11. Gencatan Senjata

Eh, sebelumnya aku mau bilang kalau kalian dapat pesan2 positif lain di samping apa yang mau kusampaikan, aku malah seneng banget loh. :D

Sekali lagi, aku ingatkan kalau genre cerita ini adalah Humor, bukan Romance. Semoga pembaca nggak salah kaprah.

Jadi... jawaban untuk pertanyaan di bab "Iseng" sebelumnya adalah...

.

1) Setiap orang harus punya wibawa dan harga diri. Meskipun posisimu rendah, nggak perlu minder. Semua pekerjaan, asal halal, itu terhormat. Chrystell yang posisinya office girl aja nggak segan menentang Alex kalau si CEO kurang ajar sama dia. 

Untuk cewek: Jangan hanya karena ada cowok super ganteng, kaya, seksi, jadinya kita klepek2 ga karuan sama dia. Kalau cowok itu semena-mena dan merendahkan kita, lawan aja! Hindari kalau perlu. Jangan rela diapa2in sama dia cuma karena dia ganteng, kaya, seksi, dan embel2 lainnya. 

A real gentleman should respect a lady, not treat her like trash. 

Sebenarnya, lelaki sejati harus memperlakukan semua orang (bukan cuma perempuan) dengan hormat.

.

2) Berani jadi diri sendiri. Suka nasi goreng pete, suka dangdut, pede aja. Nggak perlu pura2 suka hal2 ngetren kalau sebenarnya nggak suka cuma supaya dikatain gaul. 

.

3) Pede dengan penampilan sendiri. Aku kesel banget sama iklan-iklan TV yang selalu nampilin model langsing berkulit putih, rambut hitam lurus, seakan2 itu standar kecantikan. (Padahal itu iklan biar produknya laku.) Tubuh nggak langsing, kulit gelap, rambut keriting/kribo juga cantik dan keren! 

.

4) Jadi orang harus baik hati tetapi cerdik. Chrystell sebenarnya orang yang baik. Dia mau menolong wanita yang ngaku2 hamil anak Alex, dia juga anak yang berbakti sama keluarga. Tetapi baik hati bukan berarti rela diinjak2 seperti tokoh cewek2 sinetron yang kalau baik itu baiiiikkk banget sampe ditipu terus2an. Harus cerdik juga dong!

.

5) Kalau dari Alex, yang perlu dipetik adalah... jangan suka merendahkan orang. Jangan sombong. Jangan gengsian. Kalau emang mau muji, ya muji aja (dengan tulus, bukan dengan modus). Nggak usah sok2 gengsi kaya Alex begitu. Giliran ngejek, dia lancar. Giliran muji, dia gengsi. Coba kalau Chrystell nggak batu, pasti dia udah tersinggung parah dikata2in Alex mulu. (Kok Alex banyaknya negatifnya nih XD) Tapi Alex juga masih hormat sama orangtuanya kok. Meskipun alasannya karena dia takut dipecat jadi CEO.

.

Semoga ada yang ngerasa pesan2 ini meskipun di jawabannya gak ada, hehe. Tapi jawaban kalian juga bagus2 kok. XD

.

.

.

.

.

"Pak Lex! Bapak waras? Serius Bapak mau jadi kekasih sungguhan sama gue?" tanya Chrystell.

Dasar perempuan sableng! umpat Alex dalam hati. Ngerusak mood banget, sih, dia. Gue khilaf nanyanya. Khilaf! Tapi...

"Gue serius, Tel. When life gives you lemons, you make lemonade out of them. Ketika hidup ngasih buah lemon, kamu bisa bikin limun, kan, dari lemon tersebut?"

Chrystell mengernyitkan dahinya. "Seumur-umur, gue nggak pernah makan lemon, Pak Lex. Paling sesekali yang dicampur sama air putih."

