sepuluh
Hari bergulir hingga tak terasa perut Prilly sudah terlihat membesar. Usia kandungan yang baru memasuki trimester kedua terhitung 5 bulan ini. Kesibukan dan padatnya jadwal Ali membuat Prilly menghadapi masa ngidam sendiri dan berusaha menjaga nutrisi makanannya demi kesehatan sang buah hati. Dalam hati Ali, dia juga ingin mendampingi istrinya setiap saat, namun tugas dan pekerjaannya yang tak mendukung, dia harus simpan keinginan tersebut. Untung saja Prilly dapat memahami pekerjaannya.
"Yah, awal puasa nggak libur ya?" tanya Prilly melipat baju Ali dan memasukkannya ke dalam koper yang biasa Ali bawa bekerja.
Ali yang tadinya sedang membaca buku bersandar di kepala ranjang, lalu menatap istrinya dengan perasaan menyesal.
"Maaf, Bun. Puasa tahun ini kebetulan barengan sama anak sekolah libur panjang. Pasti ramai orang mudik awal dan berlibur. Bunda, pengen aku cuti dulu sementara waktu dan menemani Bunda di rumah?" tanya Ali sambil melepas kacamata bacanya dan meletakkan buku sekaligus kacamatanya di atas nakas.
"Nggak usah Yah, penumpang Ayah lebih penting," ujar Prilly lembut.
"Sini, aku mau nengokin anakku." Ali menepuk kasur di sampingnya, tempat biasa Prilly berbaring.
Prilly tersenyum lalu menutup koper dan meletakkan di samping lemari. Prilly merangkak ke atas ranjang dan bersandar di sandaran ranjang.
"Anak Ayah sehat kan ya? Selama Ayah kerja, dedek nakalin Bunda nggak?" Ali berbicara dengan perut Prilly dan mengelusnya lembut membuat Prilly merasa nyaman karena sentuhan Ali.
Prilly tersenyum sangat manis saat Ali mencium perutnya dan Prilly merasakan ada pergerakan di dalam perutnya, seakan janin di dalamnya merespon komunikasi Ali dengannya.
"Dia pintar kok Yah, nggak pernah minta yang aneh - aneh. Cuma belakangan ini, kadang merasa pengen selalu deket sama kamu terus," ujar Prilly mengelus rambut Ali pelan saat kepala suaminya itu tidur di pangkuannya menghadap pada perutnya dan sesekali menciumnya penuh kasih sayang.
"Mungkin nanti kalau dia lahir akan sulit jauh dari aku, Bun," kata Ali menerka - nerka karena kebiasaan Prilly belakangan ini yang tak bisa berlama - lama jauh darinya.
Prilly juga tak dapat mengendalikan keinginan itu, biasanya dia dapat menahan sampai Ali pulang dan jadwalnya off. Tapi sekarang dia lebih sering ikut Ali terbang demi keinginannya yang tak biasa itu.
"Nanti kita bersama kasih dia pengertian tentang pekerjaan kamu ya, Yah?" seru Prilly tersenyum melihat Ali yang begitu peduli dan perhatian kepadanya dan buah hati mereka.
"Kamu sudah diskusikan persalinan sama Dokter?" tanya Ali yang sebenarnya ingin ikut andil mempersiapkan kelahiran buah hatinya dengan maksimal.
"Aku baru diberi pilihan sama Dokter. Banyak pilihan yang buat aku bingung, Yah. Yang penting aku mau normal aja, nggak pengen cesar," kata Prilly melihat wajah letih suaminya.
Ali tersenyum menatap Prilly lalu memeluk pinggangnya hingga wajahnya tepat berada di depan perut buncit Prilly.
"Besok sebelum aku berangkat ke Bandara, kita Dokter kandungan kamu dulu ya? Banyak hal yang mau aku bicarakan sama dia," kata Ali lalu mencium singkat bibir Prilly dan bangkit dari tidurnya.
Prilly tersenyum melihat perubahan Ali yang semakin dewasa dan lebih siap menjalani rumah tangga bersamanya. Tanpa sepengetahuan Prilly, ternyata Ali sudah mempersiapkan asuransi segala keperluan mereka. Dan Ali juga sudah menyiapkan deposito untuk hari tua mereka kelak.
