Satu
Disarankan beli buku versi terbarunya di IG @tokobuku_rexpublishing karena cerita lebih menarik dan komplit. Cerita di sini apa adanya, belum diedit, beda dengan bukunya. Di versi buku ada tambahan beberapa part.
***
Betapa hati bahagia menyambut kedatangan pujaan hati yang akan kembali dalam pelukan kita. Sudah sekian lama ia meninggalkannya demi tugas mulia. Negara mengirimnya masuk ke pedalaman untuk melindungi perbatasan, menjaga aset negara dan mengayomi masyarakat.
"Prilly ...." Suara nyaring mengusik gendang telinga gadis berparas ayu yang sedang merias diri di depan cermin.
"Masya Allah, lama sekali kamu dandannya, kasihan Al kalau sampai di bandara harus menunggu," ujar wanita paruh baya yang masih terlihat cantik dan anggun menghampirinya.
"Aduh Mamiiii, tenang. Al landingnya masih satu jam lagi," bantah Prilly kepada Annisa.
"Bukan begitu Sayang, kamu juga harus fitting baju nanti. Setelah kamu jemput Al mampir sekalian di tempat Tante Hana, ambil undangan yang sudah kita pesan," seru Annisa mengingatkan Prilly.
"Siap mamiku sayang, cintaku dan kasihku," ujar Prilly gemas memeluk maminya yang cerewet namun sangat ia cintai.
"Mami bahagia sebentar lagi kamu mau menikah sama Captain," ujar Annisa yang tak dapat menutupi rasa bahagianya akan menyambut menantu idamannya.
"Captain prajurit negara, Mi," jelas Prilly mengambil tasnya yang ada di atas ranjang.
"Iya, yang pasti dia bertanggung jawab dan bisa melindungi kamu," seru Annisa mencolek hidung Prilly pelan.
Prilly tersenyum bahagia, penantiannya selama kurang lebih 7 tahun terbayar dengan sebuah pinangan dari pujaan hatinya dua bulan lalu. Persiapan pernikahan yang megah sudah terencana matang. Tiga bulan lagi ia akan resmi menikah dengan kekasih hatinya.
"Mi, aku berangkat ke bandara dulu ya?" kata Prilly lembut lalu mencium pipi Annisa.
"Iya, hati-hati. Cepat bawa calon mantu Mami ke sini. Mami sudah sangat merindukannya," seru Annisa yang tak sabar ingin bertemu dengan Al.
"Siap Mi, pasti aku ajak pulang ke sini dulu," sahut Prilly meyakinkan.
Prilly pun segera berlalu meninggalkan kamarnya dan meminta izin kepada Handoko, papinya untuk menjemput Al di bandara.
"Aku merindukanmu Darling," pekik Prilly girang saat bersiap menancap gasnya.
Dengan hati bahagia membawa rindu yang sudah menggunung, ia melajukan mobilnya dengan kecepatan rata-rata. Ban memutar menjamah setiap inci jalanan yang Prilly lalui untuk menemui kekasih hatinya. Sesampainya di bandara ia segera turun dan setia menunggu Al sampai tiba di hadapannya. Prilly duduk di ruang tunggu kedatangan, ia selalu memainkan ponselnya berharap Al akan menghubunginya jika dia sampai nanti. Tak butuh waktu hingga berjam-jam, seorang pria gagah, bertubuh tegap, tinggi memakai blazer hitam dengan kemeja putih di dalamnya, menghampiri Prilly dengan senyuman menawan.
"Hay, Sweety," sapa Al membuat Prilly speechless menatapnya tak percaya.
Al berdiri tepat di depan Prilly, tanpa menunda lagi Prilly segera berhamburan ke dalam pelukannya.
"I miss you so much Darling," seru Prilly memeluk tubuh Al erat.
"I'm more miss you Sweety," balas Al memeluk tubuh mungil Prilly dan sedikit mengangkatnya.
Rasa bahagia tak dapat mereka tutupi, jarangnya pertemuan mereka membuat Al dan Prilly harus sabar. Sebagai pengabdi negara Al harus siap jika negara mengirimkan dan menugaskan ke mena pun yang membutuhkan tenaga dan pikirannya.
"Aku sangat mencintaimu," ucap Al berbisik lirih di telinga Prilly.
Hati Prilly menghangat mendengar pujaan hatinya mengungkapkan kata cinta secara langsung tepat di telinganya. Biasanya dia mendengar suara bisikan Al dari iphone-nya.
"Aku juga sangat mencintaimu Darling," balas Prilly lalu meregangkan pelukannya.
