Bab 3




Sejak kejadian di mana Nathan mampir ke rumahnya dan ikut bercengkerama ria dengan sang ibu dan Gio, Jihan mulai waspada. Entahlah, yang pasti dia tidak ingin memberi harapan lebih pada Nathan. Begitupun pada hatinya.

Jihan mampir di salah satu counter kartu, ia sudah membulatkan tekatnya untuk mengganti nomor ponsel. Ya, langkah pertama untuk menghindar dari Nathan. Ia pun sudah memberitahukan niatnya itu pada Gio dan Zara. Dan tanggapan keduanya pun sama, sama-sama membuat Jihan dongkol.

Sekeras apapun niat kamu untuk ngejauh, kalau jodoh akan tetap ketemu.

Jihan menghela napas, mengingat ucapan ibu dan abangnya itu membuatnya sedikit khawatir. Dia? Berjodoh? Dengan Nathan? HA.HA.HA.

Jangan ketawa, Ji. Kalo beneran, gimana?

Jihan menggelengkan kepalanya, mencoba menolak pikirannya sendiri.

***

Tidak butuh waktu lama untuk Jihan sampai di depan mall dimana ia dan Raisa janjian untuk nonton bersama. Jihan mengeluarkan ponselnya untuk menghubungi sahabatnya itu.

"Halo, Cha. Dimana? Gue udah diparkiran ini."

"..."

"Oh, ya udah. Gue kesana."

Jihan berjalan menuju toko buku, tempat dimana Raisa berada. Sesampainya di depan toko buku, Jihan langsung saja kembali menelpon Raisa.

"Gue udah didepan toko buku."

"..."

"Nggak pake lama."

"..."

Jihan mengetuk-ngetukkan jemarinya pada lengannya, menunggu Raisa selesai membayar novel yang baru saja ia beli.

"Ji! C'mon!"

"Beli novel baru lagi?"

Raisa mengangguk antusias sambil memamerkan novel yang baru saja dibelinya. "Aku beli dua. Hehehe..."

Jihan menggeleng pelan. "Nggak takut kena omelannya kak Reza lagi?"

"Heehehe... nggak dooong. Sekarang aku punya lemari buku sendiri dirumah kak Fairis."

Setelah memeriksakan tasnya, Jihan dan Raisa berjalan mendekati poster film yang saat ini tengah tayang dibioskop itu. Keduanya sibuk meneliti, hingga suara Raisa membuat Jihan menoleh kepadanya.

"Huaaaahhh, bagusnya nonton apa ya, Ji?"

Jihan menatap malas pada Raisa, ia kemudian berjalan mendekat untuk melihat daftar film yang menarik perhatiannya dan kemudian pilihannya pun jatuh pada film baru yang berjudul Kekasih Halalmu.

"Gimana kalo nonton itu aja." Tunjuk Jihan

Raisa meneliti poster film Kekasih Halalmu sambil meletakkan telunjuknya pada dagunya. "Kekasih Halalmu, ya? Hmm, jangan-jangan kisahnya mirip kisah aku sama kak Fairis lagi. Hahahaha..." ujar Raisa berandai-andai

Jihan mendengus, geli mendengar kenarsisan sahabatnya itu. "Duh, please deh, Cha. Lebay banget."

"Yeee... kan cuma nebak. Sirik deh. Makanya cari pasangan sana!" sindir Raisa

Tidak ingin menanggapi ucapan Raisa, Jihan segera ikut mengantri untuk memesan dua tiket. Setelah mengantri selama tujuh menit, barulah Jihan kembali dengan dua tiket di tangannya.

"Cha, filmnya baru mulai satu setengah jam lagi, mau nunggu disini aja atau mau pesen makanan dulu?" tawar Jihan

"Makan dulu aja deh, Ji. Tapi nggak disini. Diluar aja. Ini kak Fairis udah ngasi peringatan dini biar nggak lupa makan. Heeehehe."

"Ya udah. Yuk."

***

Setelah sampai disalah satu food court yang ada di mall tersebut, Raisa langsung saja mengambil menu makanan yang memang telah tersedia dimasing-masing meja. Sementara Jihan sudah siap menuliskan pesanan Raisa dan juga pesanannya untuk kemudian diserahkan pada pelayan di food court itu.

"Aku mau ayam penyet sama otak-otak. Minumnya es teh aja." Ujar Raisa yang kemudian menyeahkan buku menu itu pada Jihan.

Setelah menuliskan pesanan Raisa, barulah ia mengambil buku menu yang tadi disodorkan oleh Raisa. Sementara Jihan masih sibuk membaca menu, Raisa malah sibuk cekikikan tidak jelas, setelah itu tiba-tiba terbahak dengan tidak tahu malunya. Jihan sampai memberikan tatapan garang pada sahabatnya itu. Memperingatkan agar tidak berisik dan mengganggu ketenangan.

"Maaf... hihihihi..."

Mengabaikan ucapan maaf dari Raisa, Jihan memutuskan untuk beranjak dan menyerahkan pesanannya pada pelayan. Tak lama, Jihan kembali dengan tatapan herannya. Melihat Raisa yang masih betah cekikikan kayak kuntilanak begitu membuat Jihan bergidik ngeri.

"Lo kenapa sih, Cha. Kesambet?" sindir Jihan

Raisa terlihat berusaha menahan tawanya, sementara kedua sudut matanya sudah mengeluarkan sedikit air.

