dua puluh dua
Sering ditinggal dinas memang sudah jadi kebiasaan. Bahkan, jika sedang peak season , bisa saja dia tak pulang beberapa hari. Hal inilah yang harus membuat Prilly selalu memupuk rasa sabar. Karena Ali memiliki risiko pekerjaan yang tinggi, Prilly juga pasti selalu merasa berat setiap kali melepasnya. Prilly khawatir akan keselamatan Ali. Hal inilah yang membuat Prilly selalu ikut merasa deg-degan tiap kali Ali melakukan tugasnya.
"Bunda kenapa?" tanya Kiran saat melihat wajah lesu ibundanya saat menyiapkan bekal untuknya.
Prilly mendongak, tersenyum tipis untuk menutupi rasa kekhawatirannya karena memikirkan Ali yang sudah dua hari ini sulit dihubungi. Prilly mengelus wajah cantik Kiran yang anteng duduk di kursi menghabiskan roti bakarnya.
"Nggak papa kok Sayang. Habiskan rotinya ya?" Prilly mengelus kepala Kiran lembut agar putrinya tak ikut merasa khawatir memikirkan sang ayah yang entah dinas kemana saat ini.
"Bunda, apa Ayah bisa pulang besok?" kata Kiran yang berharap sangat tinggi.
Prilly menghela napas dalam, sudah kesekian kalinya Kiran selalu menanyakan hal tersebut. Tidak mungkin Prilly berbohong dan menjanjikan sesuatu yang belum pasti. Itu nanti akan membuat Kiran sakit hati dan kecewa jika tak sesuai dengan jawabannya.
"Bunda belum tahu Sayang," sahut Prilly dengan tatapan menyesal.
"Kiran pengen Ayah datang di acara kelulusan besok pagi, Bunda. Ayah harus lihat Kiran main piano dan bernyanyi bersama teman-teman. Selama ini Ayah nggak pernah datang di acara sekolahan Kiran," protes Kiran yang belum memahami betul bagaimana sulitnya Ali mencari jadwal kosong.
Prilly duduk di sebelah Kiran, lalu menarik kepala putrinya itu agar bersandar di dadanya, sangat lembut ia mengelus rambut lurus Kiran. Hati Prilly juga merasa iba kepada Kiran, bagaimana tidak? Sejak Kiran masuk sekolah, saat ada acara di sekolahan Kiran, Ali tak pernah hadir, contoh sepele saja, saat pengambilan rapor, selalu Prilly sendiri yang datang. Prilly harus memahami itu, sebagai seorang istri pilot dia harus dapat mengatasi hal remeh temeh, saat Kiran sakit pun, Prilly harus sigap dan tak mungkin dia menunggu Ali pulang baru ia akan membawa Kiran ke dokter, bukan kah itu tak efesien? Ali tak akan memikirkan hal sepele seperti itu, karena bagi pilot hal seperti itu ia dapat percayakan kepada sang istri yang selalu ada di rumah.
"Kiran ... Sayang ... Bunda minta tolong, pahami dan maklumi pekerjaan Ayah ya? Pekerjaan Ayah itu berbeda dengan orang yang bekerja di darat. Jadwal seorang pilot bukanlah seperti jadwal pekerja yang rutin dari orang kebanyakan, dimana mereka bangun pada jam yang sama dan pulang pada jam yang sama juga." Prilly mengarahkan wajah Kiran agar menatap wajahnya. Prilly ingin menyampaikan pengertian ini kepada putri kecilnya agar Kiran tak berprasangka buruk terhadap pekerjaan sang ayah.
"Jadi Ayah besok belum tentu bisa datang di acara kelulusan Kiran ya Bunda?" tanya Kiran sedih berlinang air mata.
Hati Prilly seperti tersayat sembilu, karena mendengar suara parau Kiran yang menahan tangisannya. Ingin rasanya Prilly meneteskan air mata, namun ia tak akan berbuat seperti itu di depan Kiran. Prilly harus dapat menjadi ibu yang tegar untuk mengajarkan putri kecilnya itu agar menjadi gadis yang kuat.
"Maafkan Ayah ya Sayang, mungkin nanti saat Ayah libur, kita bisa ngajak Ayah jalan-jalan. Oh iya ... kata Ayah kan, kalau nanti Kiran sudah liburan sekolah, mau diajak ke Bali bersama Jessi juga," hibur Prilly mengalihkan pembicaraan agar Kiran tak berlarut dalam kesedihannya.
"Oh iya! Kiran lupa Bunda. Asiiiiiiiiik ... bentar lagi Kiran ketemu Jessi sama Tante Nissa. Yeaaaaaaa," pekik Kiran yang begitu mudah melupakan kesedihannya karena terlalu bahagia saat mengingat jika sebentar lagi ia akan bertemu sahabat baiknya.
