SEMAKIN DEKAT

***
"Kakak...." panggil Pangeran Hong dengan wajah semringah sambil berlari memasuki kamar utama milik sang kaisar.

Yun Xiaowen yang kala itu tengah berdiri tertegun di depan jendela kamar lantas menoleh ketika mendengar suara Pangeran Hong memanggilnya.

"Pangeran Hong..." desis Nona Yun lalu berbalik. Gadis itu mengulum senyum lantas berjongkok, menyambut Pangeran Hong dengan pelukan hangatnya.

"Kakak...." ucap Pangeran Hong di pelukan sang kakak. Anak kecil itu terlihat merindukan Nona Yun setengah mati, meskipun mereka bukan saudara kandung tapi rasa cinta mereka benar-benar menyatu bagaikan saudara kandung pada umumnya.

"Pangeran Hong, bagaimana bisa kau sampai di sini? Apakah penjaga memeriksamu dengan ketat?" tanya Nona Yun lalu melepas pelukannya.

Pangeran Hong tersenyum perlahan ia menangkup wajah kakaknya penuh rasa sayang. Wajahnya yang ceria menandakan bahwa ia tengah baik-baik saja dan tidak sedang dalam tekanan.

"Syukurlah Kakak sudah membaik, aku senang melihatnya. Penjaga tidak akan pernah mencekalku karena mereka sudah mengenaliku. Ini semua berkat kebaikan Yang Mulia Kaisar." jelas Pangeran Hong lalu menebarkan senyum manisnya.

Nona Yun mengerutkan dahinya, ia menyentuh bahu Pangeran Hong dengan wajah khawatir. Ia hanya takut ada sesuatu dibalik semua ini, bagaimanapun Kaisar mesum itu sangat jahat dan licik jadi jika adiknya mendadak bilang bahwa Kaisar memberinya kebaikan sudah pasti ada sesuatu yang tengah direncanakan oleh pria itu.

"Apa maksudmu Pangeran Hong? Pria itu sama sekali tidak baik, jika ia baik sudah pasti ia akan membebaskan kita dari penjara seperti ini." tegas Nona Yun lalu bangkit dari jongkoknya.

"Kakak selalu pesimis dengan kebaikan orang, belum tentu ia akan jahat selamanya. Iya bukan?"

"Kau terlalu polos Pangeran Hong. Di dunia ini tidak ada yang namanya manusia baik kecuali ia punya niat tersendiri.Coba katakan padaku apa saja yang ia katakan padamu?" tanya Nona Yun terus menyorot dua bola mata adiknya seakan ingin menelannya mentah-mentah.

"Kakak... Yang penting kesembuhan kakak adalah yang utama. Kesembuhan kakak adalah harapan bangsa iblis untuk terus maju dan selalu ada. Jika kakak punah maka bangsa kita juga akan menghilang. Kesembuhan Kakak adalah segalanya, bagiku yang lain sudahlah tidak penting." jawab Pangeran Hong dengan wajah mulai serius.

Nona Yun tertegun sejenak, ia tak mengerti kenapa anak berusia 50 tahun atau setara dengan usia anak manusia 7 tahun itu begitu berpikiran dewasa. Sesaat Nona Yun terharu, ia kembali berjongkok dan meraih tubuh adiknya guna merengkuhnya lebih erat lagi.

"Pangeran Hong...." desis Nona Yun lalu mengelus rambut Pangeran Hong yang begitu halus.

"Kau tahu Kakak, Kaisar begitu perhatian padamu lalu kenapa kau sangat marah ketika aku bicara bahwa dia kaisar yang baik? Dia yang sudah menyumbangkan darahnya untukmu, harusnya kau berterimakasih padanya." ucap Pangeran Hong dengan polos.

Nona Yun yang mendengar pengakuan itu mendelik sejenak, benarkah jika Kaisar mesum itu yang memberinya darah untuk sumber kekuatannya? Gadis cantik itu melepas pelukannya lagi sambil menatap kedua bola mata adiknya seakan tak percaya.