"Ini, Ji. Kak Nathan, hahaha..."

Jihan ber-oh ria, kemudian mengedikkan kedua bahunya tak peduli. Mengetahui alasan Raisa cekikikan tak jelas membuatnya sedikit dongkol. Sebenarnya ia bukan tak peduli, tapi lebih tepatnya malu. Apalagi ketika ia harus mengingat kembali kejadian kemarin, dimana Nathan datang kerumahnya dan mengucapkan hal-hal yang membuatnya mati kutu.

"Ji, lo nggak penasaran apa?" tanya Raisa dengan tatapan menggoda

Jihan memutar bola matanya. "Jangan aneh-aneh lu ye. Muka lu udah kayak kepiting rebus karena kebanyakan ngakak. Lagian, nggak malu apa ngakak nggak jelas gitu."

Raisa menggeleng pelan, "Raisa nggak malu, kok. Heheh"

"Iya, nggak malu. Tapi malu-maluin." Timpal Jihan dengan nada kesal

"Ih, neng Jihan kok sensitip amat sih? Amat aja nggak sensitip-sensitip banget." Goda Raisa

Jihan mengabaikan celotehan Raisa dan beralih mengambil ponselnya. Di layar ponselnya ada beberapa notifikasi, dan salah satu notifikasi yang membuat kening Jihan mengerut adalah notifikasi Line.

Nathan__ added your phone number

Jihan menatap Raisa dengan tatapan penuh selidik, sementara yang ditatap tidak peka sama sekali. Saat Jihan menyentil jidatnya, barulah Raisa sadar dan memberenggut sebal ke arah Jihan.

"Apaan sih, Ji. Sakit tau! Gue lapor sama kak Nathan awal lu!"

Jihan berdecak sebal, "Lo ngasi nomor gue sama kak Nathan ya?"

Pertanyaan Jihan sukses membuat Raisa cengengesan dan kemudian menggaruk jidatnya salah tingkah. Sesaat setelah mengganti nomornya dengan nomor baru, Jihan memang langsung mengabari Raisa, memberitahukan pada sahabatnya itu untuk menghapus nomornya yang lama dan menggantinya dengan yang baru.

"Ayo, ngaku lo!" sosor Jihan

Raisa mengerucutkan bibirnya. "Ih! Iya, Raisa yang cantik ini yang ngasi kak Nathan. Kenapa?!"

Jihan menghela napas gusar. "Lo tuh, ya. Nggak bisa apa izin dulu sama gue kalo mau ngasi nomer gue sama orang yang nggak di kenal?!"

"Duuhhh, Ji. Kak Nathan tuh bukan orang yang nggak di kenal. Dia tuh terkenal. Most wanted kata orang-orang di wattpad. Haaahahaha."

"Terkenal jidatmu." Timpal Jihan sebal

"Udah dong, Ji. Ikhlasin aja kali, siapa tau jodoh. Heheheh"

Jihan memasang tampang lesu, berusaha bersabar menghadapi sahabatnya yang satu itu.

"Ji, lo nggak niat gitu ngejalin hubungan sama kak Nathan?"

Jihan memicingkan kedua matanya, "Duh, udah deh ya. Gue laper. Makan deh lo. Biar mulutnya mingkem." Untung saja pesanannya sudah datang, jadi Jihan bisa membuat Raisa bungkam barang beberapa menit saja.

Raisa mengerucutkan bibirnya, "Ih, Ji! Gue serius, ih. Kak Nathan tuh serius sama lo... ups!"

Jihan menatap Raisa dengan tatapan terkejut, "Lo jangan banyak bacot ya, siput sialan! Makan aja napa. Gue nggak mau kak Fairis ngomel nggak jelas ke gue cuma gara-gara penyakit lo yang nantinya kambuh karena lo kebanyakan ngoceh dan malah nggak makan." Ujar Jihan sambil menyuapkan sesendok nasi kedalam mulutnya.

Ucapan Jihan sukses membuat Raisa bungkam dan kemudian ikut menikmati makanan yang beberapa menit yang lalu sudah di antarkan oleh pelayan.

Jihan melirik jam yang melingkar di pergelangan tangan kirinya, "Setengah jam lagi. Mau ngapain nih kita? Sambil nunggu gitu."

Raisa menatap Jihan dengan tatapan jail, "Gimana kalo gue comblangin lo sama kak Nathan?"

Jihan terperangah.

Kenapa Raisa jadi menyebalkan begini ya Allah....

***

Kukkuuruyuuuuuuk...

Ha-haiiii...

Akhirnya aku bangkit lagi, setelah kemarin terjatuh. #eh

Nggak ding, sebenernya aku masih berada dimasa-masa di mana aku masih merasakan yang namanya... apa ya kata yang tepat? Ummm.. nggak semangat nulis! Ya, nggak tau kenapa T_T

Hmmm...

Kasih syemangatttt duuuuung hehehehe...

Oh, ya. Hari ini hari terakhir di tahun 2017 kan ya?

Apa sih resolusi kalian ditahun baru 2018 nanti?

Kalau aku sih... apa ya? Banyak banget. Tapi salah satunya, semoga aku lebih giat lagi nulisnya! Ihihihhi....

jeng Jihan ngasih senyuman untuk abang... eaaaa


Okey, salam sayang dari Windy Haruno yang masih kena virus WB (Write block)

31-Desember-2017

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top