Prilly tersenyum melihat keceriaan Kiran lagi. Untung saja Kiran adalah anak yang mudah memahami ucapan yang disampaikan orang lain, jadi Prilly tak kesulitan saat memberi pengertian tentang pekerjaan Ali.
Pekerjaan pilot berbeda dengan pekerjaan lainnya dimana pilot banyak bekerja di udara. Biasanya pilot terbang selama 15-16 jam sehari, minimal terbang 110 jam dalam sebulan. Setiap minggu para pilot diberi jadwal yang berbeda. Mereka terbang dengan rute yang telah ditentukan oleh perusahaan tempat mereka bekerja. Jadwal kerja pilot memang berbeda dengan jadwal pekerja pada umumnya. Misalnya pada saat tanggal merah, para pilot terkadang tidak libur. Jadwal terbang pilot tidak mengenal tanggal merah di kalender. Tak heran jika mereka seringkali melewatkan hari libur bersama keluarganya. Sungguh besar pengorbanan seorang pilot untuk membahagiakan orang lain.
***
Sepulangnya Kiran dari sekolah, Prilly berniat mengajaknya berbelanja bulanan. Karena tempat Kiran sekolah dan pusat perbelanjaan berseberangan Prilly pun meminta Pak Hasan, supir pribadinya untuk menunggu dan menitipkan mobilnya di sekolahan Kiran. Mereka memilih pergi ke pusat perbelanjaan dengan jalan kaki. Kiran merasa bahagia saat menemani Prilly berbelanja, karena ia juga dapat membeli sesuatu yang ia inginkan.
"Bunda nanti beli es krim ya?" kata Kiran sambil berjalan menggandeng tangan Prilly.
"Iya Sayang, tapi antar Bunda belanja dulu ya?" sahut Prilly.
"Okay Bunda."
Mereka pun memasuki pusat perbelanjaan tersebut. Kiran sangat antusias memilih dan membantu mengambil bahan yang Prilly butuhkan sekaligus snack yang ia inginkan. Dua wanita yang berbeda generasi tersebut sangat menikmati kebersamaannya. Meski jarang bersama Ali, namun mereka masih dapat menikmati perjalanannya. Usai berbelanja, Prilly pun menepati janjinya kepada Kiran. Ia mengajak Kiran ke sebuah depot yang menjual berbagai es krim. Setelah menunggu beberapa menit akhirnya es krim pun datang.
"Yeeeeeaaaa asyiiiiiikkkk ... es krim stroberi," saru Kiran girang.
Prilly hanya memperhatikan cara Kiran memakan es krim. Sesekali Prilly dibuat terpingkal-pingkal dengan sikap konyol Kiran.
Deringan telepon Prilly bersuara, Prilly dengan gesit mengambil handphone-nya di dalam tas. Senyum mengembang dari bibir tipis Prilly saat melihat nama yang tertera di layar datarnya.
"Ayah telepon Sayang," ujar Prilly memberikan isyarat kepada Kiran.
Saat Prilly sibuk menerima telepon dari Ali, Kiran pun justru asyik menghabiskan es krimnya.
"Assalamualaikum Yah," ucap salam Prilly setelah menerima panggilan dari Ali.
"Waalaikumsalam Bun. Maaf ya baru sempat telepon. Tadi begitu landing lansung aktifin HP, pesan Bunda baru masuk semua," jelas Ali melegakan hati Prilly yang sejak kemarin risau memikirkannya.
"Iya nggak papa Yah, Ayah sudah makan? Sekarang Ayah lagi di mana? Kok dua hari nggak bisa dihubungi? Ayah nggak macam-macam kan? Awas aja kalau ketahuan nakal, pulang ke rumah tidur di luar!" ujar Prilly memberondongi Ali berbagai pertanyaan yang justru membuat Ali tertawa kecil dari seberang sana.
"Satu-satu dong Bun kalau tanya. Nih dengerin baik-baik ya jawaban Ayah. Pertama Ayah baru saja landing, jadi belum sempat makan yang terpenting telepon Bunda dulu biar hati Bunda lega. Ayah tahu pasti dari kemarin hati Bunda risaukan mikirin Ayah?" Ali menebak asal namun tepat pada sasaran.
"Iya, terus?" sahut Prilly tersenyum bahagia atas pengertian suaminya itu.
"Yang kedua, sekarang Ayah lagi ada di bandara Ngurah Rai, Bali. Kemarin Ayah Ron di bandara Wamena, karena cuaca tak terprediksi, terpaksa penerbangan dipending, takut nanti ada badai di udara. Tahu sendiri lah Bun, sinyal di Papua itu kurang bagus, jadi Ayah juga kesulitan mau telepon Bunda," jelas Ali agar kecurigaan istrinya terpatahkan.