"Apa maksudmu? Benarkah ia mau melakukan hal itu padaku?" tanya Nona Yun meminta kepastian.

"Iya Kakak, sang kaisar sudah menyelamatkanmu. Bukankah itu sudah cukup dikatakan baik?"

"Tapi... Tidak Pangeran Hong! Bagiku manusia tidak ada yang baik, jika ia memang baik ia tidak akan pernah menghabisi orangtua kita. Jika dia baik ia sudah melepaskan kita dan tidak mengurung kita seperti ini." tepis Nona Yun lalu berdiri dan membalikkan badan.

"Kakak jangan keras hati, kita tahu tak selamanya yang buruk kelihatan buruk. Siapa tahu Kaisar memang melakukannya dengan ikhlas." ucap Pangeran Hong terus berpikir positif.

"Pangeran apa yang sudah ia jejalkan di otakmu, kenapa kau selalu menganggapnya baik? Sepertinya memang kau sedang dimanfaatkan oleh dirinya."

"Kakak aku mohon jangan berpikiran buruk dahulu tentang...."

"Pangeran Hong kembalilah ke kamarmu! Aku akan menemui kaisar sialan itu." putus Nona Yun dengan alis menaut satu sama lain.

"Tapi Kakak...."

"Pergilah Pangeran!"

****

Yun Xiaowen terus melangkahkan kakinya seorang diri melewati lorong istana yang penuh dengan bunga warna-warni. Ia tak ambil pusing pada semua pelayan dan prajurit yang menatapnya takjub seakan ingin menelanjanginya bulat-bulat.
Saking terpesonanya semua orang lupa bahwa sosok menawan yang tertimpa sinar emas mentari itu adalah seorang keturunan asli iblis sekaligus calon ratu mereka kelak.
Tak ada sapaan atau penghormatan namun Yun Xiaowen tak begitu memperdulikannya.

Saat ini hanya ada satu tujuan di dalam pikiran Nona Yun, ia ingin menemui Kaisar mesum itu dan menanyakan langsung apa tujuannya hingga harus memanfaatkan kepolosan adiknya, Pangeran Hong.

"Tunggu!" ucap seseorang membuat langkah Nona Yun sesaat terhenti.

Gadis cantik itu menoleh dan berbalik, dari balik sudut matanya Nona Yun bisa melihat dengan siapa ia kini tengah berbicara. Melihat pakaian yang ia kenakan, Nona Yun bisa menyimpulkan jika wanita muda yang berani menghentikan langkahnya itu adalah salah satu sosok penting dalam istana Kaisar Qiang.

"Apakah kau yang bernama Yun Qiaowen?" tanyanya dengan nada angkuh sambil mengipas-ngipas tubuhnya dengan kipas kertas.

"Ya."

"Kebetulan sekali Nona Yun Xiaowen, perkenalkan aku adalah selir ketiga Kaisar Qiang namaku Selir Won." ucap Selir Won lalu tersenyum bangga.

Nona Yun balas tersenyum, ia memiringkan senyumnya seolah meremehkan wanita yang tengah berkoar-koar karena statusnya yang sebagai selir Kaisar.

"Jadi kau hanya selir? Begitu bangganya-kah kau ketika kau hanya dipanggil selir?" singgung Nona Yun begitu muak ketika melihat keangkuhan wanita itu.

"Lancang kau..."

"Jangan marah, apapun statusmu di sini aku sama sekali tidak terpengaruh. Silakan saja nikmati statusmu yang hanya sebagai selir. Aku sama sekali tak peduli." ucap Nona Yun pedas lalu berbalik badan guna kembali melangkah pergi.

Merasa disepelekan oleh Yun Xiaowen, Selir Won marah besar. Wanita itu mengepalkan jemarinya lalu mengejar langkah Yun Xiaowen dan menjambak rambut sang iblis.

"Beraninya kau menghina selir sepertiku! Tanpa sang kaisar pun kau tak berarti apa-apa. Jangan berlagak sok, kau!"

Sreet.

