delapan belas

Kelahiran Putri Kirana Wijaya empat hari lalu membuat hati Prilly selalu di selimuti rasa bahagia yang luar biasa. Meski Ali belum juga datang menemuinya, ia dapat memaklumi hal itu. Prilly sedang menyusui Kiran di tempat tidur, sedangkan Ebie menyiapkan air hangat untuk Kiran mandi.

"Non, air hangatnya sudah siap," kata Ebie keluar dari kamar mandi.

"Iya Mbak Bie, makasih ya?" ucap Prilly menoleh sebentar lalu kembali memperhatikan Kiran yang masih asyik menyedot putingnya.

Sejak kepulangan Prilly dari rumah sakit, ia melakukan semuanya hanya dibantu Ebie. Dari menyiapkan keperluan Kiran dan menjaga Kiran, hanya Ebie orang yang dapat diajak kerja sama saat ini, karena Ali belum juga pulang. Setelah Kiran melepas puting Prilly, ia lalu melucuti seluruh pakaian Kiran. Prilly segera memandikannya dengan sangat hati-hati karena tubuh Kiran masih rentan. Saat Prilly sedang mengganti pakaian Kiran, suara derap langkah kaki terdengar perlahan. Hati Prilly menghangat ketika menyadari jika suara langkah kaki itu semakin mendekati kamarnya.

"Sepertinya Ayah pulang, Dek." Prilly tersenyum sangat manis seraya mengajak Kiran berbicara sambil ia memakaikan baju yang lucu untuk Kiran.

Prilly sengaja tak membalikkan badan saat ia mendengar pintu kamar terbuka. Ia tetap fokus melengkapi pakaian Kiran, walau Prilly tahu itu adalah Ali karena harum parfumnya sudah menyebar di dalam kamar.

"Assalamualaikum." Ali mengucap salam ketika melihat Prilly tak menoleh kepadanya.

"Waalaikumsalam," jawab Prilly masih tetap asyik mendandani Kiran.

Ali tersenyum sangat bahagia, saat melihat bayi mungil nan cantik sudah rapi dengan pakaian lengkap dan bedak khas aroma bayi. Ali perlahan mendekati Prilly dan Kiran.

"Stop! Berhenti di situ!" sergah Prilly mengangkat tangannya mencegah Ali melanjutkan langkahnya.

Seketika Ali menghentikan langkahnya dan mematung di tempat.

"Kenapa?" tanya Ali heran karena di dalam hatinya ia sudah tak sabar ingin menyentuh dan menggendong buah hatinya.

"Kiran baru aja mandi, kamu baru aja pulang dan masih banyak kuman yang kamu bawa dari luar. Ayah mandi dulu, baru setelah itu boleh nyentuh Kiran," ujar Prilly sembari ia mengulurkan handuk kepada Ali.

Ali mengdengus kesal lalu masuk ke kamar mandi begitu saja. Prilly terkekeh melihat wajah Ali tertekuk kecewa.

"Siapa suruh mau langsung pegang princess aku. Kan princess aku udah cantik dan halum, masa Ayah masih bau acem mau pegang-pegang sih? Kan nanti kumannya nempel di Kilan, kalau Kilan sampai cakit, Bunda kan jadi cedih, ya Sayang?" seru Prilly menimang Kiran sambil ia mengangkat tubuh mungil itu ke gendongannya.

Meski Kiran tak mengerti maksud perkataan Prilly, namun ia dapat merespon setiap komunikasi dan interaksi dengan baik. Kiran dapat tersenyum hingga terkadang ia sudah dapat tertawa kecil. Hal yang membuat Prilly semakin di selimuti rasa bahagia yang tak terkira.

"Hhhmmmm ... anak Bunda udah haluuuuum." Prilly mengendus harum aroma minyak telon yang segar khas bayi seusia Kiran.

Saat Prilly sedang menurunkan Kiran kembali ke ranjang, Ali keluar kamar mandi hanya mengenakan handuk yang ia lilitkan di pinggangnya. Ali mencari-cari pakaiannya, biasanya setiap dia selesai mandi, Prilly sudah menyiapkan pakaiannya di atas ranjang.

