RASA TAK INGIN KEHILANGAN
***
Hari ini menjadi hari terakhir pesta pernikahan sang kaisar, sungguh hari yang tak bisa terlupakan bagi siapa saja yang turut menyaksikan kejadian mengerikan tersebut.
Semua tamu undangan terburu-buru untuk segera pulang, daripada pulang hanya tinggal nama mereka lebih memilih untuk segera pergi dan meninggalkan pesta. Bagi Liuu Qiang Wen hal ini sungguh mengecewakan tapi ia juga tidak menyalahkan atas perbuatan Nona Yun.
Tidak ada asap jika tidak ada api, Kaisar sendirilah yang sebenarnya menciptakan kegaduhan ini dan pada dirinyalah semua ini harus dipertanggungjawabkan. Pria itu sudah membuat mempelainya marah besar, rupanya memang ada orang yang tidak menyukai hubungan mereka dan sengaja membakar emosi dari masing-masing pihak.
Kaisar Qiang tahu jika hubungan berbeda golongan seperti ini memang rawan konflik, ia cukup memahami namun tidak bagi kaum iblis semacam Nona Yun. Kesalahan Qiang Wen di sini adalah ia kurang berkomunikasi sehingga membuat Nona Yun salah besar dan berbuat semaunya sendiri.
"Kenapa kau tak kunjung membalasku, Qiang Wen? Bukankah kau seorang kaisar yang mematikan? Kenapa kau diam saja sedari tadi?" tegas Nona Yun keras tanpa menurunkan tangannya yang masih mencengkeram erat leher sang Kaisar dengan begitu erat.
Tangan kirinya yang semula mengepal kini membuka di udara, matanya yang awas seolah ingin menunjukkan sebuah pertunjukan gratis bagi suaminya. Dengan cepat sebuah api meletup dari tangan kiri Nona Yun, ia siap membakar jiwa yang kini tengah berada dalam cengkeramannya.
"Mau tahu bagaimana rasanya dibakar hidup-hidup Yang Mulia? Mau tahu bagaimana rasanya dicelupkan di dalam timah panas? Apa kau ingin mencobanya?" tantang Nona Yun dengan mata menyorot mengerikan.
Kaisar Qiang masih bungkam, ia melirik sejenak ke arah tangan Nona Yun yang berapi-api. Sedikit pelan lalu membuat Yun Xiaowen terlena, dengan cekatan Kaisar Qiang menangkap tangan Nona Yun lantas menghempaskannya kuat-kuat.
Gadis bersurai putih itu terhempas kuat hingga semua ornamen di singgasana istana pecah berkeping-keping, Nona Yun mengepalkan tangannya erat. Sisi pinggulnya terasa nyeri, baru saja ia bangkit sebuah tangan kekar mencengkeram bahunya. Nona Yun mendongak, dengan sigap ia menarik tangan Qiang Wen kuat-kuat. Dengan tenaganya yang berkekuatan hebat, Yun Xiaowen mampu merobohkan Qiang Wen. Gadis itu mencengkeram leher sang kaisar, melayangkan
pukulan tangannya sekeras mungkin.
"Kau harus membayarnya Qiang Wen, harus mengganti nyawa rakyatku!" ucap Nona Yun terus memukul kepala Qiang Wen membabi buta.
Kaisar Qiang tak mau kalah, ia meraih punggung Yun Xiaowen dan menghempaskannya hingga membentur dinding istana.
Gadis itu sekali lagi terhempas, darah segarnya menghambur kemana-mana. Nona Yun mencoba bangkit dengan sisa-sisa tenaganya, ia meremas jemarinya ketika mendapati Qiang Wen datang mendekatinya.
Pria itu menarik lengan Nona Yun dan menyuruhnya berdiri dengan kasar. Tatapan dingin nan menusuk kini terlontar ke mata Nona Yun, Kaisar Qiang menekan rahang Nona Yun seolah ingin menghancurkannya.
"Ketahuilah istriku, aku tidak pernah menusukmu dari belakang. Apa yang kulakukan memang sudahlah benar, rakyatmu memasuki wilayahku tanpa seijinku. Kau anggap suamimu ini apa? Aku bukan orang biasa, aku orang berkuasa. Aku tidak akan membahayakan jiwa rakyatku karena ulah rakyatmu." tegas Kaisar Qiang menekankan.
