Part 20 - Kembali Seperti Dulu

Akhirnya punya waktu dan inpirasi buat nulis cerita ini.

Jangan silent readers ya.

Follow dulu sebelum membaca dan jangan lupa masukin cerita ini di reading list kalian.

Soalnya ada yang gak tau kalau aku udah up part terbaru karena di tempat dia masih part sebelumnya.

Baca selagi on going ya.

Play List|| Ariana Grande -  Into You

Happy Reading.

__________
Punya partner yang bisa memahami dari hal kecil sampai hal random itu baik. Apalagi untuk yang haus akan mendengarkan itu menyenangkan. Namun, hal itu tidak melulu soal pasangan. Bisa jadi dalam pertemanan.
****





"Va, lo hindari gue?"

Alteza sengaja datang ke kampus lebih pagi untuk menunggu Vaela. Pasalnya, dari kemarin gadis itu selalu menghindar.

Sama seperti tadi, saat Vaela akan masuk kelas, dan matanya tidak sengaja bertatap dengan Alteza, cewek itu langsung melenggang kembali keluar. Namun, Alteza menyusulnya. Mencegah kepergian Vaela dengan mencekal lengan gadis itu.

"Lo marah sama gue?"

Vaela menatap Alteza sejenak, lalu membalas singkat, "Enggak."

"Vae, bisa gak sih, kita seperti dulu. Tanpa melibatkan perasaan," pintanya. "Oke, mungkin ini terdengar egois tapi, gue gak mau, lo menghindar dari gue maupun Cakra. Dan jadi orang asing pada akhirnya."

"Gue gak maksa lo hapus perasaan itu, tapi, bisa gak, lo bersikap seperti dulu. Seakan-akan gue gak pernah denger dan tahu perasaan lo." Alteza sangat susah meluapkan yang dia rasakan dalam kata-kata. "Maksudnya, supaya di antara kita gak ada perasaan canggung kayak gini."

"Dulu kita bertiga deket, sekarang seperti orang asing. Bukan cuma hindari gue, lo menjauh dari Cakra juga," lanjut Alteza.

Vaela hanya diam, dalam hati, dia juga tidak ingin seperti ini. Namun, kalau harus pura-pura tidak terjadi apa-apa, rasanya belum bisa. Perasaannya itu nyata, meski tidak mendapat balasan yang sesuai ekspektasinya.

Sedangkan pada Cakra, gadis itu juga bingung harus bagaimana. Vaela tidak ingin menyakiti perasaan seseorang yang selama ini dekat dengannya. Vaela tidak mau Cakra menjauhinya karena sebuah penolakan, makanya dia yang menjauh duluan.

"Va," panggil Alteza lirih, membuat lamunan Vaela buyar.

"Sebenarnya, gue juga gak mau jauh dari kalian. Tapi kalau kita bareng-bareng, gue takut perasan itu semakin dalam, Za. Gue takut malah menaruh perasaan lebih ke lo," balas Vaela. Dia melepaskan tangan Alteza yang menyentuh lengannya.

"Dan Cakra, cowok humoris kayak dia tenyata diam-diam suka gue. Jujur gua kaget. Gue gak mau Cakra berharap lebih dari gue yang mungkin gak akan bisa memenuhi ekspektasinya tentang perasaan yang terbalaskan." Beban yang menumpuk di dada perlahan terurai menjadi kalimat-kalimat yang keluar dari bibirnya.

"Cakra sama sekali gak ambil pusing tentang itu. Justru dia merasa bersalah karena udah mengungkapkan perasaan ke lo. Dan gue juga bersalah karena membiarkan perasaan lo bertepuk sebelah tangan." Tatapan Alteza begitu tulus, dia hanya ingin hubungannya dengan Vaela kembali seperti dulu.

"Lo gak salah, Za. Gak ada yang salah dalam hal cinta. Begitupun Cakra."

"Kalau begitu, lo gak ada alasan buat menghindar lagi, kan?" tanya Alteza penuh harap.

"Soalnya gak enak banget kalau pergi ke mana-mana sama Cakra doang. Sampai ada yang ngira gue gay," lanjut Alteza, membuat Vaela terkekeh.

"Ya ampun. Ada-ada aja." Vaela menggelengkan kepalanya sambil tertawa.

"Jadi, bisa kita mulai dari awal?" Alteza mengulurkan tangannya.

