Chapter 11
Chapter 11 : Jarak
.
.
.
.
.
Hening.
Nampaknya hari ketiga setelah inseden- tidak, sebut saja pertengkaran yang terjadi beberapa hari yang lalu antara Sasuke dan Sakura masih membuat atmosfer ruangan dalam Mansion sunyi. Keduanya sama-sama tak berniat untuk meminta maaf terlebih dahulu. Sasuke yang masih meninggikan gengsi untuk mengutarakan kata 'maaf' secara langsung, dan Sakura yang masih menyimpan rasa amarah.
Sayaka, salah satu maid di Mansion itu hanya bisa tersenyum kikuk menatap pemandangan aneh di hadapannya. Gadis yang berprofesi sebagai pelayan itu sama sekali tak mengerti mengapa Tuan dan Nona nya bersikap demikian. Mereka berdua layaknya orang asing yang tinggal bersama, diam tanpa sepatah kata apapun.
Bahkan makanan mewah berbagai macam yang tersaji di atas meja tampaknya sama sekali tak di sentuh oleh Sasuke dan Sakura. Sayaka sedikit ragu ingin mengatakan hal ini, tapi- "Tuan dan Nona, tidak ingin sarapan?" Sayaka memandang Sasuke dan Sakura dengan tatapan khawatirnya.
"Apa... kalian ingin menunya di ganti?" Tanya Sayaka kikuk. Sungguh, rasanya aneh sekali melihat suasana dingin yang terjadi di antara kedua majikannya saat ini. Sayaka merasa heran mengapa Sakura akhir-akhir tak seriang seperti biasanya? Apa kedua pasangan itu sedang memiliki masalah?
"Tidak perlu." Jawab Sasuke dan Sakura bersamaan.
"Ugh," Sakura mengalihkan pandangan kala Sasuke meliriknya dengan tatapan berat. Karena tak ingin terus berlama-lama berada di situasi mencekam seperti ini, maka Sakura sudah memutuskan untuk tak ingin melanjutkan sarapan pagi nya.
"Ak-aku akan berangkat sekarang." Kursi Sakura berderit, saat gadis itu baru saja hendak berdiri, suara Sasuke tiba-tiba menyahut dengan nada dingin.
"Habiskan makananmu."
2 kalimat yang baru saja di ucapkan oleh Sasuke berhasil membuat kepala Sakura menoleh. Pupil mata Sakura mengecil kala melihat wajah Sasuke yang terlihat begitu tegas seakan tak mau di bantah.
Sial, lagi-lagi...
"Baiklah."
Sakura menuruti perintah Sasuke.
Gadis berhelai merah jambu itu kembali duduk, dan perlahan menyantap hidangan di hadapannya tanpa selera.
Sasuke benar-benar tak punya rasa belas kasih. Sakura merasa kesal karena tubuhnya seakan di kendalikan oleh Sasuke. Dam'nt it!
Bahkan... lihat? Sasuke seakan merasa tak terganggu dengan cara makan Sakura yang jelas terlihat kesal. Gadis itu sengaja menusuk-nusuk garpunya ke daging panggang yang tengah ia santap dengan cara kasar.
"Sayaka, pergilah. Aku ingin berbicara berdua saja dengan istriku."
Deg!
Suara dingin Sasuke berhasil membuat gerakan makan Sakura terhenti. Tanpa sadar gadis itu kembali menggigit bibir bawah kuat. Tunggu, apa ia tidak salah dengar? Sasuke... ingin berbicara dengannya?
Sakura menahan napas, merasa gugup. Untuk kali ini, entah kenapa Sakura sangat berharap agar Sayaka tidak meninggalkannya disini bersama dengan Sasuke saja.
"Baik, Tuan. Saya permisi."
Sial.
Sayaka benar-benar pergi.
"Aku tidak menyukai sikapmu akhir-akhir ini."
Sakura tersentak mendengar perkataan Sasuke tiba-tiba. Gadis berhelai merah muda itu menoleh, memastikan kalau saat ini Sasuke berbicara padanya.
