1 - Malaikat
"Apakah kalian percaya pada cinta pandangan pertama? Dulu aku tidak ... sampai aku melihatnya."
- Alexa Savanna -
*****
Alexa berjalan memasuki lobi sebuah perusahaan mobil yang memiliki kurang lebih dua belas lantai. Gadis dengan rambut lurus yang dibiarkan terurai menutupi punggung tersebut langsung menuju meja resepsionis. Sebuah tas ransel mini hitam berbahan kulit menggantung di belakang punggungnya.
Sungguh, jika saja bukan karena temannya mengancam ia untuk datang sembari membawakannya rok ganti sekaligus pembalut perempuan, Alexa tidak akan sudi datang ke sana.
Bagaimana tidak? Lihat saja sinar matahari di luar sana yang dengan seringai jahatnya menambah tingkat kepanasannya pada penduduk bumi.
"Kalau kamu nggak mau ke sini, aku bakal langsung angkat kaki dari apartemen kamu setelah aku pulang kerja!" Itu adalah sebuah kalimat horor level dewa menurut Alexa. Bahkan lebih horor dari pada kenyataan bahwa ia sudah nganggur selama tiga bulan dan terancam tidak bisa makan.
Hilih, makan mah bisa ngutang sama Manda...batinnya.
Alexa takut tinggal sendirian. Ia adalah gadis yang sangat percaya pada hal-hal ghaib. Adiknya bahkan bisa melihat sesuatu yang orang-orang sebut dengan 'hantu' dan itu bukan ngibul. Karena saat ia masih kecil, Alexa masih ingat dengan jelas jika ia pernah bertemu salah satu dengan makhluk tersebut dan langsung jatuh sakit selama tiga hari.
Mengingat hal tersebut tubuh Alexa bergidik.
Ih, sereeem...
"Mbak, Mandanya ada?" tanya Alexa pada seorang wanita dengan rambut yang disanggul rapi ke belakang. Ia memakai blazer hitam seperti yang dipakai Manda untuk bekerja. Sedangkan di belakang wanita tersebut, Alexa bisa melihat sebuah tulisan besar berwarna hitam 'HONDA' di tembok berikut dengan lambang H khas-nya.
"Oh, Mbak Mandanya masih di toilet, Kak," jawab Dewi—begitu nama yang tertulis di name tag yang ia pakai.
"Toiletnya di mana?"
Dewi menunjuk letak toilet yang ternyata tidak jauh dari meja resepsionis. Alexa pun langsung bergegas ke sana setelah mengucapkan terimakasih.
"Mandaaaa... I am coming, baby!!" seru Alexa saat memasuki toilet perempuan. Di sana ia langsung bisa melihat pantulan dirinya dari cermin besar yang terpasang di tembok. Ada sebuah wastafel besar yang dilengkapi dengan tiga keran air. Juga lima buah bilik kamar mandi masing-masing dengan toilet duduknya.
Bersih dan harum, itulah yang sedang dipikirkan Alexa karena memang sejak ia masuk bau pengharum ruangan sudah menyapanya. Sepertinya para Office Boy di sini benar-benar menjaga kebersihan toilet tiap hari.
"Alexaaa!!! Sini, sini! Mana pembalut aku. Rok mana rok. Eh, kamu nggak lupa bawain aku CD, 'kan?" Manda berkata dengan kepala menyembul dari salah satu bilik toilet.
"CD? CD buat apaan? Kamu 'kan kerja, ngapain mau nonton film? Dipecat baru tau rasa!"
Manda menepuk jidat dengan kelemotan otak Alexa. "Maksud aku Celana Dalam, Alexa sayaaaang! Yakali CD film! Ngapain juga?!"
Alexa meringis lalu segera membuka tas ransel kecilnya. Ia menyerahkan sebuah kantong plastik yang berisi semua yang dibutuhkan oleh Manda.
"Sumpah, ya. Ini tamu bulanan kagak mau bilang kalau mau dateng. Untung tadi yang lihat Dewi. Coba kalau yang lihat orang lain, 'kan malu!" dumel Manda dari dalam bilik toilet.
Alexa yang sedang duduk di atas wastafel sembari membuka aplikasi email di ponselnya tertawa kecil. "Yakali bilang-bilang! Kamu kira Bisma?"
