Mimpi
Ting...Nong...Neng...Nong...
"Fyuh, akhirnya." gumamku sambil menyandarkan punggungku pada sandaran kursi.
Bel istirahat yang sedari tadi kutunggu datang juga. Suara merdu itu menyelamatkanku dari siksaan pelajaran Matematika yang baru saja usai. Biasanya aku selalu bersemangat dan bisa memahami setiap pelajaran, tetapi entah kenapa hari ini tubuhku seakan menolak semuanya. Sepertinya otakku ini memerlukan sebuah pencerahan.
Sudah seminggu aku menjalani kehidupan di sekolah ini. Dan selama itu juga kepalaku ini dipaksakan untuk memahami beberapa materi yang tertinggal karena kepindahanku kesini. Ternyata di sekolah ini materi setiap pelajaran sudah maju beberapa bab dari sekolahku yang dulu, jadi harus kupahami agar tidak ketinggalan materi.
"Kantin kuy!"
Sebuah suara menyadarkanku, dan aku tau siapa pemiliknya. Aku menolehkan kepalaku ke samping dan menganggukan kepalaku tanda setuju.
"Razah kemana? Tumben dia udah ga ada di bangkunya, biasanya itu anak langsung tidur." tanyaku pada Rama.
"Gak tau, tadi sih bilangnya ada rapat dadakan klub musik."
Aku hanya mengangguk-angguk tanda mengerti. Tidak aneh, karena sebentar lagi akan ada pemilihan pemain piano terbaik untuk mewakili sekolah di festival musik tahunan di kota Bandung. Awalnya akupun tidak percaya akan fakta bahwa Razah --anak yang hobi tidur dan selalu terlambat-- itu bisa memainkan alat musik, apalagi sebuah grand piano. Tetapi kenyataan berkata lain, saat melihatnya menyentuh alat musik, auranya berubah dan permainannya sangat indah menurutku.
Dan untuk Rama, kini aku tau bagaimana kulitnya bisa segelap itu. ternyata dia seorang atlit sepak bola di sekolah. Awalnya kukira dia seorang kutu buku, karena memakai kacamata yang cukup tebal. Tetapi kenyataannya sangat berbanding terbalik. Yah, kita tidak bisa menilai orang hanya dari penampilan luarnya saja.
Saat ini kami berjalan menyusuri koridor menuju surga makanan di sekolah. Yap, kantin. Selama perjalanan tidak terlalu banyak yang kami bicarakan, mungkin Rama juga merasakan atmosfir yang sama dengan yang aku rasakan. Atmosfir rasa malas dan jenuh.
"Vik, lu jadinya ikut klub apa?"
Rama bertanya di tengah keheningan antara kami berdua.
"Klub Silat." jawabku singkat.
"What? Gak salah? Bukannya lu gak suka berantem?"
"Iya sih. Cuma ingin mencoba hal baru aja."
"Yakin? Gak bakal pingsan?"
"Gue gak selemah itu Rama."
Dan aku hanya mendapat cengiran darinya. "Untung temen."
Keheningan diantara kami berduapun kembali tercipta. terlelap dalam pemikiran masing-masing seperti dua orang yang tak saling mengenal.
"Vik."
"Apaan?"
"Malem minggu jalan-jalan yuk." sontak aku melihat padanya.
"Rama ... aku masih normal." jawabku.
Pletak!
"Lu fikir gue cowok apaan."
"HAHAHA..." tawaku pun pecah.
"Yuk ah. Jalan-jalan ntar malem minggu."
"Gue sih siap aja bro. Cuma berdua nih?"
"Ngajak siapa lagi yah? Razah pasti sibuk."
"Gatau. Temen gue kan baru kalian doang."
"Iya juga sih. Yaudah deh, nanti coba ajak yang lain."
"Oke."
Kemudian hening. Tak ada obrolan apapun hingga kita berdua tiba di kantin. Saat makan pun kami hanya saling diam menikmati hidangan masing-masing.
Dan begitulah hari ini kulewati dengan sangat berat dan tak bergairah.
-=***=-
"Loh? Dimana ini?" batinku.
Terakhir yang kulakukan adalah merebahkan badanku pada tempat tidur dan terlelap. Tapi, sekarang ini aku berada dimana? Semuanya gelap, mataku tak bisa melihat apapun.
Ketakutan mulai menguasaiku. Dan sebuah pertayaan besar menyelimuti fikiranku. Dimana aku sekarang?
"Oke Viki. Tenanglah dulu! Jangan panik!" aku mensugestikan diriku sendiri.
Kutarik nafas dalam dalam dan kuhembuskan perlahan untuk menenangkan hatiku yang mulai tak karuan. Yang pertama harus kulakukan dalam keadaan seperti ini adalah observasi. Tapi, semua gelap dan aku tak bisa melihat apapun. Apa yang harus ku-observasi?
"Tunggu. Apa itu?"
Ditengah kegelapan ini, aku melihat setitik cahaya. Sepertinya cahaya itu sangat jauh. Apakah aku harus kesana? Tunggu. Cahaya itu perlahan semakin membesar, seperti sedang menghampiriku.
Pandangan mataku terus memperhatikan cahaya itu yang semakin lama semakin membesar. Dan ...
