasa buruk. "Me-mereka sudah memberitahuku. Tapi kupikir itu hanya candaan."

"Aku tidak pernah bercanda. Kau tahu itu."

"Ka-kalau begitu... kenapa k-kau tidak mengundangku di acara per-pernikahanmu?"

"Kau sibuk kuliah. Apalagi saat itu sedang dalam masa sulit. Aku tidak mungkin mengganggumu." Jawab Sasuke mengalihkan pandangannya ke arah berkas-berkas yang saat ini ia pegang.

"Jadi... i-ini alasanmu pindah dari New York?" Karin berbicara dengan bibir bergetar. Gadis itu tak menyadari jika pandangannya terasa mengabur sekarang. Dan benar saja, Karin mulai menangis dalam diam. Ia menunduk agar wajah menyedihkannya tak terlihat oleh Sasuke.

Satu hal fakta yang belum kalian ketahui, Karin tak pernah menganggap Sasuke sebagai temannya.

Karena Karin menyukai Sasuke.

Tapi karena status mereka hanya sebatas itu, Karin tak berani mengungkapkan perasaannya. Sasuke selalu menganggapnya teman. Tak lebih dari itu.

"Ya."

Karin menahan napas mendengar jawaban Sasuke. Ia mulai menghapus jejak air matanya dan mulai mendongak. "K-kau berbohong, 'kan? Kita selalu bersama di New York. Dan kau tidak pernah bertemu atau bersama dengan wanita siapapun."

Sasuke mengangguk. Ia memang tidak pernah akrab dengan wanita seumurannya saat berada di New York. Satu-satunya wanita yang dekat dengannya di New York adalah Karin. Tentu saja karena mereka bersahabat. Juugo, Suigetsu, dan Karin adalah teman dekat Sasuke di New York setelah ia pindah dari Jepang. Mereka berteman cukup lama sebelum akhirnya Sasuke memutuskan untuk kembali ke negara tempat kelahirannya.

"Aku memang tidak pernah dekat dengan wanita siapapun di New York selain kau." Sasuke menjawab tenang. "Tapi aku... sudah mencintai seorang gadis sebelum bertemu denganmu, Karin." Lanjutnya.

"A-apa?"

"Aku tidak mau bercerita tentang masa lalu. Yang pasti sekarang, aku mencintainya. Sangat dan sangat."

Suasana hening mulai tercipta di ruangan Sasuke. Karin duduk sambil terdiam bagai patung tak berekspresi. Sedangkan Sasuke kembali sibuk pada pekerjaannya. Tapi beberapa detik kemudian, raut wajah Sasuke kembali berubah dan teringat akan sesuatu.

"Ah, aku ingin memberitahumu sesuatu." Tatapan Sasuke berkilat tajam, "jangan pernah lagi memanggilku dengan kata-kata menggelikan di SMS. Kau bisa membuat istriku salah paham kalau ia melihatnya!"

Terlambat. Istrimu sudah melihatnya, Sasuke.

"Ba-baiklah. Aku tidak akan mengulanginya lagi." Ucap Karin setelah tadi terdiam cukup lama. "Siapa nama istrimu? Kau belum memberitahuku."

"Uchiha Sakura."

"Nama yang indah. Seperti bunga musim semi. Berapa usianya?" Tanya Karin lagi. Ia berusaha menutupi kesedihannya dengan senyuman lebar.

"18 tahun."

Karin mendelik tajam. "Dia masih muda, Sasuke! Kau pedofil!"

"Hei, umurku dengannya hanya terpaut dua tahun. Bagaimana bisa kau menuduhku seperti itu?" Protes Sasuke kesal.

"Usiamu 20 tahun. Kau memang sudah tua,"

Perempatan siku-siku muncul di sisi kening Sasuke. Pria itu menahan rasa kesalnya agar tak melempar Karin ke luar jendela. Sekedar informasi, ruang kantor Sasuke berada di lantai paling atas. Otomatis tubuh Karin agar hancur selembut bubur jika Sasuke benar-benar melemparnya dari atas. Hm, ide bagus.

"Ruanganku bukan untuk mengobrol. Apalagi dengan gadis sialan sepertimu. Pergi." Usir Sasuke kasar.

"Baiklah aku pergi. Tapi besok pagi aku akan mulai bekerja di sini. Anggap saja sebagai permintaan maafmu karena kau tak mengundangku di acara pernikahanmu. Sampai jumpa!"

Setelah kepergian Karin, Sasuke memijit pelipisnya pelan. "Satu hari saja aku sudah muak dengan gadis itu. Apalagi kalau ia bekerja di sini? Aku bisa terkena stroke mendadak."

Ah, tapi tak apa. Karena Sasuke punya pengobat khusus untuk hatinya. Seorang gadis, yang hanya dengan melihat wajahnya saja sudah sanggup membuat Sasuke bahagia. Kalian pasti sudah tahu siapa sosok itu, bukan?