Sebuah belati melayang dan mengenai lengan Selir Won, wanita muda itu memekik lalu melepaskan rambut Nona Yun seketika. Selir Won meraung lalu ambruk ketika darah merembes dari balik hanfunya yang berwarna biru langit.

"Untung kau tak kehilangan lenganmu Nona Won." suara berat itu mengalihkan tatapan Selir Won maupun Nona Yun.

Kaisar Qiang mendekat, wajah dingin nan menyebalkan itu masih saja membuat Nona Yun ingin memakinya dan menamparnya sekeras mungkin. Namun sebenci apapun Nona Yun, ia memang harus mengakui kebaikan pria itu. Tanpa dirinya mungkin hari itu ia tinggallah nama.

"Seharusnya kau lebih sopan pada Nona Yun, Selir Won. Kau harus ingat bahwa kedudukanmu tidak ada apa-apanya dibanding Nona Yun." tegas Kaisar Qiang sambil sesekali melirik ke arah Nona Yun yang berada di sampingnya.

"Yang Mulia..." desisnya hampir tak terdengar akibat menelan kesakitannya sendiri.

"Jika Selir Sun saja bisa seperti itu maka kau juga bisa kehilangan lenganmu Nona Won. Berhentilah membanggakan dirimu, selama kau bertingkah baik di sini apapun bisa jadi milikmu namun jika kau bertingkah sebaliknya maka orang yang langsung kau hadapi adalah diriku bukan orang lain." peringat Kaisar Qiang tegas dan pedas.

Nona Won tak menjawab, ia masih memegangi lengannya yang terluka akibat lemparan belati Kaisar Qiang.

"Sebaiknya kau segera ke Tabib dan meminta obat, belatiku selalu ada racunnya. Aku menyayangkan jika kau harus kehilangan lengan karena terlambat mencari penawarnya." saran Kaisar Qianh dengan wajah enggan.

Selir Won lalu bangkit dengan dibantu beberapa pelayannya, gadis itu membungkuk hormat lantas berlalu dari hadapan sang kaisar. Melihat kekejaman yang ditunjukkan Kaisar Qiang, Nona Yun langsung angkat bicara.

"Kau sangat kejam, kau bahkan tidak punya hati pada istrimu sendiri." tegur Nona Yun kasar.

Protes Nona Yun hanya ditanggapi dengan lirikan mata Kaisar Qiang, tanpa menjawab pria itu lalu meninggalkan Nona Yun seenaknya sendiri bersama beberapa pengawalnya.

"Hei kau... Kau sama sekali tidak ada sopannya. Apakah mentang-mentang kau kaisar jadi kau berbuat seenakmu sendiri? Hei... Aku sedang berbicara denganmu maka dengarkan aku!" tegas Nona Yun terpaksa mengekor langkah Kaisar Qiang Wen yang berjalan tenang.

Tak ada jawaban sama sekali membuat darah iblis yang bersemayam di jiwa Nona Yun bangkit, matanya berkilat merah dan kukunya tumbuh memanjang.

"Kau menyepelekanku Kaisar sialan!" maki Nona Yun lalu mencakar pakaian kebesaran Kaisar dengan jemari dan kukunya yang panjang.

Namun sebelum kukunya mengoyak, Kaisar Qiang segera berbalik dan menangkap tangan Nona Yun hingga akhirnya tubuh Nona Yun terpental ke pelukan Kaisar Qiang.

"Berhentilah memanggilku seenakmu sendiri, iblis betina. Aku diam karena menghargaimu jadi sebaiknya kau balas menghargaiku. Jangan sampai aku juga meremukkan tulangmu hanya karena hal yang tak penting." peringat Kaisar Qiang seraya menaikkan alisnya sebelah.

Nona Yun tersenyum miring, ia mendorong tubuh Kaisar Qiang agar pria itu mau melepaskan pelukan kasarnya namun hasilnya nihil karena kekuatan sang kaisar melebihi dirinya.

"Kau kira aku akan runtuh dengan ancamanmu Kaisar Qiang? Kau salah." ucap Nona Yun dengan berani seraya meraih rahang tegas Kaisar Qiang.