"Itu ungkapan, Tel. Artinya, dalam keadaan yang sulit pun, kita bisa mencari kesempatan untuk bersenang-senang. Mungkin kita nggak senang dengan perjodohan ini, tapi kita bisa bersenang-senang pada liburan ini. Lebih enak, kan, kalau kita nggak berantem terus dan menikmati keindahan alam Eropa?" Padahal ia gengsi mengakui bahwa ia mulai memiliki perasaan sungguhan pada Chrystell.

Chrystell terdiam sejenak. Wajah berpikirnya yang serius terlihat menggemaskan bagi Alex.

Mataku masih belum bekerja benar, pikir Alex. Ini kenapa dia jadi terlihat menarik bagiku? Sadar, Alex, sadar! Dia itu Es Teler! Si office girl somplak! Kamu sering meniduri wanita yang jauh lebih cantik daripada dia! Eh, tapi cantik bukan berarti memikat, kan? Entah kenapa ada pesona tersendiri dari gadis konyol ini.

Suara Chrystell pun tak mampu mematahkan sihir kali ini. "Baik, deh, Pak Lex. Ide Bapak boleh juga. Gue senang kalau Bapak nggak bakal ngejek gue lagi."

"Pertama, hilangkan panggilan 'Pak Lex' itu. Secara hukum, lu tetap istri gue. Apa kata dunia kalau gue dipanggil Bapak sama istri sendiri? Lagian gue baru berumur duapuluh tujuh tahun. Cuma beda lima tahun dari lu."

Chrystell berusia duapuluh satu tahun, namun ia belum ulang tahun. Jadi tahun ini ia akan berusia duapuluh dua tahun.

"Loh, Mbah Tari bilang umur Pak Lex, eh, Mas Lex hampir tigapuluh!"

"Buat dia segitu udah hampir tigapuluh kali. Atau dia udah pikun, jadi lupa umur gue berapa."

Chrystell mengangguk-angguk. "Tapi Bapak, eh, Mas juga nggak boleh panggil gue 'Es Teler' lagi. Setuju?"

"Oke. Selama bulan madu, gue akan panggil lu Chrystell."

"Setuju," ujar Chrystell sambil mengulurkan tangannya.

Alex membalas uluran tangan istrinya. Namun ia membiarkan dirinya terbawa emosinya dan menarik gadis itu ke dalam pelukannya.

"Acara romantis kita dimulai sekarang, Tuan Putri," bisiknya.

Lagi-lagi suara seksi itu! Jantung Chrystell kembali berdebar tak karuan seperti saat pertemuan pertama mereka. Gadis itu terkejut. Ia tak menyangka sang CEO dapat memainkan hatinya kembali. Chrystell ingin sekali memperingatkan dirinya untuk tak jatuh ke dalam pesona pria bereputasi playboy tersebut, namun sisi lain dirinya menginginkan roman seperti yang sering ia baca di novel-novel romantis.

Boleh, dong, kalau kubayangkan Alex adalah cinta sejatiku untuk sementara ini? Asal aku tetap sadar kita hanya pura-pura, aku yakin dapat menjaga hatiku dari pesonanya. Pokoknya manfaatin aja buat enak-enakan, tapi jangan sampai jatuh cinta beneran sama dia.

Sang pendayung gondola hanya tersenyum maklum dari tempat berdirinya. Ia sudah sangat sering melihat pasangan kekasih di atas gondolanya. Memang, karena Venesia adalah kota yang sering dikunjungi turis pasangan kekasih atau suami istri.

Alex melingkarkan lengannya ke punggung Chrystell dan mengistirahatkan tangannya di pinggang istrinya. Chrystell menyandarkan kepalanya di bahu sang CEO yang sangat lebar.

Jadi seperti ini rasanya nyandar ke bahu super senderable, pikir Chrystell.

"Habis ini ke mana, Pak Lex, eh Mas?"

"Kita makan di restoran, yuk. Gue tahu ada restoran spageti yang sangat lezat."

