Part 1

"Ada apa sih ma di luar berisik banget?!"kataku sambil mengintip dari balik bahu seorang wanita yang sedang berdiri di pagar. Kulihat di depan ada sebuah truk besar membawa banyak perabotan. Sepertinya rumah kosong di sebelah akhirnya dihuni juga.

"Ada tetangga baru. Mana orangnya ya?"tanya mamaku celingukan mencari pemilik rumah itu. Tapi yang terlihat hanyalah pria-pria bertubuh besar mengangkut perabotan ke dalam rumah.

"Wah mama senang dunk bisa mendapat teman gosip baru selain mama Lucy?!"godaku sambil nyengir.

"Apaan sih?! Tapi boleh juga idemu..."kata mamaku ikut tersenyum dan semangat.

Tiba-tiba aku melihat ada mobil truk kecil berhenti di depan rumah sebelah dan keluar seorang pria muda yang ganteng. Rambutnya coklat gelap dengan sedikit jambul. Badannya tinggi besar dan terlihat kekar. Yang paling menarik perhatianku adalah mata birunya yg indah. Mataku menatapnya dengan terpesona.

Dia turun sambil memperhatikan lingkungan sekitar dan rumahnya. Lalu matanya menangkap aku dan mamaku yang sedang melongokkan kepala dari balik pagar rumah. Aku merasa malu karena ketahuan sedang mengintip mereka. Ia tersenyum manis. Oh astaga, ganteng sekali!!

Dari pintu mobil satu lagi, keluar seorang pria dengan usia lebih tua dan berbadan tegap. Kutebak itu pasti papanya.

"Hai, kalian sudah datang, ayo cepat bantu mereka angkut!"seru suara seorang wanita dari dalam rumah.

Aku dan mamaku refleks menoleh lalu melihat seorang wanita keluar dari dalam rumah sambil memegang sehelai kain lap berwarna kuning.

"Iya ma!"sahut pria muda itu sambil mulai mengangkat bangku dari dalam truk besar dan membawanya masuk ke dalam sambil melirikku.

Aku terpana saat melihatnya mengangkat bangku itu, otot lengannya yang kekar langsung terlihat. "Wow..."gumamku dengan mulut melongo.

"Ah halo..."sapa wanita yang kutebak pasti ibunya. Ia menghampiri kami dan mengulurkan tangan untuk menyalami mamaku.

Mamaku menyambut uluran tangannya dari balik pagar. "Hai, anda pasti tetangga baru yang tinggal di sini ya? Namaku Katherine. Dan ini anakku, Kitty."

Ia tersenyum. "Ah putrimu manis sekali!"ujarnya saat melihatku. Aku tersenyum malu.
"Aku Marie. Dan itu suamiku, Olivier. Dan anakku, Mark. Senang kenalan dengan kalian!"

'Ah jadi cowok ganteng itu namanya Mark!'kataku dalam hati.

"Butuh bantuan untuk membereskan barang?"tanya mamaku menawarkan diri utk membantu.

"Ah tidak usah... Terimakasih..."sahutnya tersenyum

"Tidak apa-apa. Aku senang membantu. Semakin banyak orang yang bekerja semakin cepat beres dan kalian bisa rehat bukan?! Aku juga sedang senggang kok. Anakku juga pasti mau bantu, ya kan?!"seru mama padaku.

Aku mendelikkan mataku ke mamaku. Kenapa aku jadi kena juga?!

"Tidak usah repot-repot...."sahut Marie.

"Ayolah, anggap sebagai tanda perkenalan kami."kata mama sambil menarik tanganku ke rumah mereka.

Aku nyaris terjatuh karena tidak siap saat di tarik. Dan juga merasa heran kenapa mama begitu bersemangat.

Marie menatap kami sambil tersenyum senang. "Kalian baik sekali, aku merasa beruntung mendapat tetangga yang baik seperti kalian!"ujarnya terharu.

Aku hanya cengegesan dan pasrah.

