🌙 Chapter 4: Persiapan MOS

Hal pertama, yang aku dengar saat sampai di rumah adalah teriakan membahana ibu yang nyaris membuat telingaku sakit. Saat melihat aku pulang dari sekolah dengan kaki di perban dan menggunakan tongkat, ia langsung berteriak dan berlari ke arahku dengan raut wajah panik bercampur cemas.

"Sa, kaki kamu kenapa? Kenapa pulang pake tongkat?" tanya ibuku membabi buta tanpa membiarkan aku untuk beristirahat sejenak.

"Tenang, Tan. Kakinya Angkasa cuma terkilir karena ke sandung lantai saat masuk ke kelas," ucap Mentari yang tiba-tiba muncul dari arah belakang.

Mendengar suara Mentari ibu langsung menatapku dengan tatapan penuh dengan tanda tanya, seperti meminta penjelasan siapa gadis yang tiba-tiba muncul tersebut.

"Sa, jangan bilang dia pacar kamu?" tanya ibu dengan tatapan penuh penuh selidik.

"Bukan!" ucapku sambil menggelengkan kepala.

'Bukan untuk sekarang, tapi secepatnya akan,' ucapku dalam hati.

"Lahh, terus siapa dong?" tanya ibu lagi.

"Eeeeh, masa tante sudah lupa sama aku?" tanya Mentari sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal dan terlihat sedikit canggung.

"Mungkin karena udah lama kagak bertemu kali ya? Makanya gak kenal," ucapnya sambil tersenyum kaku.

Ibuku yang sudah memasuki usia kepala empat itu, sedikit linglung saat melihat wajahnya Mentari. Aku yang tidak tega melihat beliau kebingungan segera menjelaskan.

"Hadeuh! Ini Mentari, Bu! Anak cewek yang suka manjat pohon dan suka mukulin anak-anak cowok yang gangguin aku," ucapku sambil tersenyum manis ala iklan pasta gigi.

Mentari yang mendengar ucapku tersebut langsung menoyor kepalaku.

"Aahh, masih ingat aja kamu dengan itu, Sa," ucap Mentari sambil tersenyum sadis.

"Walahh, ternyata anaknya Pak Supardi, ya? Yang waktu kecil suka main sama Angkasa?" tanya ibuku setelah mendapatkan ingatannya yang terlupakan.

"Hehehe! Iyah, Tan!" jawab Mentari sambil tersenyum manis.

"Wahh, lama tidak bertemu. Kamu sudah besar dan bertambah tinggi, ya. Dulu tinggi kamu cuma segini sama, ibu! " ucap ibu sambil meletakkan tangannya di pinggang. Setelah itu, ibu menarik tangan Mentari dengan penuh semangat menuju ruang tamu.

Rasa cemas dan panik saat melihat kakiku yang diperban dan pulang memakai tongkat mendadak lenyap seketika, bagaikan ilusi yang tidak pernah terjadi.

"Lahh, kok aku ditinggal? Yang anak ibu itu aku, bukan Mentari," protesku sambil terus berjalan selangkah demi selangkah dengan menggunakan tongkat.

Beginilah sifat asli ibuku.
Kalau ada anak cewek datang ke rumah, anaknya sendiri pasti ditinggal karena saking senangnya. Soalnya, aku sangat jarang membawa teman cewek ke rumah, apalagi buat bertemu dengan ibu.

Mungkin ibu berpikir anaknya belok kali, ya? Makanya setiap ada cewek yang datang ke rumah, ibu pasti akan memperlakuannya dengan sangat spesial.

Sesampainya di ruang tamu aku melihat ibu yang asyik berbincang-bincang dengan Mentari, seperti membahas sesuatu.

Aku membelalakkan mata saat melihat sebuah album yang sangat aku kenal sampulnya dipegang oleh ibu, album tersebut berisi aib-aibku sewaktu masih duduk di bangku SMP

'Oh, tidak!' teriakku dalam hati. Inginku segera berlari untuk merebut album itu dari ibu, tapi sayang kakiku sedang tidak baik-baik saja karena masih diperban dan susah untuk belari sambil memakai tongkat.

