dua puluh empat
Peak season, keadaan dimana justru masa sibuk-sibuknya bagi seorang pilot pesawat komersial. Karena maskapai penerbangan bisa dipastikan akan membludak di masa-masa liburan. Hal inilah yang membuat seorang pilot tidak bisa bebas berlibur dan harus bertugas. Namun, untung saja hal itu dapat disikapi Ali, karena dia sudah berencana jauh-jauh hari untuk mengambil cuti, jadi tugasnya dapat dialihkan dengan pilot lain.
"Captain Ali, cek cuaca dulu," perintah seorang petugas menginterupsi Ali.
Beberapa jam sebelum take-off, petugas ramp dispatcer menyiapkan rencana terbang, mengkaji lengkap rute yang akan dilalui, altitude (ketinggian terbang), bahan bakar, dan kondisi cuaca selama penerbangan, yang di dalamnya termasuk informasi detail kondisi cuaca di airport tujuan. Kondisi cuaca adalah hal yang paling utama, yang harus diperhatikan dalam menyiapkan rute penerbangan, oleh karena pilot ingin menghindari kondisi buruk seperti lapisan es, badai, tekanan angin, dan bahkan abu volkanik.
"Siap Pak. Makasih," ucap Ali bersiap diri.
Ini adalah tugas terakhir Ali sebelum mengambil cuti. Setelah bekerja selama dua hari berturut-turut, kini akhirnya dia dapat menerima ACC surat cuti dari kantor.
"Ayah mau kemana?" tanya Kiran yang duduk di pangkuan Prilly menunggu waktu boarding.
"Sebentar ya Sayang, Ayah harus melanjutkan bekerja dulu. Biar kita nanti terbang ke Bali bisa selamat sampai tujuan," jelas Ali memberi pengertian sederhana kepada Kiran.
Ali mengelus kepala Kiran dan mencium keningnya penuh kerinduan. Ini sudah menjadi rencana Ali untuk meminta jadwal terakhir penerbangan rute terakhir ke Ngurah Rai, Bali, agar mempersingkat waktunya untuk perjalanan berlibur bersama keluarga.
"Sebentar ya Bun," kata Ali mengelus lengan Prilly.
"Iya Yah," sahut Prilly penuh pengertian.
Melihat suaminya yang begitu bekerja keras, terkadang hati Prilly merasa tak tega. Baru saja tadi dia dan Kiran sampai di Bandara dan langsung masuk ke ruang management sesuai permintaan Ali. Tak berapa lama Ali masuk ke ruang management, karena dia baru saja menyelesaikan tugasnya memarkirkan pesawat.
"Bun, Ayah kan baru saja duduk. Kok kerja lagi? Kapan Ayah makannya? Terus kapan kita naik ke pesawat," tanya Kiran yang merasa heran karena baru saja ia bertemu dan berbincang dengan Ali, namun sang ayah harus langsung melanjutkan persiapannya untuk penerbangan selanjutnya.
"Mmm ... tunggu ayah selesai mempersiapkan perlengkapan dan mengecek pesawat dulu ya Sayang. Demi keselamatan kita semua. Makanya Ayah harus mengecek keadaan pesawat dan juga melihat status cuaca," ungkap Prilly menjelaskan pekerjaan Ali.
"Ooooh, nanti Kiran mau ikut Ayah mengemudi pesawat ya Bun," celoteh polos Kiran hanya ditanggapi senyuman manis oleh Prilly.
Jauh sebelum para penumpang sampai di bandara, persiapan-persiapan sebelum terbang sudah dilakukan. Para teknisi pesawat bekerja di belakang layar untuk mengecek dan memastikan aspek keselamatan pesawat. Demikian juga dengan petugas dispatcer operasi, mereka menyiapkan dan membuat jadwal penerbangan. Pada saat tahapan pengecekan pesawat sedang dilakukan, para penumpang beserta bagasinya mulai berdatangan di bandara dan masuk ke ruang check-in dengan melawati mesin scanner terlebih dahulu. Di lain pihak, awak kabin dan pilot juga melakukan serangkaian cek dan brifing untuk memastikan segala sesuatunya, apakah sudah sesuai dengan aturan keselamatan penerbangan atau belum.
"Nyonya Ali, barang-barangnya sudah masuk ke bagasi. Nanti tinggal naik saja kalau sudah siap pesawatnya," ujar seorang pramugari cantik nan ramah atas permintaan Ali untuk menyampaikan kepada Prilly, yang akan satu penerbangan bersamanya nanti.