"Hei Mark, Olivier! Ayo kemari, mama kenalkan dengan tetangga baru kita!"seru Marie sambil melambaikan tangan kepada suami dan putranya untuk mendekat.

Ke dua orang pria itu keluar dari dalam. Lalu Marie memperkenalkan kami pada mereka. Aku berjabatan tangan dengan tangan Mark yang besar dan hangat. Ia tersenyum padaku, membuat pipiku merona malu.

"Hai..."sapanya dengan suara berat dan merdu.

"Hai!"sahutku tersenyum gugup. Dug dug dug, detak jantungku berdetak kencang melihat senyum dan mata birunya.

Kemudian aku dan mama berjabat tangan dengan papa Mark. Pria itu sangat ramah dan mirip dengan Mark.

Lalu aku membantu mengangkat kardus kecil atau tidak terlalu berat ke dalam rumah. Sementara mamaku membantu membersihkan perabotan di dalam bersama Marie. Beberapa kali aku di bantu oleh Mark saat menaruh perabotan.

"Kamu baik sekali mau membantu kami."kata Mark saat aku membantunya menempatkan perabotan sesuai instruksi dari mamanya.

"Ah sama-sama..."sahutku sambil membereskan sederetan buku di rak buku. Kan mama yang semangat menawarkan bantuan, batinku, tapi tidak apa, aku jadi bisa dekat dengannya bukan?!Beberapa kali aku melongo melihat ototnya yang kekar saat mengangkat barang berat.

"Mark ganteng ya.."bisik mama mendadak dari belakang.

Aku tersentak kaget. "Mama... Bikin kaget saja!"sahutku pelan.

MAmaku terkekeh. "Masa kaget sih?! Kamu keasyikan melihat Mark sih.."

"Mama jangan ngawur ah."

"Hei mama tidak salah kan?! Dia ganteng dan seksi. Kau mau mama bantu jodohkan sama Mark tidak?! Kulihat kau pun tertarik dengannya, iya kan???"

"Hush mama, jangan ngawur ah!"kataku malu. Mama memang selalu kumat kalau melihat anak temannya yang ganteng. Jujur aku juga melihat kalau Mark memang ganteng. Tapi masa baru kenalan hari pertama sudah gerak cepat?!

"Ada apa? Kalian capek ya, kalian boleh rehat kalau capek. Kami sudah merepotkan kalian."kata  Marie dari belakang kami, membuat kami berdua terlonjak kaget ketahuan sedang ngobrol.

"Oh tidak kok. Aku hanya membantu anakku beres-beres."kata mama nyengir. "Ayo, apa lagi yang harus aku lap dan poles?!"

"Kalian baik sekali mau membantu mamaku."kata Mark tersenyum.

"Hahaha... Begitulah, kami memang senang membantu."kataku cengegesan. 'Yah tersenyumlah terus sampai aku pingsan kecapekan di pelukanmu, ganteng.'batinku dalam hati. Aku terus membantu hingga sore hari kami pulang pamit disertai ucapan terimakasih dari mereka bertiga.

Keesokan paginya aku sedang menyisir rambut ketika mataku menangkap gerakan dari jendela di samping meja rias. Aku melongok ke luar dan mulutku langsung melongo. Di seberang sana ternyata kamar tetangga baruku yg ganteng, Mark! Aku lihat dia baru saja selesai mandi dan hanya mengenakan sehelai handuk biru di pinggangnya. Aku melihat rambutnya masih basah. Dadanya yg telanjang dihiasi sedikit bulu dan masih agak basah. Bahu serta lengannya terlihat lebih kekar. Perutnya sixpack.

"Wow!!!"seruku tanpa sadar. Dan aku langsung merunduk di bawah jendela. Berharap ia tidak mendengar seruanku tadi, secara jarak kamar kami berdekatan.

Aku menegakkan badan dan mengintip perlahan dari balik jendela. Ia tidak terlihat di sana lagi.

"Fiuuh...."gumamku menarik napas lega sambil berdiri dan mengelus dada. Aku kembali berteriak kaget saat membuka mata dan mendadak melihat Mark melongokkan kepalanya di jendela dalam keadaan masih bertelanjang dada.