Wuzzz...
Kini, aku ... mmm ... bagaimana menjelaskannya yah? Aku berada di langit, dan aku melayang diatas sini. Kejadian yang cukup ... bukan ... kejadian ini sangat aneh.
Oke, kulanjutkan observasiku. Kini aku melayang diatas langit yang biru. Dikelilingi oleh awan yang bergerak kesana-kemari. Dibawahku terlihat hamparan pegunungan dan padang rumput yang cukup menyejukkan mata. Dilihat dari ketinggiannya sepertinya aku melayang cukup tinggi.
Tidak ada yang aneh selama ini, hanya angin yang cukup kencang menerpa tubuhku.
"Ee...eehh?"
Tiba-tiba ketinggian ku menurun dengan perlahan.
Dan akhirnya aku mendarat di sebuah padang rumput yang sangat luas. Sejauh mata memandang hanya ada rumput yang hijau, dan sebuah pohon besar?
Karena rasa penasaran yang cukup besar aku mencoba melangkahkan kakiku menuju pohon besar terebut. Jaraknya memang sangat jauh dari tempatku berdiri.
Semakin dekat, mataku melihat sesosok manusia yang sedang duduk bersandar pada pohon itu. meski jaraknya masih cukup jauh aku bisa melihat setelan dress berwarna putih yang dikenakannya dan rambut panjang yang terurai. Aku bisa menyimpulkan bahwa dia adalah seorang perempuan.
Kupercepat langkahku untuk sekedar bertanya tempat apa ini? Dan bagaimana aku bisa disini?
Jarak antara aku dan perempuan misterius itu semakin menendek. Terlihat perempuan itu mendongakkan kepalanya menatap ke arahku. Dan tepat sepuluh meter dihadapannya, aku menghentikan langkahku. Aku terdiam. Yap, hanya itu yang kulakukan. Karena sosok wanita di hadapanku ini yang kembali membuat otakku berfikir sangat keras.
"Resya?"
Meski baru sebentar mengenal Resya, aku hafal dan inget dengan jelas bagaimana wajah Resya. Tapi, bagaimana bisa?
Aku masih berdiri dengan mulut terbuka. Menatap tak percaya pada sosok perempuan yang mirip dengan Resya di hadapanku. Tiba-tiba perempuan itu berdiri dan tersenyum ke arahku. Dia mengangkat tangan kanannya dengan telapak tangan menghadap ke atas seakan mengajakku untuk menghampirinya.
Waktu seakan berhenti, kami berdua masih diam pada posisi masing-masing dan saling bertatapan. Kepalaku masih penuh dengan seribu pertanyaan.
Tapi, akhirnya otakku ini bisa mengambil sebuah kesimpulan dari ribuan pertanyaan yang muncul. "Sebaiknya aku menghampirinya."
Baru kulangkahkan kaki kananku. Tiba-tiba sesuatu seperti rantai menjerat tubuhku, membuatku tak bisa bergerak. Aku mencoba berontak, menggerakkan badanku ke kiri dan ke kanan, namun hasilnya nihil. "Rantai ini terlalu kuat."
Rantai itu seperti menarikku ke belakang, aku mencoba menahannya. Kakiku membentuk kuda-kuda untuk menahan tarikan ini, tapi terlalu kuat. Dan akhirnya pertahananku runtuh. Aku tertarik ke belakang dengan sangat cepat, entah rantai ini membawaku kemana.
Tiba tiba, sekelilingku kembali menjadi gelap. "Dimana lagi ini?" batinku.
"...Kak..."
"Suara apa itu?"
"...Kakak..."
"Kakak? Kok, kaya suaranya Trisa?"
Tiba tiba tubuhku berguncang dengan hebat, ke kiri dan ke kanan. Aku tak bisa melawannya, badanku kaku.
"...Kakak..."
Aku tersadar, mataku terbuka. Pemandangan pertama yang kulihat adalah langit-langit kamarku.
"Kakak..."
Aku menoleh kesamping, dan adikku Trisa ada disana dengan wajah cemas melihat ke arahku.
"Loh? Kenapa dek?"
"Kok malah nanya sih? Itu liat jam berapa sekarang?"
Aku menoleh ke arah jam dindingku sebentar, dan kembali pada Trisa yang sedang bersedekap dada. Cengiran tanpa dosa pun terukir dengan sendirinya dari bibirku.
"Hadeeh...cepetan mandi kak! Aku tunggu di bawah!"
Dia membalikkan badannya dan keluar dari kamarku. Dan aku, masih dalam posisiku, merenungkan mimpi yang terjadi barusan. Kenapa mimpi itu masih teringat dengan jelas dalam fikiranku.
Biasanya mimpi hanyalah sebuah mimpi, setelah bangun sudah tidak ingat lagi. Menurut mitos, kalau kita masih bisa mengingat mimpi itu dengan jelas setelah bangun, itu bukan mimpi biasa melainkan sebuah pesan dari alam untuk kita.
"Berarti mimpi itu sebuah pesan untukku? Pesan apa? Apakah ada hubungannya dengan Resya?" gumamku sendiri.
Ah sudahlah, nanti saja ku fikirkan. Sekarang aku mandi dulu.
-=To Be Continued=-
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top