"Heh, jangan bawa-bawa Yayang Bisma!" sahut Manda. "Kamu malah bikin aku tambah bete tau nggak!"
Memang, sejak semalam Manda dibuat uring-uringan oleh pacarnya tersebut. Manda pikir tadi malam ia bisa mendapatkan makan malam super romantis saat Bisma mengajaknya berkencan setelah dua minggu tidak bertemu karena kesibukan masing-masing.
Tapi kenyataan selalu tidak seindah espektasi.
Nyatanya, Bisma malah mengajak Manda makan malam di warung kopi pojok perempatan dekat kos-kosannya. Bagaimana Manda tidak kesal jika ia sudah berdandan cantik dan wangi tetapi ia hanya diajak makan nasi kucing di sana? Cuma lima belas menit lagi. Hedeeeh...
"Udah...putus aja!" celetuk Alexa.
Tidak ada sahutan. Alexa pun mulai serius membaca sebuah email yang menurutnya mempunyai penawaran paling menarik.
Halo, Alexa Savanna!
Terima kasih atas surat lamaran kerja Anda tanggal 30 Mei 2019 untuk posisi Staf Administrasi PT Semen Empat Roda.
Kami telah mempelajari kualifikasi Anda dan secara keseluruhan kami yakin jika Anda sangat tepat untuk—
BRAK!
Alexa sedikit terlonjak mendengar suara pintu yang dibuka dan dibanting dengan keras. Ia menatap horror pada Manda yang berjalan ke arahnya sembari menatap tajam.
"Man... Kamu nggak kesambet 'kan?" Mata Alexa mulai menjelajah isi ruangan. Bulu kuduknya berdiri, jangan-jangan di sini ada hantu, hiii....
Manda berhenti tepat di depan Alexa. Ia menyipitkan mata lalu berkata, "Putus? Enak aja! Kamu jahat banget sih putus ngajak-ngajak!" gerutu Manda sembari melemparkan kantong plastik yang berisi rok kotornya.
Alexa menangkapnya gesit.
"Cukup kamu aja yang kemarin putus dan sekarang berstatus jones diantara kita. Aku mah masih sayang banget sama Bisma," ucap Manda sembari mencuci tangannya di wastafel. Tak lupa ia juga memperbaiki tatanan rambutnya yang disanggul rapi ke belakang, berikut beserta blazer yang ia pakai.
Alexa menghela napas dalam. Email yang tadi sempat menarik perhatiannya dan belum selesai ia baca kini sudah tidak menarik lagi.
Melihat perubahan wajah Alexa, Manda meringis sedikit merasa bersalah. Tetapi, Manda adalah seorang gadis realistis. Selain itu ia adalah jenis perempuan yang suka berkata ceplas-ceplos alias apa adanya.
"Udah! Cowok kayak Brian itu buang aja ke laut. Keputusan kamu buat putus sama dia itu udah tepat banget! Jadi, nggak usah menye-menye lagi deh! Nggak guna tau baperin cowok banci kayak dia."
Brian adalah pacar pertama Alexa. Alexa sangat menyukai Brian yang selalu memberi perhatian lebih padanya. Mereka bertemu tidak sengaja di sebuah minimarket dan sempat berkencan beberapa kali. Hingga beberapa hari yang lalu Brian mengungkapkan isi hatinya.
Tentu saja Alexa senang. Itu adalah kali pertama seorang cowok nembak dia.
Bayangkan saja, selama 25 tahun ia hidup, bernapas dan berpijak di bumi ini tidak pernah ada cowok—kecuali Ayah dan adiknya—yang menyatakan cinta padanya. Sungguh terlalu.....
Kemana perginya cowok-cowok playboy cap T A satu saat itu?
Dan naas! Takdir seolah memang mengejek seorang Alexa untuk tetap hidup sebagai jomblo sejati!
Tepat tiga hari mereka jadian, Alexa melihat Brian sedang mencium gadis lain di sebuah restoran.
Saat itu Alexa menolak untuk percaya. Ia memilih untuk berpikir positif. Mungkin ia salah lihat. Mungkin Brian tidak sedang mencium gadis itu tetapi gadis itulah yang tiba-tiba nyosor ke Brian. Bukankah jaman sekarang sedang trend-trendnya masalah pelakor?
