Maafkan Aku, Rose.
Mata lelaki itu terbelalak, amplop coklat yang saat ini dipegangnya merosot terjatuh ke lantai hingga membuat Valeria menyerngitkan keningnya bingung. Gelagat Frederick yang terlihat sangat ketakutan membuat Valeria mendekati Erick dan menyentuh lengan suaminya dengan lembut.
"Ah aku pasti mengagetkanmu ya?" tanya Valeria tersenyum lembut kepada Erick.
"Haha, iya kamu mengagetkanku Sayang," jawab Erick terkekeh mencoba menutupi kegugupan yang kini menderapnya.
Valeria membungkuk, mengambil amplop coklat itu dengan kedua alisnya yang bertaut. Valeria membolak-balik amplop itu dan ternyata tidak ada tulisan apapun baik identitas penerima maupun siapa yang mengirimkannya.
"Apa ini Sayang?" tanya Valeria menyerngit penasaran.
Baru saja tangan Valeria hendak membuka amplop itu, sebuah teriakan di belakang mereka membuat Valeria menyurutkan keinginannya dan berbalik.
"Mamaaaa, ini Rebecca mau bicara sama kalian," teriak Meechella menunjukkan layar ponselnya kepada Valeria.
Valeria menyerahkan amplop itu kepada Frederick, membuat lelaki itu mendesah lega. Untunglah, sepertinya Rebecca memang dewi penyelamat Erick. Ercik menghembuskan napas panjangnya,
"Papa berhutang budi padamu Rebecca," lirih Erick segera membawa amplop coklat itu menuju tempat sampah, membuangnya bersama dengan sampah-sampah rumah mereka yang lainnya.
Setelah itu Erick segera masuk ke dalam rumah mereka, menghampiri Valeria dan Rebecca yang tengah video call-an dengan sangat antusias.
"Iya hari ini aku bertemu dengan anak dari temennya Mommy Nayna, dia Angel. Putrinya Aunty Ekafi dan Uncle Donathan," jelas Rebecca bercerita panjang kali lebar kepada Valeria dan kakak-kakaknya yang kini menatap dirinya dengan tidak kalah antusiasnya dari Rebecca.
"Iya, Uncle Do kan mantannya Mommy," jawab Meechella mengangguk.
"Terus, bagaimana dengan si tampan Gabriel dan Pangeran Niel, Sayang?" tanya Valeria sengaja menggoda Rebecca.
Wanita itu menunduk malu, wajahnya memerah karena sang mama tiba-tiba membahas tentang kedua lelaki yang mengisi keseharian Rebecca selama berada di Perancis. Rebecca melihat papanya yang baru saja datang bergabung, segera memanggil papanya untuk mengakhiri pembahasannya dengan sang mama perihal Pangeran Niel dan Gabriel.
"Papa, Papa dari mana saja? Kenapa tidak menyambut video call putrimu yang cantik ini?" tanya Rebecca kepada Erick.
"Maafkan saya, Tuan Putri, saya sudah berani terlambat menghadap kepada Tuan Putri," ucap Erick seakan tengah berbicara dengan tuan putri kerajaan.
Semua orang tertawa di sana, membuat Erick menatap semua orang di sana dengan tatapan yang sulit untuk dia artikan. Ada ketakutan di dalam hatinya, ketakutan saat Valeria dan ketiga anak-anaknya mengetahui bahwa Erick telah memiliki anak dari wanita lain. Erick takut senyuman di wajah mereka akan lenyap dan berubah menjadi kebencian yang tidak terbendung lagi untuk Erick.
Tanpa sadar, air mata Erick meluruh begitu saja membayangkan rahasia yang selama ini dia tutupi akan terbongkar pada akhirnya.
'Valeria, Marchello, Meechella, Rebecca, maafkan Papa," batin Erick meringis merasakan dadanya yang kini berdenyut sesak.
"Papa ke kamar dulu, Papa lupa mengosongkan jadwal Papa malam ini," pamit Erick untuk meninggalkan keluarganya, tidak sanggup melihat wajah bahagia seluruh keluarganya jika sedang berkumpul seperti ini.
Erick masuk ke dalam kamarnya dengan Valeria, lelaki itu menguncinya dari dalam. Erick mengambil ponselnya dan menghubungi seseorang lewat benda persegi panjang kecil namun memiliki banyak sekali kegunaan itu.
"Kau sudah gila hahhhhh?" teriak Erick saat panggilannya tersambung dengan seseorang yang ingin dia maki sejak tadi.
"Kenapa kamu berteriak, apa kesalahanku?" tanya Yessinia berpura-pura tidak tahu apa kesalahannya.
"Apa? Kamu bertanya apa kesalahanmu? Apa otakmu sudah tidak waras lagi dengan mengirimkan foto Aldrick ke rumahku?" bentak Erick dengan sangat marah, untung saja seluruh kamar di rumahnya kedap suara.
"Oh itu, aku hanya memberikanmu hadiah. Bukankah ini hari anniversary pernikahanmu dan istri yang sangat kamu cintai itu?" kekeh Yessinia membuat Erick meremas tangannya dengan kesal.
Gigi lelaki itu menggeram, menahan amarah yang kini memuncak tidak tertahankan lagi.
"Jangan berani-beraninya kamu mengusik rumah tanggaku Yess, atau aku akan menjauhkanmu dari Aldrick. Aku bisa dengan mudah memisahkanmu dari putraku," ancam Erick bukan main-main.
"Kyaaaa! Kamu mengancamku? Aldrick itu-"
"Aku tidak main-main dengan ancamanku, lakukan saja jika kamu memang ingin berpisah dari Aldrick," ucap Erick mengakhiri panggilannya sepihak.
Ketukan di pintu kamarnya membuat Erick dengan segera menghapus jejak panggilannya dengan Yessinia. Lelaki itu sudah memblokir nomor Yessinia, jadi Erick tidak khawatir saat wanita gila itu tiba-tiba menghubunginya karena dengan otomatis ditolak langsung oleh sistem ponselnya. Hanya satu yang Erick takutnya, jika tiba-tiba Yessinia menelpon ke rumah atau mungkin menelpon nomor Valeria tanpa Erick ketahui.
Tok tok tok.
"Sayang? Kamu sedang apa? Kenapa dikunci?" tanya Valeria saat Ercik membuka pintu kamar mereka.
Valeria menatap cemas lelaki itu, takut terjadi apa-apa dengan lelaki yang telah menjadi ayah yang baik untuk anak-anak.
"Aku sedang mempersiapkan sesuatu untukmu," jawab Erick memeluk istrinya dengan erat, mencium puncak kepala wanita itu dengan mesra.
"Apa itu? Bolehkah aku tahu?" tanya Valeria penasaran.
"Itu rahasia Rose, kamu akan tahu nanti saat kita dinner berdua," ucap Erick menghirup aroma tubuh wanita yang sangat dia cintai itu.
Valeria mengelus tangan Erick. "Aku tidak sabar menunggu nanti malam."
"Tapi aku lebih tidak sabar untuk menikmatimu sekarang juga," ucap Erick menatap Valeria dengan tatapan bergairahnya.
Valeria memalingkan wajahnya malu, tangan Erick menutup pintu dan menguncinya secara otomatis. Erick membawa tubuh Valeria ke atas ranjang, mengajak wanita itu menikmati indahnya cinta yang selalu menjadi candu untuk mereka berdua.
"Maafkan aku, Rose," lirih Erick saat mereka berdua mendapatkan puncak kenikmatan yang sejak tadi mereka tunggu-tunggu.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top