"Ini kamu pegang." Ali memberikan sebuah karu kepada Prilly.
"Ini apa?" tanya Prilly menatap Ali bingung dan memutar - mutar kartu yang hampir mirip dengan kartu ATM.
"Itu kartu asuransi kesehatan dari perusahaan aku. Dapat digunakan untuk istri dan dua anak. Jadi ini kamu pegang dulu, sewaktu - waktu kalau aku belum pulang ada apa - apa sama kamu, langsung bisa ke rumah sakit ya?" jelas Ali duduk di samping Prilly lalu mencium singkat pelipis istrinya itu.
Prilly memeluk Ali merasa bangga memiliki suami yang penuh tanggung jawab dan berpikir matang.
"Makasih ya, kamu udah siapin ini semua untuk masa depan kita. Maaf aku nggak bisa bantu apa - apa," ucap Prilly tulus di dalam pelukan Ali.
"Cukup satu aja yang perlu kamu lakukan buat aku. Mendoakan aku agar selalu diberikan kesehatan dan keselamatan saat bekerja," ujar Ali semakin membuat Prilly merasa haru.
"Kalau itu udah pasti Capt. Tenang aja, disetiap doaku selalu namamu yang aku sebut." Prilly meregangkan pelukannya dan menyimpan kartu itu di dalam laci nakas di sampingnya.
Prilly kembali bersandar di dada bidang Ali dan menarik bed cover untuk menutupi sebagian tubuh mereka hingga setengah badan.
"Menjadi airman nggak semudah orang pikirkan, Bun. Sebenarnya pekerjaanku ini melawan kodrat," ujar Ali sambil menatap langit - langit kamar yang berwarna biru awan.
"Maksud kamu apa, Yah? Bunda nggak mengerti," kata Prilly mendongak menatap Ali yang kini menunduk menatapnya.
"Melawan kodrat dalam arti, melawan apa yang diciptakan Tuhan bahwa hidup itu di darat dengan menghirup oksigen yang diberikan langsung oleh Tuhan. Tapi penerbang ... hidup di udara bahkan dengan bermain di gaya gravitasi dengan menggunakan oksigen palsu," jelas Ali, membuat hati Prilly merasa iba mendengar curahan hati suaminya yang selama ini dia tak mengerti sejauh dan sebesar itu kah risiko pekerjaan suaminya?
"Apa sebesar itu kah risiko pekerjaanmu, Yah?" tanya Prilly menempelkan kembali pipinya di dada bidang Ali, hingga detak jantung suaminya dapat ia dengar dan rasakan.
"Begitulah Bun, manusia pasti memiliki kekurangan tidak terkecuali dalam melakukan aerobatik. Tetapi setiap permainan aerobatik, jika terjadi kesalahan dalam hitungan detik maka akan berakibat fatal. Begitu pun seorang penerbang, meleset sedikit saja dalam memperhitungkan, akan terjadi hal yang mengakibatkan banyak korban," imbuh Ali menjelaskan sekaligus memberikan sedikit pandangan kepada istrinya bagaimana risiko pekerjaannya sebagai penerbang.
"Menjadi seorang pilot dan penerbang itu nggak sembarangan ya, Yah? Mereka harus benar - benar teliti dan penuh konsentrasi," kata Prilly yang kini mulai semakin memahami tugas dan tanggung jawab suaminya yang memikul beban di bahunya selama ini.
"Aku sadar, doa seorang istri itu berkahnya luar biasa. Doa yang tulus dan ikhlas darimu yang selalu membuatku tenang saat membawa pesawat," seru Ali mengelus rambut Prilly agar istrinya itu tertidur lelap di pelukannya.
"Aku terkadang suka parno sendiri, kalau melihat berita kecelakaan pesawat yang terjadi belakangan ini. Aku langsung kepikiran kamu terus," ujar Prilly menceritakan apa yang selama ini ia rasakan saat sebuah berita menyiarkan kecelakaan yang terjadi dibidang pekerjaan suaminya.
"Insya Allah, jika kita pasrahkan semuanya di tangan Allah, Dia akan melindungi kita dan menjauhkan kita dari malapetaka. Yang terpenting jangan pernah melupakan Dia di mana pun kita berada. Mau di Indonesia, Singapura, London, Amsterdam dan negara belahan dunia mana pun, Tuhan selalu ada dan melihat kita," ujar Ali membuat perasaan Prilly menghangat dan tenang.