"Cari apa Yah?" tanya Prilly melihat wajah bingung Ali

"Mana baju ganti Ayah, Bun?" Prilly tersenyum ketika ia menyadari sesuatu.

"Maaf ya Yah, tadi masih repot ngurus Kiran. Jadi lupa nyiapin baju ganti kamu," ucap Prilly lalu berjalan mencarikan baju ganti untuk Ali di lemari.

"Nggak papa Bun, aku bisa cari sendiri nanti," ujar Ali mendekati Kiran lalu menciumnya.

Senyum tertarik dari dua sudut bibir Ali. Sungguh bahagianya Ali saat ini, melihat buah cintanya bersama Prilly, nyata di depannya dan dapat ia sentuh secara langsung.

"Hallo anak Ayah? Maaf ya Nak, kemarin waktu kamu lahir Ayah nggak bisa dampingi," ucap Ali menyesal seraya mengelus pipi mungil Kiran.

Prilly yang mendengar hal itu ikut merasa sedih namun bercampur haru. Prilly mengingat kembali perjuangannya yang lalu tanpa Ali di sampingnya. Namun ia merasa bersyukur, ternyata Ali masih menyadari kesalahannya itu. Prilly memberikan baju ganti untuk Ali.

"Yah, ganti dulu ya? Nanti kamu yang jagain Kiran. Aku mau masak buat kamu," ujar Prilly lembut yang berniat memberikan Ali waktu hanya berdua saja dengan Kiran.

Ali mengangguk lalu memakai pakaiannya. Prilly tersenyum merasa bahagia karena kini ia dapat merasakan keluarga kecilnya berkumpul dan utuh, ada dia, Ali dan Kiran. Prilly menimang Kiran seraya ia mengajak Kiran bercanda. Ali yang memperhatikan hal itu ikut merasakan kehangatan istri dan anaknya.

"Bun," panggil Ali pelan.

"Hmmm ... apa?" sahut Prilly lembut menoleh kepada Ali yang kini sudah berdiri di sebelah ranjang.

Ali mendekati Prilly lalu mencium keningnya sangat lembut dan cukup lama menyalurkan kerinduan dan kasih sayangnya selama ini. Hati Prilly bergetar dan terenyuh mendapat perlakuan manis dari Ali seperti itu.

"Ini tanda permohonan maafku karena membiarkan kamu berjuang sendiri, melahirkan Kiran tanpa aku di sampingmu," ucap Ali membuat Prilly termangu.

Ali mencium kedua mata Prilly yang terpejam.

"Ini hadiah dariku, karena kamu sudah mengeluarkan air mata bahagia bercampur sakit, meski tanpa ada aku di sampingmu, kamu tetap berusaha memperjuangkan buah hati kita." Air mata haru Prilly menetes, ia tak pernah menyangka suaminya akan berbuat sedemikian, karena merasa bersalah tak dapat mendampinginya saat melahirkan Kiran, putri mereka.

Ali kembali menurunkan ciumannya di bibir Prilly dan melumatnya lembut. Prilly memejamkan matanya sejenak, menikmati panggutan bibir Ali yang terasa kenyal dan lembut. Ali menghentikan ciumannya lalu menangkup kedua pipi Prilly. Senyum tersungging dari bibir merah delima Prilly. Saat hazelnya menatap ke dalam manik mata Ali. Tersirat rasa bahagia bercampur kerinduan yang mendalam dari sorot mata Ali.

"Terima kasih, kamu sudah melahirkannya di dunia ini. Terima kasih karena kamu melengkapi keluarga kecil kita dengan mendatangkan Kiran di tengah kebahagian kita. Aku hanyalah seorang pria yang nggak sempurna. Maaf, karena aku masih banyak kekurangan untukmu dan keluarga kecil kita," ucap Ali menyesal karena menyadari kesalahannya yang tak dapat selalu ada di samping Prilly.

Prilly memeluk Ali dan menumpahkan air matanya. Ali pun membalas pelukan istrinya.