"Hai... Selamat pagi, Kitty!"sapa Mark tersenyum dengan bibir penuhnya.

"Ng.. H....hai...."sahutku melambaikan tanganku dengan gugup dan meringis lebar. Duh malu banget nih, pekiknya dalam hati.

"Maaf aku lupa tutup jendela tadi. Kau mau pergi kerja ya?!"

"Oh...iya..."sahutku. "Hm aku pergi dulu ya, bye..."ucapku ingin  bergegas pergi, merasa malu karena ketahuan intip.

"Hati-hati ya. Dan jangan lupa nanti malam tidur dengan jendela tertutup. Nanti kamu malah masuk angin loh."ujar Mark tersenyum jail.

Aku menoleh kaget dan terdiam bingung. Mencerna ucapan Mark barusan. Mendadak aku paham apa maksudnya. Aku memang sering tidak menutup tirai jendela karena rumah sebelah kosong selama ini. Dan kemarin malam aku lupa menutupnya. Itu berarti ia lihat aku saat ganti piyama dunk?! Ia melihat aku berganti pakaian!!! Mukaku langsung merah padam karena malu. Aku langsung kabur tanpa mengatakan apapun.

Di luar rumah aku bertemu dengan tetanggaku, Lucy. Kami sering pergi kerja bersama sampai halte. Ia sudah menungguku di pagar sambil memainkan ponsel.

"Hai Lucy...."sapaku.

"Hai Kit... Hei ayo kita selfie dulu!"kata Lucy mengarahkan kamera ponselnya ke muka kami berdua dan memotret.

"Hahaha dasar narsis!"seruku tertawa.

"Tapi kau suka kan, ratu narsis?! Mumpung masih rapi dan cantik loh! Eh btw kau sudah punya tetangga baru ya?!"kata Lucy sambil berjalan ke arah halte di depan.

"Ya... kamu sudah lihat ya?!"

"Ya. Dan anaknya ganteng banget ya, Kit. Gila gantengnya mantap banget! Kau tidak mau mencoba pedekate sama dia?!"

Aku tertawa mendengar kata-kata Lucy. "Please deh?! Hahaha... Kapan kau melihatnya?"

"Aku lihat waktu dia buang sampah di depan tadi. Aih gantengnya bo!! Andai aku belum punya Chris!"kata Lucy. "Ah tapi Chris tetap nomor satu bagiku!"

"Dasar Koplak hahahaha...."gelakku

"Kau sudah melihatnya?"tanya Lucy.

"Ng... Ya sudah...." Lalu aku cerita kemarin kalau aku dan mama membantunya. Tapi aku tidak menceritakan perihal aku lupa menutup tirai jendelaku malam hari tadi.

Lucy melotot. "Apa?! Jadi kau sudah kenalan dengannya dan dari tadi aku cerita tentang tetangga baru itu dan kau diam saja seakan belum kenal?!!!"seru Lucy sambil mencubit lenganku gemas. "Astaga....."

"Hahaha... Maaf aku lihat kamu semangat sekali."ujarku sambil meringis sakit dan mengusap bekas cubitannya.

"Dasar kamu ya! Yah sampai jumpa lagi, busku sudah datang duluan nih. Jadi hari ini aku menang taruhan ya karena busku datang lebih dulu!"kata Lucy sambil beranjak naik

"Ya, tenang saja. Akan kutraktir makan baso sabtu nanti!"sahutku tertawa.

----

Mamaku langsung menarikku saat aku pulang kerja malam harinya. Aku kaget sekaligus bingung. "Mama kenapa sih?!"

"Kitty, kelihatannya anak tetangga sebelah naksir kamu! Akhirnya ada juga cowok yang naksir anakku!"kata mamanya heboh.

"Apaan sih ma?! Darimana pula mama tahu?"

"Mama bertemu dengan Mark tadi sore dan dia terus menanyakan mengenai kamu! Kalau tidak tertarik, buat apa dia nanya terus?!"