Bandara Wamena adalah salah satu bandara terpencil di Indonesia. Bandara Wamena adalah infrastruktur yang menghubungkan wilayah Jayawijaya dengan Jayapura dan kabupaten pemekaran lainnya di Papua seperti Kabupaten Lanny Jaya, Tolikara dan lainnya. Pesawat yang biasa beroperasi di Bandara Wamena untuk melayani penerbangan, yaitu mulai dari pesawat kecil seperti Cessna, ATR-72, Boeing 732 dan 733, hingga pesawat berbadan besar seperti Boeing 737-300.
"Kiran mana?" imbuh Ali yang tak pernah absen menanyakan buah hatinya.
"Tuh lagi makan es krim. Kita lagi di mall depan sekolahan Kiran, Yah. Sekalian belanja bulanan," ujar Prilly melihat Kiran yang masih asyik menghabiskan es krimnya.
"Ooooh ya sudah kalau begitu Ayah mau langsung lanjut kerja lagi. Jaga diri baik-baik ya? Assalamualaikum," ucap Ali bersiap menutup teleponnya.
"Waalaikumsalam warohmarullohi wabarokatu ... eh Yah ...."
Tut tut tut tut
Belum juga Prilly menyampaikan sesuatu kepada Ali, panggilan sudah Ali putus. Prilly mencoba kembali menghubungi Ali, namun sayang telepon Ali sudah tidak aktif lagi. Ini sering kali Ali lakukan karena ia harus melanjutkan pekerjaannya.
"Ayah ngomong apa Bunda?" tanya Kiran memperhatikan Prilly yang masih berusaha menghubungi Ali.
"Nggak papa Sayang, es krimnya dihabisin ya, Bunda bayar dulu," sahut Prilly menghindari pertanyaan Kiran yang sama dengan pertanyaan yang ia ajukan kepada Prilly tadi pagi.
Biasanya setelah Ali mematikan telepon, Prilly sudah memahami jika suaminya itu sedang mempersiapkan penerbangan selanjutnya. Banyak hal yang memang harus seorang pilot persiapkan sebelum melanjutkan penerbangan berikutnya. Awak kabin dan pilot juga harus melakukan serangkaian cek dan brifing untuk memastikan segala sesuatunya, apa sudah sesuai dengan aturan keselamatan penerbangan?
Tak hanya itu saja, persiapan di dalam kabin pilot (flight deck) itu juga sangat penting. Ketika pilot berada dalam flight deck, mereka memasukkan rencana penerbangan ke dalam sistem komputer navigasi, melakukan pengecekan keselamatan di dalam kokpit, dan persiapan terbang. Kapten dan Penyelia penerbangan bekerja sama dalam melakukan serangkaian pengecekan untuk memastikan bahwa mereka dalam satu arahan keselamatan yang sama. Masih banyak hal lagi yang harus dipersiapkan, selain pilot, awak kabin pun juga ikut serta mengecek segala sesuatu sebelum pesawat take off.
***
Sesampainya di rumah, Prilly dan Kiran disambut Ebie yang siap membawakan barang belanjaan. Pak Hasan yang selalu setia mengantar Prilly dan Kiran kamanapun mereka ingin pergi, membantu Ebie membawa belanjaan ke dapur.
"Dede Kiran dari mana? Kok baru pulang?" tanya Ebie yang sebenarnya sudah tahu namun ia hanya membiasakan diri berkomunikasi dengan Kiran.
"Habis antar Bunda belanja. Bibi, nanti temenin Kiran berenang ya? Panas ... gerah ... Kiran pengen berenang," pinta Kiran manja terdengar oleh Prilly yang lebih dulu sampai di ruang tengah.
"Tapi sebentar saja ya?" seru Ebie meletakkan belanjaannya di meja makan.
Prilly sibuk mengeluarkan barang pribadinya dan memilih bahan dapur untuk dipisahkan agar Ebie dapat menyimpannya.
"Iya, sebentar kok Bibi," sahut Kiran duduk di kursi dan melepas sepatunya.
"Bawa ke atas sekalian ya Sayang sepatu dan tas sekolah kamu. Ganti seragamnya," titah Prilly mengajarkan kedisiplinan kepada Kiran.
"Siap Bunda," tukas Kiran patuh lalu membawa sepatu dan tasnya naik ke lantai dua menuju kamarnya.