Suatu masalah dapat mengajarkan kita banyak hal, meninggalkan makna tersendiri dalam sudut pandang setiap individu. Sebuah keyakinan terbentuk karena kesadaran, jika yang dia lakukan itu keliru.
"Sudah yuk, kita bobo. Sudah larut malam ini," ajak Ali mendekap istrinya memberikan kenyamanan untuk Prilly saat dia tertidur.
Mereka memejamkan matanya, Prilly memeluk perut Ali sedangkan tangan kanan Ali memberi kehangatan Prilly dengan cara mendekapnya.
Begitulah seorang airman, tidak sembarangan, karena mereka hidup melawan kodrat. Seharusnya manusia itu hidup di darat menghirup oksigen secara alami, namun mereka justru bergulat di udara dengan bermain gaya gravitasi yang tidak sesuai dengan kemampuan manusia, tapi dengan terlatih hal itu bisa ditaklukan. Maka dari itu doa adalah kunci dari semuanya dan tak boleh mereka melupakan sang Maha penguasa jagad raya ini.
***
Suara tabuhan dan kentongan berkeliling membangunkan setiap orang yang akan melakukan sahur di hari pertama berpuasa. Prilly yang duduk di kursi, meja makan merasa malas untuk bersahur. Hingga sebuah telepon masuk dari suaminya, Prilly segera mengangkatnya.
"Assalamualaikum Nyonya Ali?" sapa Ali setelah Prilly menggeser tombol hijau di smartphone-nya.
"Waalaikumsalam warohmarullohi wabarokatu," jawab Prilly dengan senyuman mengembang di pipinya.
"Bunda, mau ikut puasa juga, besok?" tanya Ali memastikan keadaan istrinya.
"Insya Allah, Yah. Ini sedang sahur," jawab Prilly sambil memasukkan nasi ke dalam mulutnya meski rasa malas dan rasa mual sesekali menghampirinya.
Sejak kehamilannya, Prilly tak begitu suka makan nasi. Melihat nasi saja sudah membuat dia terasa kenyang dan mual.
"Makan sama apa, Bun?" tanya Ali penuh perhatian. Ali yang mengetahui bahwa istrinya tak tahan dengan bau nasi merasa khawatir.
"Ini, makan nasi," seru Prilly merasa perutnya sangat mual seperti di dalamnya diaduk - aduk tak beraturan.
Karena Prilly tak tahan akhirnya dia sedikit berlari ke wastafel memuntahkan nasi yang sempat masuk ke dalam mulutnya tadi. Ali yang mendengar istrinya muntah pun menghela napas dalam dan sedikit merasa cemas.
"Non, kenapa?" tanya Ebie khawatir saat mendengar Prilly muntah dan Ebie segera membawakan air putih untuk Prilly.
Prilly mengelap bibirnya dengan tisu lalu menerima air putih yang Ebie bawakan tadi. Prilly perlahan meminumnya dan meredalah rasa mualnya. Prilly kembali menempelkan teleponnya di telinga.
"Hallo Yah," sapa Prilly menyambung obrolannya kembali dengan Ali.
"Jangan makan nasi lagi ya? Inget kata Dokter kemarin, yang penting asupan kalori kamu tingkatkan, asupan zat besi dan vitamin C. Asam lemak omega 3 dan banyakin minum air putih," ujar Ali mewanti - wanti istrinya.
Prilly tersenyum mendengar betapa perhatiannya Ali kepadanya dan buah hati mereka. Meski Ali jauh, namun dia selalu memantau perkembangan buah hati mereka dan kondisi Prilly setiap saat.
"Iya, nanti aku makan buah pisang aja ya? Sama yang lainnya, biar puasanya nggak lemes," sahut Prilly dengan perasaan bahagia.
Memasuki trimester kedua asupan kalori memang masih perlu ditingkatkan, mengingat banyaknya organ yang akan tersusun. Kalori tersebut didapatkan dari berbagai makanan sehari - hari yang mudah dijumpai. Namun, kelebihan kalori juga tidak bagus untuk tubuh. Hal itu dapat menyebabkan dampak negatif bagi tubuh kita. Kalori yang tidak terbakar oleh aktivitas akan mengendap dan tertimbun di dalam tubuh, dan menjadi tumpukan lemak yang akan sangat berbahaya apabila sudah terlalu banyak. Agar tidak terjadi hal seperti itu, maka harus memperhatikan asupan kalori yang masuk ke dalam tubuh, jangan terlalu banyak dan jangan terlalu sedikit.