"Iya, makasih Mbak," ucap Prilly tersenyum sangat manis.
"Wilda, kumpulkan yang lain ya. Habis ini kita briefing dulu," pinta Ali terlihat serius dan berwibawa saat baru saja membuka pintu ruang management.
"Baik Capt," sahut pramugari cantik tadi lalu melenggang pergi menginformasikan dengan tim yang akan bertugas bersamanya dan Ali kali ini.
Kiran menyeringai tak suka kepada Ali, bibirnya mencebik dan bersedekap menatap Ali tajam. Ali melihat wajah tak biasa Kiran, lalu ia mendekati putrinya yang masih setia duduk di pangkuan Prilly.
"Kok anak Ayah cemberut, kenapa?" tanya Ali menowel pipi chubby Kiran.
Kiran membuang wajahnya marah, membuat Ali dan Prilly semakin bingung. Kiran juga menghapus bekas sentuhan tangan Ali di pipinya.
"Loh, kenapa? Kok Kiran tiba-tiba ngambek? Ayah punya salah sama Kiran?" tanya Prilly menatap wajah Kiran bingung.
Kiran melirik sebal kepada Prilly, "Kiran nggak suka lihat Ayah genit sama tante cantik tadi," ujar Kiran berhasil membuat Ali melotot sempurna karena menyadari kecemburuan putrinya.
Prilly terkekeh geli, ternyata putri kecilnya itu lebih posesif daripada dirinya. Ali menggaruk tengkuknya yang tak gatal, karena ucapan Kiran tadi terdengar oleh teman-tamannya yang berada di ruangan tersebut.
"Ya ampun Captain Ali, ternyata anak kamu lebih jeli ya daripada ibunya," goda seorang pilot lain yang berbeda rute dengan Ali sambil tertawa lepas.
"Sialan kamu Capt. Aku juga heran, ternyata anak aku bisa cemburu juga. Untung ibunya nggak mudah cemburu buta," sahut Ali justru menanggapi godaan temannya dengan gurauan. Teman Ali semakin tertawa lepas, namun Ali menghiraukannya.
Ali mengacak rambut Kiran lembur sambil tersenyum sangat manis, sedangkan Prilly menutup mulutnya karena menahan tawa.
"Mana Ayah pernah genit sama tante-tante cantik sih? Ayah kan udah punya dua wanita cantik di rumah. Kalau Ayah sih, cukup menggoda kamu sama Bunda aja," rajuk Ali agar Kiran tak salah paham dengan kedekatannya bersama pramugari-pramugari cantik yang selalu bekerja sama dengannya.
"Kalau Ayah ketahuan genit, apa hukumannya?" ancam Kiran posesif menatap Ali sebal dan mengerucutkan bibirnya.
Prilly tersenyum dan menggeleng, karena memang baru kali ini Kiran bersikap posesif kepada Ali. Sebelum ini, Kiran memang sering ikut terbang bersama Ali saat dia libur sekolah, namun Kiran tak begitu memperdulikan kedekatan Ali dengan rekan kerjanya, apalagi itu seorang wanita.
"Mmm ... nanti Kiran boleh hukum Ayah begini ...." Ali mendekat kearah perut Kiran dan menguyelnya dengan wajah. Hingga Kiran memekik, tertawa terbahak karena merasa geli.
Hal yang sulit dirasakan Ali, momen indah yang tak selalu dapat Ali lakukan kepada Kiran. Sekecil apapun momen dan waktu yang tersedia untuk dapat bercanda dan berbincang dengan Kiran maupun Prilly, pasti Ali akan melakukannya. Karena waktu bersama keluarga adalah harga yang sangat mahal bagi Ali, Kiran dan Prilly.
"Captain Ali, yang lainnya sudah pada kumpul," sela seorang pramugari yang berbeda lagi dari ambang pintu.
Ali melepas wajahnya yang menguyel perut Kiran dan menoleh kepada pramugari itu.
"Iya, kita briefing sekarang." Ali berdiri merapikan penampilannya dan mengikuti pramugari tadi meninggalkan Kiran dan Prilly.
"Tuh kan Bun, Ayah pergi sama tante cantik lagi," ujar Kiran terkesan cemburu dan tak suka.