Vaela tersenyum, menerima uluran tangan Alteza. "Gue akan coba. Karena pada dasarnya, punya teman yang saling memahami, berbagi cerita tentang hal random itu lebih baik."

***

Alora pergi ke ruang ganti, setelah pemotretan pertamanya selesai. Masih ada satu gaun lagi yang harus dia pakai untuk pemotretan selanjutnya.

Baru saja sampai di ruang ganti, langkah Alora terhenti, kala Leda memandangnya sinis.

"Gue peringatkan, mending lo berhenti jadi model di sini," ucap Leda tiba-tiba.

Sontak saja, dahi Alora mengerut. "Alasannya apa?"

"Karena lo gak pantes berada di sini, Alora! Lo cuma anak baru yang polos dan bodoh!" ucap Leda dengan nada bicara yang menggebu-gebu.

"Kamu iri, karena yang jadi model couple bukan kamu?" Setahu Alora, gaji dia sebagai model baju couple lebih besar dari model baju solo. "Atau iri karena sekarang followers aku lebih banyak dari kamu?"

Tawa Leda mengudara. "Lo terlalu naif, Alora."

"Gue pastikan, lo bakal nyesel kalau tetep berada di sini!" ucap Leda penuh penekanan, sebelum beranjak pergi meninggalkan ruang ganti.

Dengan dahi yang mengernyit, Alora masih memandang punggung Leda yang perlahan menjauh. Apakah ada makna tersirat dari ucapan gadis itu?

"Leda kenapa benci sama aku, ya? Perasaan aku gak ada salah sama dia." Alora menghela napas, lalu melanjutkan langkahnya yang terhenti.

***

Bibir Alora menyunggingkan senyum, kala sang fotografer mulai memotret dirinya yang tengah duduk di samping Raynar. Posisi duduknya yang lebih tinggi dari Raynar, membuat salah satu tangannya mengalun pada leher cowok itu.

"Sekarang coba kalian saling tatap, terus tangan Masnya di pinggang Mbaknya," ucap sang fotografer.

Raynar dan Alora saling tatap. Tatapan Raynar seolah sedang mengobservasi dirinya. Bahkan, Alora juga sempat melihat Raynar tersenyum sumir.

"Oke. Selesai."

Suara fotografer membuat lamunan Alora buyar. Lantas, dia menjauhkan diri dari Raynar. Namun, cengkeraman Raynar di pinggangnya begitu erat.

"Cantik," ucap Raynar secara tiba-tiba.

Alora diam mendengar pujian itu. Bukannya senang, dia malah merasa canggung.

"Mukanya gak usah panik gitu." Raynar terkekeh, lalu menoel hidung Alora.

Raynar melepaskan cengkraman pinggang Alora, lalu dia beranjak dari kursi. "Kamu kalau natap saya intens gitu, ngingetin saya sama seseorang, Ra."

"Siapa? Pacar kamu?"

Raynar hanya membalasnya dengan senyum. "Sebaiknya kamu jangan terlalu ingin tahu urusan orang, Alora."

"Saya gak bermaksud kepo. Tapi ucapan kamu yang seolah membuat orang penasaran." Alora merasa tidak enak hati.

"Lupakan saja, Alora." Raynar melihat Arloji di pergelangan tangannya. "Belum makan siang, kan? Setelah ganti baju, kita makan di restoran depan. Ada hal yang ingin saya bicarakan sama kamu."

Belum sempat Alora menjawab 'iya' ataupun menolak, Raynar sudah pergi duluan.

"Mbak Alora sama Mas Ray cocok deh kalau jadian," ucap fotografer yang tiba-tiba mendatangi Alora dengan senyuman khas-nya.

"Mungkin saja sekarang Mas Ray belajar move on dari almarhumah pacarnya," ucapnya lagi, yang kali ini membuat Alora menoleh.

"Mas udah lama, ya, kenal sama Ray?" tanya Alora penasaran.

"Gak juga, baru tiga tahun."

"Jadi, Mas tahu dong, pacarnya Ray meninggal karena apa?"

****

''Cakra."

Suara itu membuat Cakra yang baru saja masuk kelas menoleh. Apa dia tidak salah dengar? Baru saja Vaela memanggilnya?

"Jangan lihatin gue kayak gitu. Entar suka loh." Vaela mengibaskan tangannya ke wajah Cakra. Lalu gadis itu menghampiri meja cowok itu.