.
.
.
.
.

Kembali pada hari membosankan, siang ini Sakura sudah pulang dari kampusnya. Tapi ia tidak kembali ke mansion, namun gadis itu duduk terdiam di salah satu kursi kafe. Di hadapannya ada secangkir coffe latte panas yang masih mengepulkan asap hangatnya.

Suara lonceng pintu terus berbunyi, tanda ada banyak pengunjung yang datang. Seperti biasa, Sakura tahu kalau kafe ini selalu ramai pengunjung. Selain karena menu hidangannya terasa enak, suasana kafe ini juga patut di acungi jempol.

Kafe Bayleaf, kafe yang warnanya di dominasi oleh warna hijau. Sesuai dengan namanya, kafe ini di hias oleh banyak ragam tanaman yang membuat banyak pengunjung merasa nyaman.

Sakura mulai mengambil cangkir dan menyeruput isinya. Ia menahan napas dengan kedua mata yang terus terpaku pada layar ponssel. Ya, gadis itu sedari tadi sibuk pada ponselnya.

"Ugh," kening Sakura berkerut tak suka. Ada 64 panggilan dan 45 pesan masuk dari orang yang sama.

Sakura tak ingin membuka pesan atau membalas panggilan dari orang tersebut, namun entah kenapa tangannya malah bergerak tak sesuai dengan kata hatinya. Sakura membuka salah satu pesan masuk dan membacanya.
____________________

Kau dimana?

Tidak ada di mansion, tidak ada di  kampus, katakan kau dimana?! Jangan membuatku khawatir, Sakura! Setidaknya kalau kau ingin pergi, kau harus izin terlebih dahulu padaku!

Sikapmu dari tadi pagi aneh. Perasaanku saja, atau kau memang menghindariku? Kau bahkan tidak memberi kabar atau membalas panggilanku. Tolong jangan seperti ini.

Apa aku punya salah denganmu? Aku minta maaf. Ayo kita bicara.
-Sasuke-
____________________

"Cih, memang apa lagi yang harus di bicarakan?" Sinis Sakura hingga tanpa sadar melempar ponselnya ke atas meja.

"Kau penipu, Sasuke." Bahkan sekarang Sakura tak sudi jika harus memanggil nama Sasuke dengan suffiks kun. "Aku membencimu!"

Ya, Sakura sangat benci. Satu hal yang mungkin belum kalian ketahui, kalau gadis bersurai merah muda itu sangat membenci pengkhianatan. Apalagi perselingkuhan seperti hal yang di lakukan oleh Sasuke, suaminya sendiri.

Sejujurnya, gadis itu tak mempermasalahkan sifat Sasuke yang terkadang dingin, acuh, menyebalkan, dan seenaknya. Sakura berusaha menerima segala hal yang berada dalam diri Sasuke. Tapi untuk PENGKHIATAN, Sakura tak bisa menerimanya.

Apalagi sekarang...

Sakura hampir terjatuh dalam lubang perasaan yang suci. Akibat kehadiran Sasuke yang selalu berada di sisinya, gadis itu mengharapkan sesuatu hal yang lebih. Ia ingin Sasuke terus mencintainya, menjaganya, dan memperhatikannya.

Tapi hal itu terasa mustahil sekarang. Bahkan Sakura mulai meragukan perasaan cinta Sasuke. Pria itu tak mungkin mencintainya jika ia masih menjalin hubungan dengan wanita lain.

"Kau berpura-pura, kau memakai topeng di hadapanku, kau bersikap seolah-olah kau tak bersalah! Aku sangat membencimu!" Kepalan tangan Sakura menguat. Bayangan wanita yang mengirim pesan pada Sasuke tadi malam tiba-tiba terlintas begitu saja di otaknya. Membuat Sakura kesal dan berakhir dengan ia memegang ponsel, berniat untuk membalas pesan Sasuke.
___________________

Sudah cukup bersadiwara. Dari awal aku memang curiga denganmu karena tiba-tiba ingin menikah denganku. Semua sudah jelas sekarang! Kau hanya ingin mempermainkanku.

Sekarang, ayo bercerai.
___________________

Bersambung...

Sakura kayaknya lagi pms deh jadi emosian gitu :v

Jadi gimana? Kalian setuju sasusaku bercerai? Kalau aku sih gak ya. Kasian Sasuke. Btw jangan lupa vote dan komentar. Terimakasih guys!

Ngomong-ngomong, aku baru aja hapus cerita Error Five :( maaf ya untuk readers yang menunggu cerita itu. Entar aku ganti cerita yang baru deh. Tunggu aja ya! Makasih.

P.s : Akan update setelah vote mencapai 300+

by : αzkiαuchihα

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top