Chapter : 3

NOW PLAYING : Stay With Me -Chanyeol ft Punch 🎼

Hana sudah selesai membereskan apartement milik Harry. Kini, ia tengah membersihkan dirinya di dalam kamar mandi. Setelah sepuluh menit, Hana keluar dengan tubuhnya yang di balut dengan kain handuk berwarna putih.

Hari ini adalah hari pertamanya untuk bekerja sebagai sekretaris di perusahaan milik Harry. semalaman, Hana mengalami insomnia karena memikirkan tugas apa saja yang dilakukan oleh sekretaris.

Walaupun ia sudah melakukan pendeteksian terhadap tugas sekretaris yang hampir sama dengan tugasnya sebagai meteri di Ewqobia, Hana masih merasakan kalau itu adalah pekerjaan yang lebih rumit.

"Hana! kau sudah siap?" itu suara Harry. Lelaki itu kini mengetuk pintu kamar Hana.

Mendengar itu, Hana bergegas mengenakan pakaian yang sudah Harry siapkan untuknya. "Eh, tu-tunggu sebentar!" jawab Hana.

***

"Kenapa dia lama sekali?" Harry melirik jam tangannya. Sudah hampir lima belas menit ia menunggu di luar Hana belum juga keluar dari kamarnya.

Harry memutuskan untuk menjenguknya. Dengan langkah tergesah-gesah, Harry meyelusuri apartementnya menuju kamar Hana. Hanya saja, tubuhnya yang tegap menabrak tubuh ramping Hana yang berlari berlawanan arah dengannya.

Keduanya tersungkur, Harry yang mendapati Hana yang menabraknya hanya bisa meghela nafas kesal. "Kenapa kau lama sekali?" tanya Harry yang kini sudah berdiri.

Hana meruntuki dirinya, kini ia juga berdiri dan kembali merapikan blous hitamnya yang sedikit kusut. "Ah, aku lama menata rambut.''

"Baiklah, ayo kita berangkat. Kita tak boleh terlambat," Harry berbalik meninggalkan Hana. Hana segera bergegas menyamakan langkahnya dengan Harry.

"Hei, kau terlalu cepat!" kini Hana sedikit mengencangkan volume suaranya yang membuat Harry tersentak dan menoleh. "Kau berteriak padaku?" Harry menaikkan sebelah alisnya, lantaran tak menyangka perempuan yang ada di depannya itu berteriak padanya.

"Kau tahu aku kesusahan berjalan dengan sepatu ini, seharusnya kau menunggu! Dasar manusia!" Hana melewati Harry yang masih diam dan menatapi kepergiannya.

"Hei lihat dia. Dia sebut aku manusia? lantas dia itu apa? siluman hah?" Harry tak habis fikir dengan Hana yang mengatainya. Ia terkekeh dan segera menyusul Hana yang sudah duluan masuk ke dalam mobilnya.

Sepanjang perjalanan, Hana sama sekali tidak bersuara. Sesekali Harry bertanya padanya, ia hanya mengangguk atau menggeleng.

Harry yang merasa dicueki merasa kesal. "Hei kau marah?" tanya Harry. Hana yang mendengar itu mengembungkan pipinya pertanda kesal.

Bukannya merasa kalau Hana imut, Harry malah jengkel. "Kau itu menumpang hidup, kau tidak pantas membentak. Aku adalah atasanmu," seketika Hana tersentak saat mendengar perkataan Harry.

Ia tertunduk dalam meruntuki dirinya. "Ah aku terbawa, kalau saja dia Arthur, aku pasti sudah mengenyahkan kepalanya," Hana mengumpat dalam hati.

Ia lupa kalau Harry adalah harapan ia bertahan hidup di dunia yang menjengkelkan. "Ah, baiklah," finalnya.

Mobil hitam milik Harry kini sudah terparkir di parkiran khusus yang ada di perusahaannya. Hana turun lebih dahulu diikuti Harry.

"Ayo masuk, kau berjalan di samping," Harry dan Hana memasuki gedung besar bertingkat itu. Sontak, saat memasuki gedung, semua orang bungkam melihat kehadiran Harry dan Hana. Hanya saja, tatapan mereka lebih tertuju pada Hana yang berjalan di samping Harry.

"Kenapa mereka memandangiku seperti itu?" tanya Hana sedikit berbisik pada orang yang ada di sampingnya itu.

Harry melihat Hana yang tidak nyaman terhadap tatapan karyawan kantornya, Harry menghentikan langkahnya. "Kalian kembalilah berkerja!" titah Harry yang membuat orang-orang yang tadinya memperhatikan mereka kembali berkerja.

"Ayo ikut aku," titah Harry pada Hana. Dua insan  itu kini sudah masuk ke dalam lift kantor. lift itu membawa mereka ke lantai paling atas gedung. Hana celingak-celinguk saat keluar dari lift. ia merasakan mual dan pusing.

"Kau baik-baik saja?" Harry memastikan Hana yang terlihat pucat. Hana merasa isi perutnya akan segera keluar. Tanpa sepengetahuan Harry, Hana mengayunkan jemarinya dan melafalkan sebuah mantra ke arah perutnya. Dan alhasil, rasa mual dan pusing hilang dari dirinya.