"Kita bisa meniru adegan makan spageti dari Lady and the Tramp, dong?"

"Lady and apa?"

"Ih, Mas nggak nonton film itu? Itu film kartun yang sangat gue suka!"

Alex menggeleng. "Waktu gue kecil, gue nontonnya Pokemon, Digimon, Kapten Tsubasa, dan anime-anime lainnya."

"Wah, Mas ternyata otaku?"

"Nggak bisa dibilang otaku juga, sih. Sekarang gue jarang nonton karena terlalu sibuk. Kadang diminta Mama nemenin dia nonton, ya udah gue ikut film apa aja yang dia mau."

"Kalau gitu lain kali kita harus nonton bareng, Mas!"

"Emang lu sukanya film apa, Tel?" tanya Alex. Paling-paling Chrystell menyukai film horor atau komedi. 

"Gue sukanya film-film Christopher Nolan," jawab Chrystell.

Alex melongo. Seriusan, gadis ini menyukai film Christopher Nolan yang notabene memaksa penontonnya berpikir?

"Iya, apalagi film-filmnya yang Inception, The Prestige, juga trilogi Dark Knight."

Rahang Alex terjatuh. Ternyata si office girl tak seperti bayangannya. "Boleh, boleh. Ternyata seleramu keren juga, Tel. Gue kira, lu sukanya horor atau komedi receh."

"Itu juga gue suka. Tapi emangnya Pak Lex, eh, Mas mau nonton itu sama gue?" 

Nah, lo

***

Tak lama kemudian mereka selesai naik gondola. Alex merangkul Chrystell ketika mereka menunggu water taxi untuk menuju restoran yang Alex sebutkan. Namun perbedaan tinggi tubuh mereka yang 40 cm (Alex 188 cm, Chrystell 148 cm) membuat sang suami sulit merangkul istrinya.

"Tel, kenapa, sih, lu pendek banget? Kan gue jadi susah ngerangkulnya!"

"Eits, mulai lagi, ya, Mas! Urusan Mas mau rangkul gue gimana. Kenapa malah nyalahin gue yang pendek? Mas kali, yang ketinggian."

Alex meringis. Lalu meletakkan tangannya di pinggang Chrystell. "Ya udah, gini aja rangkulnya."

"Sambil nunggu, lihat video adegan makan spagetinya si Lady dan Tramp, ya?"

Chrystell mengambil ponselnya dan membuka YouTube. Jemarinya mengetikkan kata kunci. Kemudian muncullah gambar kartun Lady and the Tramp di mana kedua karakter itu berbagi spageti di satu piring, diiringi lagu Bella Notte.

"Lady dan Tramp itu... anjing?" tanya Alex terkejut.

Chrystell tertawa terbahak-bahak. "Ya, iyalah! Mas kira manusia?"

"Lalu kamu mau kita niru gaya makan anjing? Pake mulut disedot gitu spagetinya?"

Tawa Chrystell makin deras. "Ya enggak, lah, Pak! Makan tetap pake garpu. Cuma niru adegan ini."

Alex mencebik dan mengangguk-angguk saat Lady dan Tramp memakan untaian spageti yang sama dan mulut mereka bersentuhan. Sebuah senyuman iseng tersungging di bibirnya.

"Baiklah, kita ikuti adegan Lady and the Tramp."  

***

Alex membawa Chrystell ke sebuah restoran ternama di dekat Piazza San Marco. Restoran tersebut cukup ramai, namun masih ada meja untuk mereka. Alex memilih tempat duduk di luar bangunan agar mereka dapat lebih menjiwai adegan makan spageti Lady dan Tramp dari film tersebut. Alex memesan sepiring besar spageti. Dua porsi yang digabungkan ke dalam satu piring. Ia juga memanggil seorang gitaris yang sedang tampil di panggung untuk bermain khusus untuk mereka. Tentu saja ia menyelipkan beberapa puluh euro ke tangan sang violis. 