Aku melongo melihat mamaku yang begitu semangat. Tapi sebenarnya dalam hati aku senang dia menanyai mamaku. "Apa saja yang ia tanya?"

"Banyak!"

Aku memijat keningku. "Yah yang banyak itu apa, mama?"tanyanya gemas.

"Wah banyak deh. Dia nanya umurmu, kerjamu, dan yang paling penting mama sudah beritahu kalau kamu masih single."

Aku terperangah. "Apa?! Kenapa mama bisa bilang begitu padanya?!"kataku panik. Bisa malu kalau nanti bertemu dengannya.

"Dia yang nanya! Mama juga menanyakan dia dan ternyata dia juga sama. Masih single seperti kamu. Kudengar kamar kalian berseberangan?! Kurasa kalian memang sudah jodoh. Pasti enak pacaran sambil ngobrol di jendela!"

"Aduh apa sih ma? Sudah ah, aku capek.."kataku sambil naik ke lantai atas.

"Yah rehatlah di kamar dan ngobrol cantik dengan Mark. Sudah waktunya kau punya pacar. Masa kalah sama Lucy!"kata mamaku.

Aku naik sambil mendengus. Kubuka pintu kamar dan tanganku menyalakan lampu lalu langsung berbaring dengan lega di ranjang. Aku menggeliatkan badan sambil mengerang untuk menghilangkan rasa pegel dan lelah. Mendadak aku kaget saat mendengar suara tawa tertahan dari seberang. Aku bangun duduk dan menoleh ke seberang. Tampak Mark sedang duduk di jendela menatap ke arahku sambil nyengir. Mukaku langsung terasa panas. Aku lupa kalau pria itu berseberangan dengan kamarku. Dan saat ini memang jendela kamar tidak tertutup tirai.

"Hai... Sudah pulang? Capek ya?"tanyanya dengan suara khasnya yang terdengar seksi di telingaku.

Aku membuka jendela dan melongokkan kepala. Kulihat ia seperti sudah habis mandi karena rambutnya tampak basah. Terlihat segar dan tentu saja tampan. "Sejak kapan kau ada di sana?!"

"Sejak kamu masuk."

"Kau menungguku masuk kamar?!"

"Tidak juga. Istirahatlah, kamu pasti capek. Jangan lupa tutup tirai ya."ujar Mark sambil mengedipkan mata dan menutup jendela kamar beserta tirainya.

Aku pun segera menutup jendela. Langsung menutup dengan tirai agar tidak kelupaan lagi. Aku masuk kamar mandi untuk membersihkan diri. Ketika hendak tidur, aku penasaran dan mencoba mengintip dari balik tirai jendela. Jendela kamarnya tertutup tirai dan kamarnya sudah gelap. Sepertinya dia sudah tidur.

----

Esok paginya aku bangun dan segera bersiap pergi kerja. Ketika aku pergi keluar rumah, mataku melebar kaget melihat Lucy sedang ngobrol dengan Mark. Aku langsung berhenti diam terpaku. Sedang apa Lucy dengan Mark? Kenapa dia bisa ada di luar? Perlahan kakiku mendekati mereka.

"Hei itu anaknya, hai Kit!"seru Lucy.

"Hai..."sapa Mark menatapku. Pagi ini dia terlihat ganteng dengan pakaian kerjanya. Tampak rapi dan gagah.

"Hai...."sahutku tersenyum.

"Aku baru saja kenalan dengan tetangga barumu. Dia juga mau pergi bersama kita tiap pagi!"kata Lucy semangat.

Aku menaikkan alisku. "Oh ya?! Okelah..."sahutku heran.

Dan kami pun jalan bertiga. Lucy mengobrol dengan Mark sementara aku jalan di belakang mereka. Aku melihat mereka berdua seperti sudah lama kenal. Kok rasanya jadi seperti nyamuk ya, tanyaku dalam hati.

"Kit, ngapain kau jalan di belakang sih?!"kata Lucy menarikku dan aku berjalan di tengah mereka. "Kau tahu, Mark? Aku dan Kitty sering taruhan tiap senin bus siapa yang lebih dulu datang dan yang kalah harus traktir makan."