Yun Xiaowen mencuramkan alisnya, ia mencoba melepaskan genggaman tangan suaminya di rahangnya yang semakin terasa begitu ngilu. Ia menendang perut suaminya dengan sangat kasar hingga pria itu terhuyung mundur.
"Kau melakukan apa yang kau anggap benar dan aku... Aku juga akan melakukan hal yang aku anggap benar. Aku tahu bagaimana rakyatku, aku juga tahu bagaimana rakyatmu. Mulai sekarang tidak ada kata KITA lagi diantara kita Qiang Wen. Kita akhiri semuanya di sini." tegas Yun Xiaowen seraya membuka tangan kanannya dan secara ajaib muncul sebuah pedang kebanggaan rakyat iblis.
"Mulai sekarang aku takkan tinggal di istanamu, aku akan pergi menuruti isi hatiku. Aku akan pergi dan membantai setiap manusia yang aku jumpai. Ingat Qiang Wen, ada garis diantara kita. Jangan mencoba menghapusnya, takdir memang menuliskan bahwa kita memang ditakdirkan untuk saling bermusuhan." tegas Nona Yun terdengar begitu menyakitkan.
Kaisar Qiang terdiam, ia menatap jauh ke dalam bola mata Nona Yun yang memerah pekat. Ia tak bisa berbuat apa-apa ketika Yun Xiaowen mengarahkan pedang ke arahnya seraya mendekatinya dengan tatapan penuh berani.
Langkah Yun Xiaowen terhenti, pedangnya terpelanting ketika sebuah pedang menangkis pedangnya cukup kuat. Yun Xiaowen menoleh, ia menatap bengis pada Panglima Xue yang ikut campur urusannya. Gadis itu berlari menghadang langkah Panglima Xue, menyambutnya dengan pukulan tangannya.
Secara refleks sang panglima menangkis, ia berhasil menghindar meskipun ia terus tersudut karena kekuatan Yun Xiaowen meningkat menjadi sangat hebat. Gadis bersurai panjang itu meraih baju sang panglima, merobeknya hingga membuat pria itu hampir bertelanjang dada. Kuku tajam Yun Xiaowen terlihat mampu melukainya, sang panglima mundur ketika Nona Yun terus menyerang dan mendesaknya.
Melihat istrinya bertindak demikian, Qiang Wen tak bisa mendiamkan. Ia melangkah mendekatinya dan meraih tangannya namun ditepis mentah-mentah oleh Yun Xiaowen, hal itu membuat Qiang Wen mau tak mau memukul bahu istrinya hingga roboh. Dengan secepat kilat, Qiang Wen mengeluarkan belati dari telapak tangannya lantas bergegas menancapkannya di bahu sang istri.
Yun Xiaowen tak bisa menghindar, darahnya memuncrat mengenai tangan Sang Kaisar. Gadis itu mencoba bangkit, mencabut belati yang menusuk bahunya dengan kasar. Sinar matanya masih membara penuh kebencian, ia menatap Qiang Wen penuh dendam hingga akhirnya perlahan ia menutup matanya dan roboh ke tanah.
Kaisar Qiang segera menangkap tubuh Nona Yun, mendekapnya dengan lembut dan memeluknya dengan begitu hangat.
"Maaf... Hanya dengan melukaimu, aku bisa menghentikanmu Yun Xiaowen."
****
Masih terbayang di benak Liuu Qiang Wen bagaimana gadis yang ia cintai berubah menjadi sangat mengerikan seperti monster ketika ia marah dan terlukai. Hatinya tergigit ketika benaknya kembali membayangkan bagaimana gadis itu merobek pakaian panglimanya dan hampir melihat dada kekarnya. Entah kenapa ia merasa sangat sakit ketika Yun Xiaowen berbuat demikian pada sang panglima.
Liuu Qiang Wen membuka matanya yang sekian lama terpejam guna menenangkan pikirannya yang mendidih bak air panas. Sejenak ia menyimpulkan bahwa ia cemburu ketika melihat Nona Yun bertindak liar terhadap panglimanya meskipun ia sendiri tahu bahwa Nona Yun tak punya maksud apa-apa dengan Panglima Xue.
"Yang Mulia.." sapa Panglima Xue seraya membungkuk memberi salam penghormatan. Sang kaisar hanya meliriknya sejenak lalu menghembuskan nafas dalam-dalam.