"Seorang Ayah mampu berjuang demi kelangsungan hidup 10 anaknya, namun 10 anak belum tentu dapat menanggung kelangsungan hidup ayahnya. Kita sebagai orangtua hanya dapat mendidik dan memberikan apa yang anak kita butuhkan, Yah. Usaha dan doa adalah kunci dari segalanya. Berjuanglah bersama Bunda, Yah. Untuk mendidik dan memberikan kehidupan yang layak untuk anak-anak kita nanti," kata Prilly bijak membuat Ali semakin bangga memiliki istri sepertinya.

Ali mengeratkan pelukkannya dan mencium kepala Prilly berulang-ulang kali.

"Aku sangat mencintaimu, Bunda. Ayah akan terus berusaha agar keluarga kita dapat makmur dan tentram. Cukup badai yang sudah berlalu menjadi pelajaran berharga untuk kita dan terutama Ayah. Maafin kesalahan Ayah ya Bun," ujar Ali bersungguh-sungguh dari hatinya yang paling dalam. Prilly hanya mengangguk dan mengeratkan pelukannya di pinggang Ali.

***

Tak hentinya Ali selalu memandang Kiran yang sudah tertidur lelap.

Senyum tak pernah pudar sedetik pun dari bibirnya. Rasa senang dan tak ingin jauh dari Kiran pun menyeruak dari dalam hatinya.

"Yah, libur berapa hari?" tanya Prilly pelan karena ia tak ingin mengganggu tidur Kiran.

"Cuma sehari besok, terus Ayah mau flight pulangnya ambil cuti. Capek, pengen istirahat dulu," ujar Ali merangkak perlahan ke atas ranjang menyusul Prilly.

"Halah, capek apa mau seharian penuh sama Kiran?" goda Prilly tahu maksud Ali yang ingin mengambil cuti kerja.

"Harusnya Ayah ambil cuti waktu mau mendekati persalinan Bunda, tapi prediksi Dokter meleset. Perhitungannya Ayah juga ikut meleset," tukas Ali merasa kecewa dan menyesal karena kehilangan momen paling berharganya.

"Kiran udah nggak tahan di dalam perut Bunda, jadi Kiran pengen cepet-cepet lahir ke dunia ini, Ayah," kata Prilly sambil mengelus lembut pipi Kiran.

Sebenarnya Ali sudah mempersiapkan diri untuk mengambil cuti, saat mendekati persalinan Prilly. Namun takdir berkehendak lain, Kiran lebih dulu lahir maju dua minggu dari prediksi Dokter. Hal itu yang membuat semua terkejut dan tak dapat mempersiapkan diri secara maksimal.

"Tapi kan, harusnya Ayah yang ada waktu Kiran lahir. Terus harusnya Ayah juga yang mengadzani Kiran. Bukannya Papa," bantah Ali menatap wajah polos Kiran saat tertidur terlihat lucu dan menggemaskan.

"Sudah lah Yah ... yang sudah berlalu biarlah berlalu. Sekarang kita pikirkan masa depan keluarga kita. Jangan sesali itu, Bunda nggak papa kok. Bunda memaklumi tugas Ayah," ujar Prilly lembut mengelus lengan Ali.

"Makasih ya Bun, Ayah bangga punya istri pengertian kayak Bunda. Jadi pengen di rumah terus kalau begini. Nemenin Bunda, apalagi sekarang ada Kiran. Rasanya nggak pengen jauh dari kalian." Ali mencium pelan pipi Kiran yang tertidur pulas.

Prilly melihat betapa sayangnya Ali kepada Kiran. Sejak ia datang hingga malam tiba, Ali tak pernah jauh dari Kiran. Ali pun membantu pekerjaan Prilly, dari menggantikan popok Kiran, hingga menyiapkan peralatan mandi untu Kiran pun Ali lakukan.

"Jangan jadikan Kiran alasan kamu untuk malas bekerja, Yah. Justru adanya Kiran di tengah kita, jadikan dia pacuan buat kita bersemangat bekerja demi masa depan Kiran agar lebih baik daripada kita," seru Prilly memperingatkan Ali.