Dan benar saja...
Sasuke duduk disana, dengan wajah yang begitu datar. Aura gelap di sekitar Sasuke menguar, membuat Sakura bergidik ngeri entah kenapa.
"Ma-maksudmu?" Alis Sakura menukik tak suka, "aku sudah melakukan permintaanmu. Jadi apa lagi yang kau permasalahkan sekarang?"
"Sudahlah, lupakan saja."
Sakura mengernyit, "kau belum menjawab pertanyaanku, Sasuke-kun."
"Cepat habiskan sarapanmu, lalu aku antar." Sasuke membuang muka. Terlihat jelas kalau pria itu tak ingin membicarakan topik yang Sakura bicarakan.
"Kau tidak perlu mengantark-"
"Aku tidak suka penolakan, Sakura."
Sakura terdiam, menyimpan rasa kesalnya bulat-bulat ketika Sasuke sudah membalikkan tubuh dan beranjak pergi dari ruang makan.
Sakura sudah sadar dari dulu, tapi entah kenapa sikap arogant Sasuke selalu menjengkelkan.
.
.
.
.
.
Ceklek!
Pintu ruang kerja Sasuke terbuka, menampakkan seorang wanita cantik dengan helai rambut berwarna pirang yang tak lain adalah asisten Sasuke.
Yuuhi membungkuk hormat, lalu mendongak memandang sang atasan yang duduk di atas kursi kerja dengan kertas-kertas menumpuk di hadapannya. Wajah Sasuke terlihat serius menatap ke arah laptop dan itu membuat pipi Yuuhi merona entah kenapa.
"Sa-Sasuke... san."
"Ah, Yuuhi. Aku tidak menyadari kehadiranmu." Sasuke melepaskan kacamata yang membingkai wajahnya. "Mana berkas itu?" Tanya Sasuke tak ingin berbasa-basi.
"Ini, Sasuke-san."
Sasuke menerima berkas yang di berikan Yuuhi, lalu ia baca satu-persatu. "Bacakan sisa jadwalku untuk hari ini."
Yuuhi mengangguk, lalu mengambil buku catatannya. "Pada jam 11:32 anda mengadakan rapat bersama kolega bisnis, jam 2:22 anda di undang makan siang bersama Tuan Kasane Yokarashu, dan jam 8:11 anda dan Mrs. Sakura di undang ke acara pesta pernikahan Tuan Uchiha Obito." Jelas Yuuhi panjang lebar.
Sasuke menghembuskan napas berat, "jadwalku hari ini padat sekali."
Yuuhi mengangguk. Ia paham mengapa Sasuke lelah. Pria itu adalah CEO perusahaan utama Uchiha's Company, dimana semua pekerjaan dan tanggung jawab ia lakukan penuh dengan kerja keras. Sejauh ini, Uchiha Sasuke di kenal sebagai sosok pemimpin tegas dan warkaholic terhadap pekerjaannya. Semua pegawai yang bekerja dengannya ia asah sebaik mungkin hingga seperti yang kita lihat saat ini- bisnisnya suskes.
Sasuke adalah salah satu pemimpin yang membenci kegagalan dan pengkhianatan dalam perusahaannya. Maka jika ada yang ingin bermain curang dalam bisnis pria itu, mereka pasti akan berpikir ulang. Melawan otak encer dan kejelian Uchiha Sasuke adalah hal sulit untuk di lakukan.
Selain ahli dalam bidang binis, pria itu juga mempunyai daya tarik pikat tersendiri. Wajahnya yang begitu tampan dapat membuat banyak kaum hawa bertekuk lutut. Sasuke di ketahui sebagai salah satu pengusaha muda dan tertampan nomor satu di-
"Yuuhi, kau mendengarku?"
"Eh?" Yuuhi tersentak, Sasuke memandang heran.
"Aku sudah memanggil namamu berulang-ulang. Kau sedang memikirkan apa hingga melamun seserius itu?"