"Kalau belum kuat puasa, nggak ikut dulu nggak papa kan, Bun. Jangan dipaksa, kasihan anak kita," pesan Ali terdengar nada cemas.
"Insya Allah kuat, Yah. Nanti minum susu bumil juga deh. Ini Mbak Bie juga masakin sayur bayam sama ngerebusin kentang. Lengkap deh semua asupan yang Bunda butuhin. Ayah, nggak usah khawatir ya?" ujar Prilly sambil memakan sayur bayam yang baru saja Ebie antar.
Zat Besi merupakan mineral yang diperlukan untuk transportasi oksigen dalam tubuh. Zat besi juga merupakan komponen penting dari sel - sel otot yang disebut myoglobin, dan digunakan sebagi reaksi yang diperlukan untuk produksi energi. Ibu hamil membutuhkan zat ini karena dapat mengoptimalkan pembentukan sel - sel darah merah dalam mendukung jantung dan sistem peredaran darah janin yang sedang berkembang.
"Bagus dong, Mbak Bie pinter milihin sayur buat kamu. Bayam itu sayuran yang kaya nutrisi penting buat tubuh. Apalagi kamu yang lagi hamil. Kandungan zat besinya ada, mengandung vitamin C dan meningkatkan sistem imun tubuh." Prilly terkekeh mendengar penjelasan suaminya yang begitu detail.
"Sejak kapan sih, suami aku jadi ahli gizi begini? Apa sih Yah, yang nggak kamu tahu? Heran deh sama kamu, semua serba tahu. Otak kamu terbuat dari apa sih, bisa cerdas begitu," puji Prilly yang memang mengagumi kecerdasan suaminya selama ini.
"Alhamdulillah, diberi otak yang memiliki daya ingat tinggi ya harus dimanfaatkan. Kemarin kan juga udah ngobrol banyak sama Dokter kamu. Meski pun aku jarang nemenin kamu, tapi aku pengen selalu ada buat kamu dan mendukung penuh kehamilan kamu," jelas Ali membuat hati Prilly bahagia.
"Iya deh, makasih ya Yah. Dukungan Ayah itu luar biasa, buat Bunda selalu bersemangat 45," ucap Prilly membuat Ali tertawa di seberang sana.
"Okey Bun, aku mau persiapan lagi. Inget ya, kalau nanti puasanya nggak kuat jangan dipaksa. Ayah nggak mau terjadi sesuatu sama kamu dan anak kita. Paham?" pesan Ali terdengar serius dan tak main - main.
"Siap Capt," jawab Prilly tegas membuat Ali tersenyum lega karena istrinya tak begitu sulit untuk diarahkan dan diatur.
"Ya udah, aku tutup ya teleponnya. Nanti kalau sudah di Jogja, aku telepon lagi. Sekarang aku masih di Medan," jelas Ali.
"Ayah, puasa?" tanya Prilly yang sempat lupa memastikan hal itu.
"Alhamdulillah, Insya Allah Ayah puasa Bun," jawab Ali membuat hati Prilly lega.
"Alhamdulillah, semoga kerjanya dan ibadah kita berkah ya, Yah. Hati - hati dan jangan lupakan solat. Terlebih berdoa sebelum dan sesudah menerbangkan pesawat. Aku sama dedek, baik - baik aja di rumah," kata Prilly menghibur suaminya agar tak terlalu mencemaskannya.
"Iya Bun. Ya udah, kamu hati - hati di rumah, jaga kesehatan. Assalamualaikum."
"Waalaiksalam warohmatullohi wabarokatu," balas Prilly lalu terdengar nada panggilan terputus dari Ali.
Prilly melanjutkan sahurnya sendiri tanpa Ali. Ini sudah menjadi salah satu risikonya yang harus rela membagi waktu suaminya dengan para penumpang.
###########
Masih sabarkan menunggu?
Makasih vote dan komennya ya?
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top