Al menatap wajah cantik calon istrinya, dia mengelus lembut pipi Prilly yang menampakan senyuman tak pernah pudar dari bibirnya. Kisah kasih semenjak Prilly duduk di bangku SMA dan Al mengikuti pelatihan militer, membuat ikatan batin mereka kuat. Saat Al jauh darinya, Prilly hanya membekali Al doa dan keyakinan jika dia akan setia menunggu hingga kapan pun sampai pujaan hatinya itu kembali.
"Pulang yuk?" ajak Al lembut menggenggam tangan Prilly erat.
Dengan keceriaan Prilly melingkarkan tangannya di lengan Al.
"Sampai di mana persiapan pernikahan kita?" tanya Al sembari melangkah menuju ke tempat parkiran.
"Sudah 70%, nanti kita ambil undangan terus nempelin nama yang akan kita undang, sebarkan, udah selesai. Sama itu, fitting gaun pengantin," jawab Prilly dengan rasa bahagia yang tak terkira.
"Okey, nanti kita ambil dan fitting baju. Tapi kita makan dulu sekarang ya?" kata Al penuh kebahagiaan dan membukakan pintu mobil untuk Prilly.
Mereka melepas rindu dengan bercerita semua yang dilakukan selama berjauhan. Prilly sangat antusias menceritakan betapa repotnya dia mempersiapkan pernikahan mereka sendiri, walau ada WO dan kedua orangtua, tetap saja semua harus Prilly awasi.
"Maaf ya Sweety, aku baru bisa pulang. Itu saja hanya diizinkan dua minggu, sebelum aku ambil cuti lama untuk menikah," jelas Al membuat Prilly merasa bersedih.
"Yaaahhhh, jadi kamu cuma sebentar dong di rumah. Kan aku masih kangen, 1 tahun loh ... kita nggak ketemu," ujar Prilly manja.
"Iya, maaf. Tapi setelah kita menikah nanti, aku janji akan terus didekat kamu. Aku akan minta pindah tugas di sini," ujar Al membuat hati Prilly kembali berbunga.
"Janji ya?" seru Prilly meyakinkan.
"Iya, Janji," kata Al dengan wajah yang sangat tampan dan berseri.
Hingga kenyataan itu tak pernah terlaksana. Janji tinggallah janji, semua angan dan impian itu sirna sudah. Prilly membuka matanya pelan mengingat betapa bahagianya dia dulu bersama mantan kekasih hatinya yang sangat dia cintai. Hingga sebuah maut menjemputnya tepat dua hari sebelum pernikahan mereka.
"Prilly," panggil seorang pria yang kini menggantikan posisi Al Wijayanto Baskoro, kekasih hatinya dulu.
"Iya." Prilly menoleh menghampiri suaminya Ali Wijaya Baskoro.
Dia adalah adik kandung Al Wijayanto Baskoro. Tak ingin membuat malu keluarganya, Ali pun rela menikahi kekasih dari kakak kandungnya yang sudah meninggalkan Prilly untuk selamanya.
"Kamu letakkan di mana jadwal penerbanganku?" tanya Ali sambil mencari-cari.
Ali adalah seorang Pilot di maskapai komersial. Jam kerjanya pun tak tentu seperti kebanyakan orang yang bekerja di kantoran. Dia harus bisa selalu menjaga stamina dan kesehatannya.
"Aku nggak lihat, terakhir kamu letakkan di mana?" seru Prilly ikut mencari.
"Aku lupa menaruhnya," sahut Ali membuka tas yang biasa dia bawa terbang.
Rumah tangga mereka terasa dingin tanpa adanya rasa cinta. Bagi Ali mau pun Prilly, hingga saat ini masih sama-sama belajar untuk saling menerima. Pernikahan yang tak diharapkan bagi keduanya. Semenjak Ali menikahi Prilly ia berusaha keras untuk menyembuhkan dan membasuh luka di hati istrinya karena sepeninggalan kakaknya, yaitu Al.
"Sudah, ini sudah aku temukan," kata Ali sambil memperlihatkan selembar kertas yang berisi jadwal penerbangannya.
Prilly hanya tersenyum tipis, entah mengapa sudah hampir satu tahun ini ia tinggal dan berperan sebagai istri Ali, namun belum juga dapat menghapus bayang-bayang Al. Ia juga sudah berusaha mencintai Ali, namun hingga sampai saat ini hatinya belum memiliki getaran itu.
"Pril, aku akan terbang 10 leg, mungkin aku tidak pulang tiga hari ke depan," jelas Ali sambil berjalan duduk di sofa.