Profesi pilot memang tak lepas dari pramugari dan pramugara. Karena setiap kali pilot melakukan pekerjaan akan didampingi oleh mereka. Bahkan, tidak jarang para pramugari cantik selalu ada di sekelilingnya. Hal inilah yang membuat para istri kerap mengelus dada dan harus bisa mempertebal rasa percayanya.
"Sayang, tante cantik itu adalah teman kerja Ayah. Dia yang membantu Ayah bekerja di pesawat nanti dan tante cantik itu juga yang membantu Ayah mengecek semuanya sebelum kita naik ke pesawat," jelas Prilly meluruskan pemahaman Kiran terhadap para pramugari itu.
Mempunyai suami seorang pilot tentu membanggakan. Namun, di balik badan tegap dan wajah rupawan mereka, risiko pekerjaan mereka juga tak main-main. Ada risiko dan juga tanggung jawab pekerjaan yang harus diemban. Begitu pula rasa cemburu dan curiga istri yang tak jarang lepas dari sosok suami seorang pilot. Namun, Prilly selalu berusaha positif thinking dan sabar demi kenyamanan pekerjaan Ali. Karena Prilly menyadari betul bagaimana pekerjaan Ali yang memang membutuhkan konsentrasi tinggi. Sedikit saja suasana hati Ali buruk, itu dapat merusak pikiran serta konsentrasinya. Meski terkadang tak dapat dipungkiri jika perasaan curiga itu hadir, Prilly menyikapinya dengan doa agar Ali terhindar dari hal yang dapat merugikan semua pihak.
Setelah menunggu cukup lama di ruang management, akhirnya Prilly dan Kiran pun dapat melanjutkan perjalanannya. Ali tak dapat mendampingi mereka, karena ia sudah terlebih dulu naik ke pesawat satu jam sebelum penumpang naik. Karena dia juga harus mengecek keadaan pesawat dan menyiapkan penerbangan di dalam kokpit.
Kini Kiran dan Prilly pun sudah di dalam pesawat. Mereka mendapatkan tempat duduk khusus karena sebagai famili kru pesawat. Sambil menunggu take-off, Kiran sempat meminta mi instan cup yang sudah Prilly siapkan.
"Minum Bunda," pinta Kiran setelah menghabiskan minya. Prilly melayani keinginan Kiran dengan sabar dan telaten.
"Habis pesawat take-off bobo ya? Nanti kalau sudah sampai, Bunda bangunin," tukas Prilly merapikan meja dan tempat duduk Kiran.
"Tapi Kiran belum ngantuk Bunda," tolak Kiran yang masih ingin bermain.
"Ya sudah, tapi di sini saja ya? Jangan minta ke kokpit, Ayah kan lagi kerja," ujar Prilly mengelap telapak tangan Kiran dengan tisu basah.
"Iya," sahut Kiran lalu melepas sepatu barunya, yang beberapa hari lalu Ali belikan.
Kiran mengangkat kakinya naik ke atas kursi dan duduk anteng memperhatikan video yang sedang diputar.
***
Sesampainya di bandara Ngurah Rai, hati Prilly dapat bernapas lega karena Ali selalu dapat dipercaya untuk mengarungi angkasa. Prilly mengajak Kiran menunggu Ali menyelesaikan tugasnya, sembari duduk di ruang tunggu. Tak henti-hentinya Kiran selalu bertanya banyak hal yang baru saja ia lihat dan Prilly pun menjawab dan menjelaskan secara sederhana yang dapat Kiran pahami.
"Bun, Jessi sama Tante Nissa di mana sekarang?" tanya Kiran yang duduk di sebelah Prilly sambil memperhatikan orang berjalan lalu lalang di depannya.
"Mereka sudah menunggu kita di vila. Nanti kita susul mereka ke sana, tapi tunggu Ayah selesai kerja dulu ya Sayang," jawab Prilly membenarkan ikatan rambut Kiran.
Beberapa menit menunggu akhirnya Ali pun terlihat berjalan bersama awak kabin yang bertugas bersamanya tadi. Ali dikelilingi pramugari cantik. Kiran yang melihat hal itu dari kajahuan merasa tak suka. Kiran tiba-tiba turun dari duduknya dan berlari menghampiri Ali begitu saja. Sampai di dekat Ali, tangan mungilnya seketika memukul kaki salah satu pramugari.
"Aw!" pekik seorang pramugari karena terkejut mendapat serangan tiba-tiba dari tangan mungil Kiran.
Prilly yang melihat hal tersebut sangat shock begitu juga Ali. Kiran langsung mendekap kaki Ali, seolah dia tak rela jika sang ayah berdekatan dengan orang lain.