"Aku baik-baik saja," kata Hana meyakinkan Harry. Kini mereka berjalan masuk ke dalam ruangan yang di pintunya bertuliskan 'Harry Camelot'.

Klik... bunyi pintu terbuka.

Hana melucuti setiap sisi ruangan dengan dominan warna putih itu. Ia takjub sekali. "Kau bos yah?" tanya Hana tiba-tiba. Harry hanya mengagguk pelan. Kini ia berjalan menuju kursinya. "Karena aku bosmu, kau tidak boleh bertingkah seperti hari ini. Ingatlah Hana, kau itu bawahanku."

Hana sedikit jengkel dengan ucapan yang dilontarkan oleh Harry. "Baru kali ini aku merasa seperti ini, kau berhutang nyawa telah membuangku ke dunia ini, Arthur!"

Hana mendudukkan dirinya di sebuah sofa yang terletak di samping kursi Harry. Ia menghela nafasnya sejenak mencoba menenangkan emosinya. "Sebentar lagi kau akan punya meja dan kursi sendiri," Harry bicara tanpa melirik pada Hana yang ada di sampingnya.

Selang satu detik kemudian, seseorang masuk ke dalam ruangan Harry. Perempuan memakai kacamata dengan tubuhnya di balut blous berwarna cream. Ia tampak terkejut melihat Hana yang berada di dalam ruaangan itu.

"Ah Shora kau sudah datang. Bisakah kau urus satu meja dan kursi untuk diletakkan di ruanganku?" Harry berdiri menghampiri Shora yang berdiri. "Ta-tapi untuk apa, Tuan?" selidik Shora.

"Aku hampir lupa, Hana kemarilah!" Harry melambaikan tangannya memanggil Hana. Melihat itu, Hana segera menurut. "Hana ini Shora, asistenku. Dan Shora ini Hana, mulai hari ini dia bekerja sebagai sekretarisku."

Shora menampakkan ekspresinya kaget. Wajahnya seakan-akan mengatakan kalau detik ini dia butuh penjelasan. "Kenapa tiba-tiba tuan? Bukannya anda mengatakan kita tak butuh sekretaris?" Shora menatap Hana dengan tatapan yang sedikit membuat Hana jengkel.

"Aku berubah fikiran. Jadi tolong siapkan apa yang kupinta tadi," Harry berbalik kembali duduk ke kursinya. Kini tinggalah Hana dan Shora yang masih berdiri. Shora menatap lekat Hana, Hana sangat merasa risih dibuatnya. "Kau kenapa menatapku seperti itu?" kini Hana melipat kedua tangannya di depan dada.

"Kau siapanya Tuan Harry?" bukannya menjawab pertanyaan Hana, Shora malah memberi Hana pertanyaan lagi. Dan tentunya tingkat kekesalan Hana semakin bertambah. "Kurasa kita perlu bicara di luar," Hana melenggang keluar dari ruangan ber AC itu, diikuti Shora di belakangnya.

Keduanya kini berhenti di depan pintu gudang kantor. Hana menatap lekat asisten Harry itu. "Kau ada masalah denganku?" kini Hana berlogat seakan menantang, matanya menatap tajam lawan bicaranya. Tabiat buruknya mulai keluar.

Shora sedikit ciut saat melihat perubahan dari Hana. Hanya saja rasa gengsinya mengalahkan rasa takutnya. "Kau merayu Tuan Harry ya? sampai-sampai dijadikan sekretaris?" Shora menatap meremehkan lawan bicaranya.

"Kau salah besar, Tuanmu itu yang memintaku menjadi sekretaris. Kenapa? Ah Jangan bilang kalau..." Hana menggauntung ucapannya, kini ia menatap mata Shora lekat, membaca pikirannya dan menyeringai jahat. "Ah ternyata kau menyukai Tuan Harry? Dan wah, kau juga sudah dari dulu ingin menjadi sekretarisnya?" Hana tertawa mengejek.

Shora kaget bukan main mendengar ucapan Hana. Mukannya memerah, karena apa yang dikatakan Hana tentangnya semua benar. "Jaga mulutmu jalang!" Shora hendak melayangkan tamparannya pada Hana.

Hanya saja, Hana segera menghindar dan menarik rambut Shora. "Kuberitahu padamu Shora, kau bukan tandinganku." Hana mendorong Shora hingga badannya yang kecil terhempas menghantam dinding. Shora mengerang kesakitan. Ia tak menyangka kalau ada wanita yang memiliki tenaga yang sangat kuat seperti Hana.

Hana berbalik meninggalkan Shora. Ia kembali masuk menuju ruangan Harry. "Dari mana?" tanya Harry saat melihat Hana masuk. "Toilet," jawabnya singkat.

Harry tampak memperhatikan Hana lekat-lekat. Hal itu tak di sadari oleh Hana. "Kursi dan mejamu belum sampai. Sambil menunggu, kau duduklah di sampingku." perintah dari Harry bagaaikan perintah mutlak bagi Hana.

"Dia meyebalakan sekali," ucap Hana meruntuki laki-laki di depannya.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top