Prilly dan Ebie hanya tersenyum melihat kecerdasan Kiran. Sejak Kiran kecil, Ali dan Prilly selalu menerapkan kedisiplinan kepada Kiran. Jarang sekali rumah terlihat berantakan karena mainan Kiran berserakan dimana-mana. Karena Prilly selalu mengajarkan Kiran untuk mengembalikan segala sesuatu benda pada tempatnya. Seperti mainan Kiran, Prilly menyiapkan tempat sendiri khusus untuk semua mainan Kiran. Saat Kiran selesai memainkan, ia juga harus mengembalikannya ke tempat itu lagi.
"Mbak Bie, habis nemenin Kiran berenang, nanti minta tolong ke kamar aku ya? Badanku kok rasanya nggak enak. Kayaknya masuk angin nih Mbak Bie," adu Prilly sambil memijat-mijat leher belakangnya dan merasa badannya berat serta letih.
"Iya Non, ya udah ... biar saya yang nemenin Dede Kiran main. Non Prilly istirahat saja di kamar," seru Ebie penuh pengertian.
"Iya deh Mbak Bie. Ya udah, aku naik ke atas dulu ya. Tolong ini dilanjutkan," pinta Prilly melepas pekerjaannya yang tadi sedang memilih bahan untuk dapur.
Ebie tersenyum dan mengangguk, sedangkan Prilly melenggang pergi menaiki tangga sedikit gontai karena kepalanya terasa sedikit pusing. Setelah Ebie membereskan bahan-bahan di dapur, Kiran pun turun sudah mengenakan baju renang.
"Bibi, Bunda mana?" tanya Kiran mendekati Ebie sambil mencari-cari keberadaan sang bunda.
"Bunda lagi istirahat di kamar, kasihan Bunda, mungkin kelelahan. Main sama Bibi dulu ya," jawab Ebie sambil menutup kulkas.
Kiran hanya mengangguk lalu melangkah keluar, ke taman belakang dan menuju kolam renang. Prilly melihat keceriaan Kiran dari kaca jendela kamarnya, yang menembus hingga ke halaman belakang. Kiran sangat ceria dan bahagia saat berenang, karena itu adalah salah satu hobinya.
"Andaikan kamu melihat setiap detik perkembangan dan tingkah lakunya, pasti kamu akan lebih merasa bahagia Yah," ujar Prilly mengingat kesibukan Ali saat dinas.
Jarangnya Ali libur membuat Prilly terkadang merasa kesepian. Jadwal libur seorang pilot bisa berbeda-beda, ada yang libur satu kali dalam seminggu, ada juga yang dua kali dalam seminggu, dan lain-lain. Jadwal libur pilot juga tidak menentu. Biasanya setiap maskapai penerbangan menetapkan berapa lama seorang pilot berhak mendapat jadwal libur (Day Off) dalam sebulan. Seperti contohnya di maskapai yang kini tempat Ali bekerja. Garuda Airways yang menetapkan minimal 8 hari libur dalam satu bulan.
Prilly masih saja memperhatikan Kiran yang sesekali tergelak tawa dan memekik karena godaan Ebie. Keceriaan Kiran membuat Prilly ikut bahagia. Tak ingin melewatkan keseharian Kiran, Prilly pun sering mencuri gambar semua kegiatan Kiran. Saat nanti Ali pulang, Prilly akan memperlihatkan semua apa yang Kiran lakukan selama Ali dinas.
Karena Ali tidak selalu ada di sisi Prilly, ia harus selalu tangguh dan mandiri. Prilly harus paham bahwa kewajiban melakukan segalanya seorang diri dan tidak bergantung kepada suaminya. Meskipun begitu, selalu ada rasa bangga yang terselip di dalam dada Prilly kepada sang suami. Meski banyak duka yang dirasakan ketika menjadi pasangan seorang pilot, Prilly tetap bangga kepada Ali. Karena memang hanya orang-orang terpilih dan tak sembarangan yang bisa melakoni pekerjaan satu itu. Bahkan, karena lama tak berjumpa akibat jadwal pekerjaan Ali membuat Prilly semakin merasa kangen. Ketika nanti mereka bertemu, Prilly bakal menyadari bahwa dia memang benar-benar mencintainya dan bersedia untuk selalu menunggu kepulangannya.
########
Jangan bahas typo ya?
Aku sangat menyadari typo bertebaran. Karena aku nggak baca ulang. Hihihihi
Maaf sudah menunggu lama, walaupun lama yang penting tetep dilanjutkan kok. Asal stok sabar kalian nggak akan habis, semoga saja begitu.
Bagaimana sampai di sini?
Belanda masih jauh kok, jadi sabar ... kita slow aja ... okay? Hahahaha
Makasih ya untuk kesabaran dan vomennya?
Miss you and love you all.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top