Prilly berlari menghampiri Kiran, lalu menunduk meminta maaf kepada pramugari tadi, "Maaf Mbak."
"Kiran ... nggak boleh begitu sama tante," tegur Ali melepas pelukan Kiran dari kakinya, "minta maaf sama tante," pinta Ali dengan wajah serius.
Prilly mengusap lengan Ali agar menahan emosinya. Kiran mendongak menatap wajah garang Ali, lalu memutar tubuhnya dengan mimik takut menahan tangisannya dan mendekati pramugari tadi.
"Tante, Kiran minta maaf. Tapi Kiran nggak suka Tante dekat sama ayah Kiran," tukas Kiran jujur membuat pramugari tersebut bukannya marah namun justru terkekeh gemas karena kepolosan Kiran.
Pramugari itu berjongkok, menyamakan dengan tinggi badan Kiran. Dia tersenyum dan mencubit gemas pipi chubby Kiran.
"Maafin Tante juga ya, sudah buat Kiran salah paham. Tante sama ayah Kiran itu cuma rekan kerja. Jadi, kalau Tante dan ayah Kiran mengobrol itu hal yang wajar. Soalnya antara pramugari dan pilot itu harus menjalin komunikasi yang baik, agar tidak terjadi salah penerimaan informasi. Diluar pekerjaan, Tante dan ayah Kiran nggak ada obrolan pribadi kok," jelas sang pramugari yang langsung terdengar oleh Prilly, agar tak menimbulkan kesalah pahaman.
Kiran memutar tubuhnya, menatap kepada Ali dan Prilly bergantian, lalu meminta gendong ibundanya. Kiran memeluk leher Prilly dan menelungkupkan wajahnya di sela-sela leher sang bunda, Kiran bersikap seperti itu karena merasa takut kalau Ali akan memarahinya. Perasaan yang wajar bagi anak kecil, saat dia merasa bersalah, dia akan mencari perlindungan. Isakan terdengar dari Kiran, Prilly pun berusaha menenangkannya, dengan mengelus punggung Kiran agar isakannya mereda.
"Ajak dia duduk dulu Bun," perintah Ali mengelus lengan Prilly sangat lembut dan sabar.
Prilly mengangguk patuh dan menggendong Kiran, mengajaknya kembali duduk di ruang tunggu. Sedangkan Ali meminta maaf atas tindakan Kiran tadi.
"Maafkan anak saya ya, mungkin dia belum terbiasa melihat saya dekat dengan wanita lain selain bundanya." Meski Ali adalah atasan mereka, namun dia tak merasa malu bahkan gengsi untuk meminta maaf, karena memang Kiran lah yang bersalah.
"Iya Capt, nggak papa. Saya bisa mengerti, saya tadinya malah takut kalau Nyonya Ali yang akan merasa cemburu. Soalnya selama saya kenal Nyonya Ali, dia jarang bicara dan pendiam orangnya," tukas pramugari yang menerangkan rasa sungkannya terhadap sikap Prilly selama ini.
Ali terkekeh dan menjawab, "memang begitulah istri saya. Bicaranya sedikit, kalau sudah kenal sih ... pasti banyak bicara. Belum terbiasa saja kalian, kalau soal cemburu sih ... Insya Allah tidak."
Ali menyadari betul bagaimana istrinya itu ... selalu dapat meyakinkannya, agar dia dapat menjaga hati. Kesalahannya terdahulu adalah pelajaran yang begitu berharga dan Ali benar-benar takut untuk mengulanginya kembali. Apalagi saat dia melihat dan teringat kepada Kiran, Ali takut hukum alam akan menimpa putrinya jika sampai dia berani melukai hati wanita lain apalagi istrinya sendiri. Ali menyadari jika karma Tuhan masih berlaku dan hukum sebab akibat di dunia ini tetap Tuhan pemberlakukan.
############
Menurut kalian, saat membaca cerita apa yang pertama kalian lihat? Cast cerita? Atau alur cerita? Atau judul cerita? Atau yang lain? Jika seandainya ada cerita lain yang bukan cast Ali-Prilly, apa kalian masih mau membaca? Tolong, jawab ya? Karena ini berarti buat aku. Makasih.
Makasih ya udah mau memberi masukkan, vote dan komen. Semoga semakin ke sini, ceritanya nggak garing. Dan kalian nggak bosen menunggu.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top