"Iya Bun," jawab Ali lalu mencium kening Prilly. "Bobo yuk?" Ali menarik selimut lalu menurunkan tubuhnya berbaring di samping kiri Kiran.

Prilly mengikuti Ali berbaring di sisi kanan Kiran. Hingga kini Kiran berada di tengah orangtuanya. Melihat keharmonisan keluarga kecil ini, membuat siapa saja yang melihatnya merasa iri.

***

Matahari pagi bersinar terang, begitu banyak manfaat dan menjadi satu-satunya sumber cahaya di muka bumi ini. Banyak sekali peran matahari untuk bumi, diantaranya untuk sumber kehidupan bagi planet ini dan proses fotosintesis pada tanaman. Tak hanya itu, sinar matahari pada waktu pagi membuat suasana menjadi indah, namun juga sangat penting untuk kesehatan.

"Yaaah, tolong bantu Bunda ajak Kiran berjemur ya?" pinta Prilly seraya melucuti baju Kiran.

Ali yang tadi baru saja keluar dari kamar mandi lalu menghampiri Prilly dan memeluknya dari belakang. Perasaan nyaman dan aman sangat terasa memenuhi rongga dada Prilly.

"Harus ya berjemur?" tanya Ali terkesan manja membuat Prilly tersenyum.

Prilly tahu, Ali melakukan itu karena merasa was-was jika dia akan dihiraukan. Karena Prilly lebih banyak mencurahkan perhatiannya kepada Kiran. Namun Prilly berusaha bersikap adil kepada suami dan anaknya. Meski sudah memiliki anak, namun Prilly tak mau melepaskan tugasnya sebagai seorang istri yang wajib melayani suaminya.

"Sinar matahari itu banyak mengandung Vitamin D, maka bersyukurlah karena kita bisa menikmati vitamin D geratis, iya kan?" seru Prilly melepaskan tangan Ali yang melingkar di perutnya lalu membalikkan tubuhnya menghadap kepada Ali.

"Bun, mmm ...." Ali bingung untuk berucap karena takut jika nanti Prilly meledeknya.

"Ada apa?" tanya Prilly lembut seraya mengeringkan rambut Ali dengan handuk yang menggantung di leher suaminya.

"Jangan cuekin Ayah ya? Nanti mentang-mentang ada Kiran, Bunda nggak lagi seperti biasanya," rajuk Ali manja membuat Prilly ingin tertawa keras namun tertahan karena tak ingin membuat Ali malu. Baru ini Prilly melihat sifat manja suaminya.

"Iya, Ayah. Insya Allah Bunda akan tetap sama seperti yang dulu. Tetap melayani Ayah seperti biasanya. Tapi, Ayah juga jangan iri kalau perhatian Bunda lebih besar ke Kiran. Masa iya sih, Ayah cemburu sama anak sendiri?" sahut Prilly memberikan pengertian kepada Ali.

"Iyaaaa, Ayah tahu Bun. Tapi kata temen-temen Ayah yang sudah berpengalaman, istri mereka berubah dan nggak perhatian lagi setelah punya anak. Ayah nggak bisa kalau tanpa Bunda. Ayah sudah terbiasa sama Bunda dan cuma Bunda penyeimbang Ayah," ucap Ali sepenuh hati membuat hati Prilly tersanjung.

"Aaaaaah, Ayah so sweet. Bikin Bunda terbang deh. Pagi-pagi udah bisa gombalin Bunda." Prilly tersenyum malu-malu sambil mencubit kecil perut Ali.

Ali terkekeh melihat wajah Prilly yang malu-malu kucing dan pipinya merah tomat. Prilly menyembunyikan wajah malunya di dada Ali, sambil menutup wajah dengan kedua telapak tangannya.

"Udah ah, katanya nyuruh Ayah berjemur sama Kiran. Terus Bunda mau ngapain?" Ali menggeser Prilly pelan dari hadapannya lalu mengangkat Kiran yang sedari tadi asyik bermain baju yang Prilly lepas tadi.

"Bunda mau nyuci baju Ayah, ompolnya Kiran semalam banyak banget, terus mau bantu Mbak Bie masak. Masih lagi beresin kamar," jelas Prilly sambil memunguti pakaian kotor Ali dan Kiran.