Aku jadi panik saat ibu mulai membuka album tersebut di dekat Mentari. Jujur saja aku tidak ingin orang lain melihat hal-hal yang lucu dan memalukan sewaktu aku masih SMP.

"Bu, itu bukannya album lama dan foto-fotonya sudah tidak terlihat jelas lagi," ucapku mengalihkan perhatian ibu dari album tersebut.

"Oh, ya?" tanya ibu tanpa sadar atau dengan sengaja membuka halaman pertama album dan menunjukkan foto-foto di dalamnya kepada Mentari.

"Eehh, Tar! Besok buat keperluan MOS kita di suruh bawa apa aja sama kakak kelas?" tanyaku mengalihkan perhatian Mentari dari album milikku.

"Aahh, kita disuruh bawa karung goni, kertas karton, permen kemudian membawa makanan dan minuman yang sudah ditentukan kodenya untuk masing-masing kita," jawab Mentari sambil menatap ke arahku.

"Kode makanan dan minuman milikmu apa, Tar?" tanyaku lagi.

"Huum, aku disuruh bawa kue khas Denmark yang ada prajurit Skotlandia dan ada bendera Belandanya. Terus kalau minuman aku disuruh bawa minuman yang ada cap badaknya," jawab Mentari sambil mengingat apa saja kode makanan dan minuman yang diminta oleh kakak kelas.

"Kalau kamu, Sa?" tanya Mentari.

Mendengar pertanyaan Mentari, ibu tanpa sadar menutup album dan fokus menyimak jawaban dariku. Sepertinya pengalihan perhatian yang aku lakukan berhasil dan itu membuatku sedikit lega.

"Huum, aku disuruh bawa makanan yang tidak bikin resek ketika lapar dan minuman yang dapat menunda lapar di perut," jawabku santai.

"Emang kamu tau apa aja makanan dan minuman tersebut?" tanya ibu sambil menatapku heran.

"Tentu saja! Aku tau dong, Bu!" jawabku dengan bangga.

Soalnya diriku bisa dibilang manusia korban iklan, apa pun jenis iklannya selama aku menonton pasti aku akan ingat dengan produknya.

"Apa coba?" tanya ibuku sambil menaik turunkan alisnya.

"Untuk makanan aku disuruh bawa snickers dan untuk minumannya aku disuruh bawa oky jelly drink," jawabku sambil nyengir ala kuda minta disleding.

Siapa yang tidak tahu dengan dua jenis iklan yang selalu ditayangkan di tv ini. Makanan yang tidak bikin kita resek ketika lapar adalah 'snickers'. Yang merupakan kacang dan karamel yang dilumuri dengan coklat, sehingga rasanya menjadi sangat lezat. Snickers juga termasuk salah satu produk yang paling laris dan sangat disukai di Indonesia.

Sedangkan untuk minumannya adalah 'oky jelly drink' minuman sejenis jelly dan agar-agar, yang diberi berbagai macam perasa makanan. Ada yang diberi rasa anggur, strawberry dan mangga. Kalau boleh jujur aku paling suka rasa mangga karena lebih enak dan mangganya juga kerasa banget menurutku.

Sedangkan untuk makanan yang dibawa oleh Mentari, itu adalah kue 'Monde Butter Cookies'. Yang dimana kue tersebut menjadi viral karena iklannya yang bisa membuat bingung para penonton, gimana gak bingung iklannya saja aneh begitu. Kayak prajuritnya, prajurit Skotlandia. Benderanya, bendera milik Belanda. Terus tulisannya pakai bahasa Inggris dan yang terakhir kuenya dibuat atau diproduksi di Indonesia padahal kue khas Denmark.

Abis itu, minuman yang ada cap badaknya. Itu adalah sebuah minuman kaleng atau botol yang berkhasiat untuk meredakan panas dalam dan sariawan. Ternyata ada gunanya juga aku punya hobi menonton televisi, bisa dapat beberapa clue yang diberikan oleh kakak kelas.

Oke, cukup bahas soal iklannya karena perutku sudah sedari tadi berbunyi minta diisi. Ibu yang mendengar perutku berbunyi dan keroncongan langsung menyeret kami berdua ke ruang makan. Setelah selesai makan, aku pun izin ke ibu untuk mengantar Mentari pulang karena hari sudah sore.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top