"Ma-maafkan saya, Sasuke-san." Yuuhi menunduk dalam.
"Hn, tolong buatkan aku kopi."
"Kopi lagi? Tadi saya sudah membawakan tiga cangkir kopi untuk anda, Sasuke-san. Terlalu banyak kafein juga tidak baik untuk tubuh anda."
Kedua mata Sasuke memicing tajam, "ingat batasanmu, Yuuhi. Aku tidak butuh komentarmu."
"Ma-maaf! Akan saya buatkan. Permisi." Cepat-cepat Yuuhi segera membungkuk dan beranjak pergi dari ruang kerja Sasuke. Entahlah, Yuuhi merasa kondisi perasaan Sasuke saat ini sedang memburuk. Itu terbukti dengan tatapan pria itu yang seolah-olah bisa membakar tubuhnya sekejap mata. Sosok Sasuke begitu indah, namun auranya mengerikan.
Setelah kepergian Yuuhi, Sasuke mengusap wajahnya kasar. "Benar kata Yuuhi. Aku sudah meminum terlalu banyak kopi. Hanya karena aku merasa frustasi terjebak dalam perasaan membingungkan, aku malah melampiaskannya dengan pekerjaan."
Asal kalian tahu saja, sudah dari kemarin Sasuke susah untuk tidur. Karena tak dapat beristirahat dengan tenang, Sasuke memutuskan untuk menghabiskan waktu tidurnya dengan melakukan pekerjaan sampai kantung matanya terlihat jelas. Belum lagi masalah yang terjadi di antara ia dan Sakura. Argh, mengingat itu semua tambah membuat Sasuke pusing.
.
.
.
.
"Yaampun, Sakura. Sebenarnya ada apa denganmu?"
Keluhan itu sudah keluar beberapa kali melewati bibir Sasori hari ini. Melihat sosok Sakura yang terus sengaja menjaga jarak darinya, membuat Sasori kesal bukan main.
"Akhir-akhir ini kau terus menghindar dan mengabaikanku. Sebenarnya ada apa?" Sekali lagi Sasori bertanya dengan wajah kesal.
Sakura yang saat itu sedang sibuk membereskan buku-bukunya langsung menoleh, "berhenti menggangguku, Sasori. Dan jangan berbicara padaku untuk sementara." Ujar Sakura berdiri dari bangkunya. Gadis itu berniat pulang. Ruang kelas sudah kosong, hanya tinggal Sasori dan Sakura.
"Apa alasanmu? Kupikir minggu lalu hubungan kita baik-baik saja." Perkataan Sasori berhasil membuat langkah Sakura terhenti.
Sakura mendesah lelah. "Sudah waktunya aku pulang. Permisi,"
"Tunggu! Kau belum menjawab pertanyaanku."
Pergi. Sakura sudah pergi menghilang dari balik pintu kelas. Sasori yang melihatnya hanya bisa membuang napas kasar. "Kenapa Sakura bersikap seperti itu? Tidak seperti biasanya dia menjauhiku."
Sasori terdiam, matanya menatap kosong ke arah lantai. "Apa ini ada hubungannya dengan Uchiha Sasuke?"
.
.
.
.
.
Kedua mata emerald Sakura memandang kaca jendela mobil dengan tatapan lesu. Di liriknya pria yang saat ini sedang menyetir mobil. Yamato, supir pribadi Uchiha.
Sakura membuang napas pendek, lalu gadis itu memejamkan mata. Hari ini yang menjemputnya bukanlah Sasuke, namun Yamato. Yamato sudah memberitahunya tadi. Bahwa Sasuke tak bisa menjemput Sakura akibat kesibukan padat pria itu. Tanpa sadar Sakura mendecih, dasar pantat ayam sialan.
Sakura sadar, kini hubungan mereka menjadi jauh akibat kejadian 3 hari yang lalu. Tapi bagi Sakura, Sasuke sangatlah egois karena pria itu tak ingin meminta maaf terlebih dahulu padanya dan malah menjauh seperti ini.