"Kau bisa menakut-nakutiku tapi kau sama sekali tak bisa mengancamku. Sungguh kasihan!" jawab Nona Yun lalu kembali tersenyum meremehkan.

Kaisar Qiang mendengus kasar, ia lalu menghempaskan tubuh Nona Yun sekerasnya membuat gadis itu terhuyung mundur dan terbentur dinding istana. Perlahan tatapan mematikan sang kaisar tertanam di kedua bola mata Nona Yun, pria itu maju beberapa langkah lantas mengunci tubuh Nona Yun dengan kedua tangannya.

"Aku mengakui keberanianmu Nona Yun, kau bahkan lebih tangguh dari Panglimaku sendiri. Jadi katakan padaku kenapa kau berkeliaran di luar ruanganmu?" tanya Kaisar Qiang sambil mendekatkan wajahnya ke hadapan wajah Nona Yun.

"Sopanlah sedikit Kaisar mesum, bagaimana bisa aku berbicara jika wajahmu saja terpampang jelas di depan hidungku." tukas Nona Yun kesal.

Kaisar Qiang memundurkan wajahnya sambil mengangkat sebelah alisnya. Ia memalingkan wajah dan kembali menyembunyikan kedua tangan di punggung kekarnya.

"Pergilah kembali ke ruanganmu, jangan membuat semua orang tertarik padamu. Jika kau terpaksa keluar setidaknya pakailah cadarmu aku tidak suka kau terlihat mencolok dan menimbulkan keributan." peringat Kaisar Qiang dingin lantas berlalu dari hadapan Nona Yun.

"Hei... Hei kau aku ingin bicara denganmu!" teriak Nona Yun pada Kaisar namun tak ada jawaban sama sekali dari bibir Kaisar. Pria itu tetap berlalu bersama para pengawal setianya menuju ke arah aula istana.

Nona Yun kesal namun ia tak pantas menyalahkan Kaisar Qiang, ia seorang Kaisar dan tugasnya lebih penting dibanding mendengarkan keluh kesahnya. Menyebalkan.

****
Rutinitas yang membosankan membuat Nona Yun makin kesal pada hidupnya. Dulu ketika ia masih tinggal di kerajaannya, ia bisa berburu atau bermain meskipun hanya lempar belati atau bermain panahan namun selama ia tinggal di istana milik Kaisar Qiang sialan itu ia sama sekali tak bisa menikmati hidupnya.

Malam ini Nona Yun menghabiskan waktunya untuk berendam di bak mandi. Ia enggan keluar karena baginya berendam bagai kudanil cukup menenangkan pikirannya. Sejenak ia memejamkan kedua matanya, menikmati air hangat dan harumnya bunga mawar di pemandiannya.

"Katanya kau ingin berbicara denganku rupanya kau justru berendam seperti kudanil di sini." singgung suara itu terdengar familiar.

Mata Nona Yun segera membuka dengan cepat, wajahnya langsung merona merah ketika melihat Kaisar Qiang berdiri di ambang pintu menatapinya yang telanjang sambil bersedekap santai.

"A... Apa? Kenapa kau tak mengetuk pintu dulu! Dasar kau pengintip orang mandi! Tunjukkan kesopananmu." sembur Nona Yun kelabakan sambil merendahkan tubuhnya di bak hingga tinggal sebatas bahu.

Kaisar Qiang tak ambil peduli, ia berjalan mendekat lalu duduk di pinggir bak pemandian membuat Nona Yun semakin merah wajahnya karena merasa malu.

"Katakan padaku apa yang ingin kau katakan?" ucap Kaisar Qiang sambil menatap mata Nona Yun intens.

"Bagaimana bisa aku berbicara dengan cara seperti ini Kaisar Mesum!" sembur Nona Yun salah tingkah.

"Lalu haruskah aku membelakangimu? Haruskah kita bicara dengan cara bodoh seperti itu?" tegas Kaisar Qiang melotot.