Namun seluruh penyangkalannya runtuh saat itu juga ketika mendengar percakapan samar mereka. Gadis itu mengatakan cinta pada Brian dan Brian juga mengatakan hal yang sama. Lalu seorang waiter yang mengantarkan sebuah kue tar berwarna merah muda berbentuk hati yang indah dengan tulisan happy unniversary yang ke-2 ke meja mereka.
Hancur sudah hati Alexa.
Dan saat ia ingin menangis layaknya perempuan-perempuan normal yang dikhianati, seorang Manda berdiri dan langsung menghampiri meja Brian dan kekasihnya. Manda menyapa mereka dengan manis, sedangkan wajah Brian berubah pucat terlebih saat tatapan matanya jatuh pada Alexa. Sebelum akhirnya, Manda mengambil kue tersebut dan melemparkannya tepat ke muka Brian sambil berkata lantang yang bisa didengar oleh seluruh pengunjung restoran dan membuat pria itu malu setengah mati.
Makan nih kue unniversary lo! Dasar cowok tai! Miskin aja belagu. Mending tampang lo cakep, nah ini, tampang macam tape gosong aja bangga!
"Alexa! Kok jadi diem sih?" Seruan Manda membuat Alexa tersadar dari lamunannya.
"Ih, kamu ini suka gangguin orang lagi nostalgia aja."
"Ebuset, nostalgia segala, di toilet lagi! Waras? Udah ah, ayo cabut! Aku harus balik kerja lagi."
Mereka pun keluar dari toilet. Alexa mengikuti Manda di belakang setelah memasukkan ponsel dan kantong plastik yang berisi rok Manda tadi ke dalam ranselnya.
Alexa dan Manda sempat bercakap-cakap sebentar, Manda yang bertanya apakah Alexa sudah mendapatkan pekerjaan baru dan Alexa menjawab dengan email yang baru ia baca tadi.
"Ambil aja sih, Sa. Gajinya lumayan besar juga, 'kan?" saran Manda.
"Rencananya sih gitu. Aku bakal ambil job ini dan ...." Ucapan Alexa terhenti seketika saat melihatnya.
Seorang pria dengan setelan jas kerja hitam yang tampak sempurna membalut tubuh tegapnya. Rambut hitamnya tampak mengkilat dan tersisir rapi ke belakang. Alisnya tebal, matanya sedikit mencekung ke dalam, hidungnya pas—tidak mancung, tidak juga pesek, dan bibirnya berwarna pink mulus.
Ia tampak sedang menjelaskan sesuatu pada seseorang di sampingnya yang sibuk membolak-balik sebuah berkas di tangannya sambil berjalan. Alexa tidak menyadari bahwa saat itu Manda menghentikan langkahnya hanya demi membungkukkan badan saat pria itu lewat. Sedangkan pria itu hanya melirik sekilas pada Manda dan Alexa tanpa tersenyum.
Tanpa sadar, pandangan Alexa terus mengikuti pria itu hingga tubuhnya hilang di balik lift. Bahkan Alexa masih terus memperhatikan lift tersebut seolah-olah sedang menunggu pria itu akan muncul lagi dari sana dalam beberapa detik.
Manda yang melihat hal tersebut mengernyit heran. Wanita itu menghela napas lalu menyenggol lengan Alexa.
"Kamu kenapa, sih?" ia mengikuti arah pandang Alexa ke lift yang tertutup. "Kamu pengen naik lift? Aduh, nggak usah norak deh! Kamu kan tiap hari udah naik lift di apartemen—"
"Man," Alexa memotong ucapan Manda. Ia menatap wajah Manda dengan mata berbinar-binar penuh gairah.
"Kayaknya, aku baru aja lihat seorang malaikat, deh."
Tbc
Hai, haloha.... Lama nggak ketemu! Maaf karena ada beberapa cerita yang menggantung tetapi aku menulis karena ingin jadi, ya begitulah wkwkkwkwk
Udah gitu doang. Semoga cerita ini aku bisa selesaikan sampai akhir (meskipun aku nggak yakin sih)
So, see you later!
12.22.2019, living room, 00.23
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top