Jujur, Sakura tak ingin hubungannya dengan Sasuke terus memburuk seperti ini.
Seharusnya pria itu tidak bersikap kekanak-kanakkan. Padahal ia dan Sasori sudah berteman sejak lama, namun Sasuke tetap bersikeras menyuruhnya untuk menjauhi Sasori. Bukankah hal itu kekanak-kanakkan?
Sakura menghela napas,
Untuk saat ini... yang bisa Sakura lakukan hanyalah berusaha 'menerima' semua takdir buruknya bersama Sasuke.
Ting!
Suara pesan masuk berbunyi di saat gadis pink itu sedang sibuk melamun. Sakura segera mengecek ponselnya, ia dapati sebuah pesan dari Sasuke-
Wait, what?
Sasuke mengiriminya pesan?
Jantung Sakura berdegup lumayan kencang. Sudah beberapa hari ini Sakura tak mendapat pesan dari Sasuke. Jadi saat melihat notif pesan dengan nama 'Sasuke' yang tertera di layar, entah kenapa-
Sakura merasa senang?
Ah! Masa bodo dengan hal itu! Mari kita lihat isi pesan Sasuke saja,
"Pukul 8:11 bersiap-siaplah. Kita berdua akan menghadiri pesta pernikahan Obito dan Rin."
-Sasuke-
"Pesta pernikahan?" Sakura menggumam sambil mengedipkan matanya beberapa kali, mencerna pesan singkat dari Sasuke.
Ah, ya. Pria itu mengajaknya ikut menghadiri pesta Obito, dan akan menjemputnya pada pukul 8:11.
"Ugh," Sakura menggigit bibir bawahnya kesal. Pesan dari Sasuke memang cukup penting, tapi...
Sakura mengharapkan kata 'maaf' dari Sasuke. Astaga, padahal Sakura tak meminta Sasuke untuk meminta maaf di hadapannya, cukup di dalam isi pesan saja tak apa. Sakura akan memaafkan Sasuke dan memperbaiki hubungan mereka.
Terbesit rasa kesal dalam hati Sakura, membuat gadis itu membalas pesan Sasuke dengan kalimat singkat juga,
"Aku akan berangkat sendiri tanpamu. Kirim saja alamat pestanya di email."
-Sakura-
"Aku menjemputmu. Tak ada penolakan."
-Sasuke-
Sakura mengernyit tambah kesal melihat balasan Sasuke yang baru saja masuk, "sikap arrogant nya sama sekali tak berubah. Selalu saja suka memaksa dan memerintah. Menyebalkan,"
"Aku akan tetap pergi sendiri! Kalau kau melarangku, aku tidak mau ikut."
-Sakura-
"Baiklah."
-Sasuke-
Lengkungan lebar terbit di wajah Sakura, gadis pink itu tersenyum puas tak menyangka kalau Sasuke menyerah secepat ini.
Ting!
Pesan kembali masuk, kali ini Sasuke mengetiknya cukup panjang. Dan... isi pesan Sasuke berhasil membuat Sakura terdiam sesaat.
"Aku mengijinkan. Tapi jangan pakai pakaian yang mencolok. Kau pasti tahu kalau aku membenci 'milikku' menjadi perhatian para pria lain."
-Sasuke-
"Dasar berlebihan." Cibir Sakura, namun bibirnya mengukir senyuman geli. Ah, ya. Ini adalah senyuman pertama untuk hari yang buruk.
Bersambung...
Apa kalian penasaran dengan penampilan Sakura nantinya? Hehe, akan kutunjukkan di chapter berikutnya, guys! Btw kalau ada typo di chapter ini, tolong di koreksi ya.
Maaf baru bisa update. Aku punya acara penting jadi gak punya waktu untuk buka wattpad :( #curhat
Yaudah, jangan lupa vomment ya! Makasih semuanyaaaa!!!
©LiaTabiba
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top