"What song?" tanya sang gitaris. Untunglah ia dapat berbahasa Inggris.

"She Will Be Loved," jawab Alex, menyebutkan judul lagu lama dari Maroon 5.

Sang gitaris mengikuti Alex ke dekat mejanya dan Chrystell. Ketika hidangan spageti datang, ia pun mulai bermain sambil bernyanyi. Untung suaranya enak. 

Beauty queen of only eighteen, she

Had some trouble with herself

He was always there to help her, she

Always belongs to someone else

Alex mendekatkan kursinya ke sebelah Chrystell dan menyodorkan garpu kepadanya. Mereka mulai makan spageti dari satu piring. Alex terus menatap Chrystell sambil merayu gadis itu dengan mata dan senyumnya yang menawan. Sayangnya, Chrystell cukup kebal dengan pesona sang CEO.

"Harusnya lagunya Bella Notte, sih. Tapi She Will Be Loved juga enak, kok. Makasih, ya, Mas, udah repot-repot bikin suasana Lady and the Tramp buat gue."

Cewek ini kok susah amat sih dirayunya? pikir Alex. Namun ia hanya tersenyum elegan dan mengangguk.

"Nggak masalah, Chrystell. Aku senang kalau kamu menyukainya."

"Gue seneng banget, Mas!"

Kalau begitu tinggal adegan pamungkasnya, pikir Alex. Adegan di mana Lady dan Tramp makan seuntai spageti yang sama dan membuat mereka berciuman, maksudnya saling menempelkan hidung. 

"Tel," kata Alex. "Kemarikan garpumu."

Chrystell heran. "Buat apa?"

"Pokoknya berikan padaku."

Chrystell menyodorkan garpunya kepada Alex meskipun ia masih tak mengerti. Alex melilitkan untaian spageti ke garpu Chrystell, lalu mengembalikannya kepada gadis itu. Ujung spageti tersebut dililitkan ke garpunya sendiri. 

Sambil tersenyum, ia mengangkat garpunya dan menunjukkan gestur agar Chrystell memakannya.

"Kita makan bersama-sama, Tel," ujar Alex.

Masih dengan wajah yang dibuat setampan mungkin, Alex tersenyum dan menyeruput spagetinya perlahan. Chrystell ikut menyedot spageti di garpunya. Semakin lama untaian spageti tersebut semakin pendek. Wajah mereka pun saling mendekat. 

Namun, alih-alih berciuman, Chrystell menggigit spagetinya sampai putus.

"Lah, Es Teler! Gagal, dong, adegan Lady dan Tramp berciumannya," protes Alex.

"Geli kali, Mas! Mulut gue belepotan saus spageti!" kata Chrystell. "Terus Mas lagi-lagi panggil gue Es Teler!"

"Eh, maaf, Chrystell," ujar Alex. 

"Ya udah, Mas ikutin adegan selanjutnya aja. Si Tramp nyundul daging spageti pake hidungnya."

"Apa? Yang bener aja?"

"Ayo, Mas! Ayo!" pinta Chrystell.

Alex memutar bola matanya. "Aneh-aneh aja."

"Kalau mau niru adegan, jangan setengah-setengah, dong, Mas."

Alex mendengus. "Nggak mau."

"Ayo. Pake garpu aja gapapa, nggak usah pake hidung."

"Nggak mau."

"Ah, ya udah. Gue abisin spagetinya sendiri," kata Chrystell sambil menjauhkan piring spagetinya.

"Eh, jangan!" protes Alex. "Enak aja lu abisin semuanya."

"Kalau gitu ayo dong," pinta Chrystell.

Alex melotot ke arah istrinya. Lalu ia menggigit garpunya dengan mulut dan mendorong potongan daging yang cukup besar ke bagian piring Chrystell. Namun sausnya menciprat ke wajah Alex. 

"ES TELER!!!"

.

.

.

Bersambung.

(18 Agustus 2017)

#129 Humor

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top