Hal biasa bagi Prilly jika harus di rumah sendiri hingga berhari-hari. Prilly memaklumi tugas suaminya sebagai pilot. Jangan kalian pikir menjadi istri pilot dapat di sayang dan ditunggu setiap saat, itu hanyalah keinginan yang tertunda.
"Iya, aku akan siapkan pakaian kamu nanti," sahut Prilly datar namun masih tetap menampakan senyum tipisnya.
Ali sudah biasa jika melihat istrinya seperti itu, Ali tahu betul bagaimana besar cinta yang Prilly berikan untuk Al. Meski Prilly melakukan semua kewajibannya sebagai istri dengan baik, namun Ali belum bisa merasakan ketulusan Prilly melayaninya sebagai seorang istri yang memiliki cinta dan sayang untuk keluarganya saat ini.
"Kak, aku harus bagaimana untuk membasuh luka di hati istriku? Cintanya kepadamu sangat kuat. Sudah hampir satu tahun kita menikah, tapi apa? Dia belum bisa sepenuhnya menerima aku masuk dalam kehidupannya. Bantu aku Kak, bisikkan kepadaku cara untuk membuatnya selalu tersenyum seperti dulu saat bersamamu," kata Ali dalam hatinya perih sambil memperhatikan Prilly menyiapkan pakaiannya dan semua keperluannya selama penerbangan nanti.
"Pril, apa kamu masih sering mendatangi makam Kak Al?" tanya Ali menghampiri Prilly.
Prilly yang tadinya sedang fokus menata pakaiannya, lalu menatap sendu wajah suaminya. Ali melihat raut wajah cantik istrinya abu-abu, tak berwarna seperti dulu saat masih bersama kakaknya.
"Maaf, bukan maksud aku untuk mengungkit masa lalu. Tapi aku sudah lama tidak ke makam Kak Al. Apa kamu sore ini bisa menemaniku ke makamnya?" ujar Ali meluruskan niatnya saat bertanya hal itu kepada Prilly.
Prilly hanya mengangguk lalu meneruskan memasukkan pakaian Ali ke dalam koper. Ali menghela napas dalam lalu berjalan meninggalkan Prilly sendiri di kamar. Ali duduk di ruang tengah, dia sejenak menutup matanya.
"Kak, kenapa kamu pergi di saat yang tidak tepat? Dia sangat mencintai kamu Kak, bagaimana bisa aku menggantikan posisimu di hatinya?" batin Ali menutup wajahnya dengan lengan.
Ali merebahkan tubuhnya di sofa ruang tengah. Dia selalu mengingat bagaimana kakaknya dulu memperlakukan Prilly sangat baik dan Prilly menjadi wanita yang sangat spesial selain mama mereka.
"Li, makan dulu yuk?" ajak Prilly menghampiri Ali ke ruang tamu.
Ali membuka lengannya melihat Prilly sudah berdiri di sampingnya. Ali tersenyum tulus lalu beranjak dari sofa.
"Habis ini kita ke makam ya?" seru Ali mengiringi jalannya menuju ke ruang makan.
"Iya," jawab Prilly lembut lalu menyiapkan makan siang untuk Ali.
"Kamu masak apa ini?" tanya Ali melihat ayam berbumbu kuning di mangkok sayur.
"Opor ayam sama sambal tomat," jawab Prilly menuang air putih pada gelas Ali.
Prilly melayani Ali dengan baik, dengan telaten Prilly menyentongkan nasi dan lauk di dalam piring untuk suaminya. Ali yang melihat Prilly melayaninya dengan baik ada rasa ketertarikan dan kekaguman. Namun, mengapa Prilly sulit sekali membuka hatinya kembali.
"Pril, negara mana yang pengen kamu kunjungi?" tanya Ali disela makan siang mereka.
"Aku nggak pengen ke mana-mana, Li. Cuma satu tempat yang dulu ingin sekali aku dan Al kunjungi, tapi sekarang aku sudah nggak ingin ke sana lagi," ujar Prilly sambil menahan nyeri dan perih di hatinya.
"Negara mana itu?" desak Ali yang penasaran ingin mengetahui banyak hal tentang Prilly, karena selama ini Prilly memang bersikap tertutup pada Ali.
Prilly tak menjawab, dia hanya tersenyum dan menyelesaikan makannya. Ali tak ingin lagi mengungkit masa lalu, dia menghargai perasaan Prilly.