"Oya?! Menarik juga. Boleh aku ikut taruhan juga?"

"Hah apa?! Kau mau ikut juga?"tanyaku.

"Boleh. Tidak apa kok...."kata Lucy. "Nah kali ini busku lagi yang datang duluan. Aku duluan ya. Sampai besok!"

"Bye..."sahutku. Duh tinggallah aku berdua dengan Mark. Aku menoleh dia yang ternyata sedang menunduk menatapku. Refleks aku nyengir.

"Kantormu di mana?"tanyanya.

"Gedung Premier"

"Ah kantorku juga dekat situ. Kita bisa pergi bersama tiap hari!"

"Oh ya?!"sahutku. Aku merasa senang bisa naik satu bus dengannya tiap pagi. LUcy pasti akan iri padaku.

----

Sejak itu aku jadi sering pergi bersama Lucy dan Mark. Ia ternyata orang yang asyik diajak ngobrol dan lucu. Sikapnya pun sangat baik dan perhatian padaku.

"Hei Mark, apa kau sudah punya pacar?"tanya Lucy.

"Belum...."

"Ah jadi kau pasti sedang cari cewek ya?!"kata Lucy sambil pura-pura menyenggolku. Aku menoleh dan menatapnya dengan mata menyipit.

"Ya aku sudah dapat cewek yang aku suka."

Deg...jantungnya serasa mencelos mendengarnya. Jadi dia sudah memiliki gadis idaman. "Hmm pasti teman kantormu ya."kataku.

"Bukan. Dia tetanggaku yang baru dan suka lupa menutup tirai jendela kamarnya."kata Mark sambil menatapku.

Aku mendongak menatapnya dengan kaget. Lalu aku melihat Lucy yang ikut melongo.

"Apa maksudmu? Kau baru saja menembakku?!"

"Ya..."sahut Mark meringis.

"Hah?!" seru aku dan Lucy bersamaan.

Aku merasa wajahku panas karena malu. Pasti sudah merah padam seperti udang matang. Dia menembakku  di halte dan di depan temanku. Rasanya malu sekaligus senang karena ternyata ia pun menyukaiku. Rasanya tidak percaya.

"Bagaimana?"tanya Mark menatapku.

Kudengar Lucy cekikikan dan menyikut lenganku. Aku baru tersadar kalau sedari tadi aku melongo.

"Bagaimana kau bisa menyukaiku?"tanyaku.

"Hmm... Aku sudah menyukaimu sejak pertama melihatmu melongokkan kepala dari balik pagar. Dan aku sengaja memilih kamar di seberang kamarmu."

"Apa?! Jadi kamar kalian berseberangan?!!"seru Lucy.

"Stt... Jngn keras-keras!"ujarku sambil menutup mulut Lucy.

"Kitty, kenapa kau tidak pernah cerita padaku?!"kata Lucy mencubit lenganku dengan gemas dan kesal.

Mark tertawa. "Jadi bagaimana jawabannya?"

"Ya, dia akan terima! Ya kan, Kit?!"kata Lucy semangat.

"Kenapa jadi kamu yang menjawab sih?!"kataku heran. Lalu aku menatap Mark dgn malu dan gugup. Aku nyengir ke arahnya. "Ya, aku terima!"

"Tuh kan benar. Aku kan sudah bilang tadi! Wah selamat ya!"kata Lucy sambil memelukku.

Mark mengandeng tanganku dengan tersenyum senang dan hatiku pun bahagia...sangat bahagia....


The end

****

Mencoba membuat cerita pendek... Tapi masih belum puas krn merasa masih byk kekurangan 😂
Semoga next bisa lebih baik & lebih bagus.
Thanks buat yang sudah mau membaca ceritaku ya....
Yang mau like/vote, silakan.... 💖
Yang mau komen juga boleh, akan saya terima dgn senang hati agar bisa membuat cerita yg lebih baik lagi ke depan nya.
Thanks all..
GBU

Xoxo,
Agustine

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top