"Kan, udah suka, Va." Cakra menyunggingkan senyum. "Lo udah gak marah sama gue?"

"Emangnya, kapan gue marah sama lo?"

"Kemarin-kemarin. Lo menghindar dari gue dan Alteza." Cakra menghela napas. "Salah gue juga, sih, harusnya gue gak mengungkapkan perasaan saat perasaan lo sendiri lagi gak baik-baik saja karena penolakan dari Alteza."

"Hey. Gak usah bahas yang udah berlalu." Vaela tersenyum lebar. "Yang penting sekarang, kita bisa sahabatan lagi kayak dulu, kan?"

"Cuma sahabat?"

"Kalau pacar gue belum siap."

Cakra terkekeh. "Bercanda."

Cowok itu berdiri, mengacak-acak rambut Vaela. "Jangan menjauh lagi, ya. Gue rela jadi sahabat lo seumur hidup, asal lo tetep ada di dekat gue."

Vaela tertegun, mata Cakra memandangnya begitu tulus. Andai saja, Alteza mencintainya sedalam itu. Namun, bagaimana pun juga, berharap berlebih pada manusia itu menyakitkan.

"Cie, udah balikan." Alteza datang, langsung merangkul keduanya.

"Gimana kalau merayakan kembalinya persahabatan kita ini, kita buat pesta kecil-kecilan?" tawar Alteza.

"Jelangkung kali, ah, pesta kecil-kecilan."

Sontak saja, Alteza menoyor kepala Cakra. "Bege amat temen gue satu ini."

Vaela yang  melihat itu tertawa. Ternyata perkataan Cakra benar. Lebih baik dekat walau hanya jadi sahabat, daripada menjauh karena perasaan cinta yang hanya sepihak.

***

Helaan napas terdengar dari seorang gadis yang baru saja menuntaskan hajatnya. Setelah berganti pakaian, Alora langsung lari menuju toilet karena panggilan alam. Untung saja pemotretan hari ini hanya paruh hari.

Alora mengerutkan dahi, ketika tidak sengaja mendengar suara orang menangis dari bilik toilet di samping toilet yang dia tempati.

"Itu orang apa demit, ya?"

Alora memutuskan untuk keluar, sembari menunggu seseorang di bilik toilet tadi. Mulut Alora menganga, saat melihat Leda menangis dengan mata sembab.

"Kamu, kenapa?" Alora mengeluarkan tisu dari saku celananya, lalu menyodorkannya pada Leda. "Kamu gapapa?"

Bukannya mengambil, Leda malah merampas tisu itu dan membuangnya. "Bukan urusan lo!"

"Aku tanya baik-baik, loh. Kalau ada masalah, kamu bisa cerita sama aku, Da."

Leda tersenyum kecut. "Gak usah sok baik. Semua yang terjadi sama gue sekarang, ini gara-gara lo!"

"Maksud kamu apa? Aku gak ngerti?" Alora semakin bingung dengan ucapan Leda.

"Gue dipecat jadi model gara-gara lo, puas!" ucap Leda meledak-ledak.

Seketika jantung Alora mendadak berhenti. Untuk kembali berdetak normal lagi. "Dipecat, kok bisa?"

"Karena lo!"

"Aku?" Alora membeo. "Memang hubungannya sama aku apa?"

"Ya karena lo itu ...." Perkataan Leda menggantung, kala dia teringat sesuatu. Tidak, dia sudah kehilangan pekerjaannya, dia juga tidak mau kehilangan pekerjaannya yang lain.

"Intinya lo itu penyebab gue dipecat. Puas!" Leda melenggang pergi, dengan menabrakkan bahunya secara sengaja pada Alora.

"Kenapa ada hubungannya sama aku?" Monolog Alora. "Sepertinya, aku harus tanya ini sama Raynar."










TBC



Pengen menghilang beberapa hari biar ada yang nyariin ternyata gak ada.

Biar di spam 'next kak, next' kayak penulis lain.

Siapa tahu yang silent readers bakal nongol.

Padahal udah tau berharap sama manusia itu jatuhnya sakit.

Tapi yaudahlah. Ada atau gak ada, aku tetap akan selesaikan cerita ini kok. Biar pindah ke lapak sebelah.

Jangan lupa vote komen dan share ke temen-temen kalian ya.

Love you readers

Dedel

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top