***
Sore hari setelah mereka membersihkan diri, kini Ali dan Prilly bersiap untuk mendatangi makam Al. Banyak gundukan tanah dan ilalang menyambut kedatangan mereka. Rumput-rumput liar menumbuhi tanah merah di sekitarnya. Ali menggandeng tangan Prilly masuk ke area pemakaman. Mereka berhenti di satu gundukan tanah dengan batu nisan bernamakan Al Wijayanto Baskoro. Ali berjongkok di depan makam itu, sedangkan Prilly berjongkok di sampingnya. Prilly menyiram batu nisan dengan sebotol air dan menaburkan bunga di atas gundukan tanah itu.
"Kak, aku bawa dia ke sini, aku tahu dia sering datang menengokmu tanpa sepengetahuanku. Bantu aku Kak untuk membuka pintu hatinya. Aku sudah sering mengetuknya, tapi dia masih rapat menutup pintu hatinya. Aku harus bagaimana lagi Kak?" tanya Ali membatin sambil melihat batu nisan di depannya.
Ali memejamkan mata memanjatkan doa untuk kakak satu-satunya yang sudah mengajari dia banyak hal. Dia bisa sampai menjadi pilot seperti ini adalah campur tangan kakaknya. Jasa kakaknya begitu banyak untuk masa depannya, belum sempat dia membalasnya, Tuhan sudah mengambil Al karena sebuah timah panas menyarang di dadanya hingga menembus jantung. Hanya membahagiakan orang yang kakaknya sangat cintai adalah jalan Ali membalas budi kepada Al.
"Aku datang ke sini bersama suamiku, dia adalah adikmu. Kenapa kamu tega melakukan ini sama aku? Kenapa kamu begitu jahat meninggalkan aku disaat hari bahagia kita? Batinku tersiksa, hidup satu atap bersama suamiku, namun berasa orang asing. Aku nggak kenal dia siapa, Darling. Bagaimana bisa aku menerimanya masuk dalam hidupku, sedangkan hatiku sampai saat ini terkunci oleh namamu. Aku ingin ikut bersamamu, di sana, di keabadiaan," batin Prilly perih dengan air mata yang menggantung di pelupuknya.
Prilly ikut memejamkan matanya, dia berharap jika nanti membuka mata, orang yang pertama dia lihat adalah Al. Namun itu hal yang mustahil, karena dia tahu betul dan melihatnya langsung saat jazat Al masuk keliang. Dia harus tabah dan bisa menerima kenyataan yang begitu pahit. Takdir telah mengambil Al dari sisinya, namun takdir juga mengirimkan Ali untuk menggantikan orang yang baik dalam hidupnya. Mungkin bagi Prilly takdir sangatlah kejam, takdir tak ingin berdamai dengan kisah hidupnya. Namun jalan Tuhan tak ada yang sia-sia, dibalik itu semua akan ada hal indah yang sudah menanti di depan.
"Pril, pulang yuk?" ajak Ali mengulurkan tangannya membantu Prilly berdiri.
Prilly menerima uluran tangan Ali, ada rasa yang menghangat di hatinya saat kulit Ali menyentuhnya.
"Kak, kita pulang dulu. Damailah di alam sana, hanya doa yang dapat kita kirimkan untuk meluaskan jalanmu di alam sana," kata Ali lalu merengkuh pinggang Prilly.
Di balik kacamata hitamnya, Prilly sempat menitikan air mata. Lalu Ali mengajaknya pulang meninggalkan masa lalunya. Semua yang pernah terjadi tak ada yang sia-sia, karena masa lalu yang membawa kita hingga berdiri di masa kini.
#########
Siapa yang baper di part awal?
Angkat kaki. Hahahahaha
Cerita baru, semoga nggak mengecewakan, semoga banyak yang suka dan menghibur. Aamiin.
Makasih yang sudah setia menunggu, setia mengikuti semua jalan ceritaku yang sering ngelantur nggak jelas. Di sini aku lebih menonjolkan suka duka menjadi istri pilot. Hahahahaha
Siapa yang mau jadi istri pilot?
Atau, siapa yang suaminya pilot?
Enak nggak sih jadi istri pilot?
Hmmmmmm, mikir keras dulu deh.
Muuuuahhhh, jangan pada minta gesrek di sini ya? Cerita ini berjalan di bulan puasa. Hihihihi
___________
Format pesanan
Nama :
No HP :
Alamat lengkap :
Desa / kelurahan :
*Kecamatan :
*Kota / kabupaten :
*Provinsi :
*Kode Pos :
Judul buku :
Jumlah pesanan :
Ekpedisi pilihan : J&T, Wahana, Pos, Si Cepat, Tiki, Lion Parcel, dll.
Kirim format ke 085710415323 (Kak Ebie) / 088220245296 (Rex Delmora) / 081249092360 (Rex Publishing).
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top