"Simpan matamu Kaisar mesum! Keluar dari pemandianku dan kita bicara diluar!" perintah Nona Yun mati-matian menahan rasa malunya.

Kaisar Qiang mendengus kesal lalu berdiri cepat, ia melakukannya bukan untuk segera keluar namun ia justru melepas jubah besarnya hingga bertelanjang dada. Nona Yun makin kesal dan panik melihat gelagat buruk kaisar mesum itu.

"Hai kau mau apa? Aku sudah memerintahkanmu untuk keluar tapi kenapa....."

Byuur.

Kaisar Qiang justru masuk ke dalam pemandiannya dan ikut duduk menikmati hangatnya air dan harumnya bunga mawar dengan wajah dinginnya.

"Ini juga pemandianku Nona Yun, apa kau lupa? Sekarang katakan padaku apa yang ingin kau katakan?" ucap Kaisar Qiang pelan.

Nona Yun masih terdiam, ia merasa tidak nyaman akan kehadiran Kaisar Qiang di bak mandinya. Perlahan ia menggapai kainnya di seberang dan hendak keluar. Kaisar Qiang hanya diam dan terus melirik namun dalam hatinya ia mulai berpikir licik.

Sesaat ia memainkan kekuatannya untuk menjauhkan kain itu dari jangkauan Nona Yun, Kaisar Qiang tersenyum geli namun ia berpura-pura untuk tidak menghiraukannya.

Nona Yun yang tidak sadar dipermainkan terus berusaha menggapainya hingga tidak tahu jika Kaisar Qiang sudah ada di belakangnya.

"Perlu aku bantu Nona Yun?" bisiknya di telinga Nona Yun membuat gadis itu membelalakkan matanya lalu menoleh cepat.

"Menjauhlah dariku!" ucap Nona Yun lalu mendorong dada sang kaisar namun pria itu justru menarik tangan Nona Yun hingga mereka berdua jatuh bersama-sama.

Tatapan mereka bertemu satu sama lain hingga akhirnya Kaisar Qiang menampakkan senyumnya di hadapan Nona Yun.

"Lihatlah siapa yang mesum kali ini? Kau justru meraba-raba dadaku."  celetuk Kaisar Qiang membuat Nona Yun kembali membelakkan matanya dan berusaha bangkit namun Kaisar Qiang lalu merengkuh punggung gadis itu seolah tak ingin melepaskannya.

"Katakan padaku apa yang ingin kau katakan dan aku akan katakan apa yang ingin ku katakan padamu." ucap Kaisar Qiang kembali serius.

Wajah Nona Yun memerah, ia terus berusaha melepaskan dirinya hingga akhirnya sang kaisar melepaskannya.

"Aku... Aku tak bisa bicara jika posisi kita seperti ini. Maka dari itu keluarlah dulu dari..... Ehmmn.."

Kaisar Qiang mengecup bibirnya, membuyarkan kata-kata yang Nona Yun susun. Gadis itu menolak namun Kaisar terlalu keras menekan kepalanya dan cukup membuatnya tak berkutik.

Nona Yun memalingkan wajahnya yang merah ketika Kaisar Qiang memandangnya sekali lagi. Perasaan bencinya tergantikan oleh perasaan tak karuan yang entah Nona Yun sendiri tak bisa mendefinisikan.

"Aku akan kembali lagi nanti, segeralah berganti pakaian." ucap Kaisar Qiang sambil berdiri dan keluar dari pemandian.

Pria itu meraih jubahnya dan meninggalkannya tanpa menoleh sekalipun. Mata Nona Yun menatapnya, ada sesuatu yang berubah dalam hatinya. Entah apa itu. Perasaan semacam rasa kehilangan namun....

Nona Yun memukul air, ia mengusap bibirnya kasar. Ia mencengkeramkan tangannya dalam air seakan menguatkan tekad.

"Aku tidak boleh goyah. Aku tidak boleh memiliki perasaan pada pria sialan itu! Ingatlah dia yang sudah membuat hidupmu sengsara."

*******************

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top