"Ya udah, Ayah sama Kiran keluar dulu ya?" Ali membopong Kiran lalu mencium singkat bibir Prilly sebelum keluar kamar.

Ali keluar kamar mengajak Kiran berjemur di taman belakang. Sedangkan Prilly membereskan kamar dan menyalin sprei.

"Selamat pagi Pak Ali," sapa Ebie ramah saat Ali melewati dapur.

"Pagi juga Mbak Bie," jawab Ali yang juga ramah.

"Mau berjemur ya adik Kiran? Seneng ya yang ayahnya pulang." Ebie berinteraksi dengan Kiran sambil ia memegangi tangan Kiran.

Ali tersenyum sangat manis saat melihat respon Kiran tersenyum, meski dia belum mengetahui maksud perkataan Ebie tadi. Ali melanjutkan berjalannya setelah Ebie selesai menggoda Kiran. Ali mencari tempat yang tersorot matahari langsung. Ia mengganti cara menggendong Kiran. Ali menghadapkan punggung Kiran ke arah matahari.

Matahari di pagi hari bermanfaat untuk membunuh mikro bakteria. Sangat di sayangkan jika kita melewatkan sorotan matahari pagi hari, karena sebenarnya sinar matahari memiliki banyak manfaat bagi kesehatan kita. Diantaranya, membentuk dan memperbaiki tulang.
Meningkatnya vitamin D dalam tubuh karena paparan sinar matahari dapat meningkatkan penyerapan kalsium di dalam tubuh. Kondisi ini adalah solusi dalam pembentukan dan perbaikan tulang dan mencegah penyakit rakhitis dan osteomalacia.

"Yah, jangan lama-lama ya?" seru Prilly menyusul Ali ke belakang membawakan tutup mata untuk Kiran.

"Kenapa? Kan bagus sinar matahari pagi buat tubuh," tanya Ali melihat wajah istrinya yang serius sedang memasangkan tutup mata untuk Kiran.

Ali mengganti posisi menggendong Kiran menjadi terlentang, agar tubuh bagian depan Kiran mendapat paparan sinar matahari.

"Menerima paparan sinar matahari selama 5 menit saja, sama artinya dengan memberikan 400 unit vitamin D pada tubuh. Jadi jangan lama-lama, cukup 15 menit aja ya?" jelas Prilly membuat Ali tersenyum bangga karena ternyata istrinya itu mengetahui banyak hal yang belum tentu dia tahu.

"Kok Bunda makin pinter sih?" tukas Ali tersenyum menggoda kepada Prilly.

"Kan udah jauh-jauh hari Bunda belajar banyak tentang hal yang berhubungan dengan mendidik dan merawat anak. Ini saatnya menerapkan materi yang sudah Bunda pelajari selama ini," jawab Prilly membalas senyuman Ali.

"Ayah makin bangga sama Bunda," sanjung Ali tulus.

"Bunda juga bangga sama Ayah," balas Prilly menatap wajah tampan Ali.

Ali mendekatkan bibirnya di kening Prilly lalu menghadiahkan Prilly kecupan manis.

"Aku mencintaimu dan Kiran. Kalian dua wanita yang menjadi sumber kekuatanku sekarang," ucap Ali setelah melepaskan bibirnya dari kening Prilly dan menatap wajah Prilly lembut.

"Aku juga mencintaimu dan Kiran. Kalian harta yang paling berharga dalam hidupku." Prilly menyandarkan pipinya di dada bidang Ali dan melihat Kiran yang begitu nyaman di gendongan Ali.

Ali menempelkan pipinya di kepala Prilly, merasakan aura kasih sayang yang tercurah dari seorang wanita yang hebat dan tangguh seperti istrinya itu. Prilly wanita yang tegar dan sabar, menjadi penyeimbang Ali dalam menjalani hidup ini.

########

Masih adakah yang sabar menunggu?
Maafkan aku yang lama banget update. Semoga aja kalian masih sabar menunggu ya?
Makasih untuk yang sudah vote dan komen.
Miss you and Love you all.
Muuuuuaaaah.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top