"Kita harus segera memecahkan kasus ini, Panglima Xue. Aku tidak ingin tujuanku semula berubah menjadi hal yang sia-sia." ucap Kaisar Qiang serius tanpa menatap wajah sang panglima.
"Baik Yang Mulia. Saya akan melaksanakan apapun perintah anda." jawab Panglima Xue patuh.
"Siapkan beberapa pasukan kita, besok aku sendirilah yang akan menghadapi pasukan kaum iblis." putus Kaisar Qiang serius.
"Tapi Yang Mulia...."
"Lakukan apa yang aku perintahkan, jika kau sudah mengerti segeralah pergi!" perintah Kaisar tegas dengan nada setengah berteriak.
"Baik Yang Mulia, saya mohon undur diri."ucap sang panglima lalu membungkuk dan bergegas pergi dari hadapan sang kaisar.
Pria berpakaian kebesaran warna putih keemasan itu kini kembali sendiri, ia merasa tidak nyaman ketika harus bercakap dengan Panglimanya disebabkan rasa cemburunya yang tak kunjung habis. Sang kaisar kembali menghembuskan nafasnya kasar, ia berusaha menahan egonya jika tidak maka ia akan kehilangan kendali dan membunuh panglimanya yang tidak berdosa sama sekali.
"Yang Mulia... Yang Mulia Qiang..." panggil Pangeran Hong seraya menerobos pertahanan penjaga di pintu kediaman sang kaisar.
Liuu Qiang Wen menoleh, ia menatap wajah adik istrinya dengan tatapan tak mengerti. Di belakangnya terdapat sang penjaga pintu yang bersujud padanya berkali-kali.
"Ampun Yang Mulia... Ampun... Kami todak bisa mencegah kedatangan Pangeran Hong." ucapnya dengan ketakutan.
"Tak apa, pergilah!" titah Qiang Wen dingin sembari mengibaskan tangannya.
Sang penjaga membungkuk dalam-dalam sekali lagi sebelum ia undur diri dari hadapan sang kaisar. Saat ini sang kaisar tengah menatap Pangeran Hong yang berdiri di hadapannya tanpa berusaha bertanya ataupun menyapa terlebih dahulu. Kaisar sepertinya memberi ruang untuk Pangeran Hong untuk memulai percakapan diantara mereka.
"Yang Mulia... Kenapa anda melukai kakak saya padahal anda mengaku bahwa anda menyukainya? Kenapa manusia terlihat begitu rumit pemikirannya?" tanya Pangeran Hong mencuramkan alisnya.
"Pangeran Hong... Aku melukai kakakmu karena aku memang menyukainya." jawab Kaisar Qiang dingin dan lirih.
"Kenapa? Apakah itu sebuah ekspresi dari rasa suka seorang manusia? Apakah mereka gemar melukai hanya untuk menunjukkan rasa sukanya Yang Mulia?" tanya Pangeran Hong tak habis pikir.
Kaisar Qiang terdiam, ia melangkah menuju kursi empuk kesayangannya lalu duduk dan memainkan jemarinya diatas meja.
"Aku melukai kakakmu bukan karena sengaja, Pangeran Hong. Aku hanya tahu cara itu untuk menghentikan keganasan kakakmu."
"Kakakku tidak akan pernah marah besar kecuali ada sesuatu yang benar-benar membuatnya marah. Yang Mulia katakan padaku, ada apa diantara kalian? Sepertinya ada sesuatu diantara kalian." ucap Pangeran Hong menaruh curiga.
Kaisar Qiang terdiam, ia lebih memilih membuka laporannya dan pura-pura membaca dengan ekspresi dingin.
"Daripada kau bertanya sesuatu yang tidak penting sebaiknya kau katakan padaku bagaimana caranya meredam kemarahan kakakmu." ucap Kaisar Qiang lirih lalu melempar tatapannya ke arah Pangeran Hong.
"Jika kakakku sudah marah maka sulit untuk menenangkannya. Sebaiknya Yang Mulia tidak menyinggung perasaannya jika menginginkan Kakakku bisa berangsur kembali seperti semula. Yang Mulia.... Aku dengar... Tujuh dunia besar itu....."
Ucapan Pangeran Hong terhenti ketika sang kaisar melempar tatapannya ke arah dirinya. Sejenak Pangeran Hong tahu bahwa ada sesuatu diantara sang kaisar dengan sang kakak, Yun Xiaowen.
"Yang Mulia apa benar anda menginginkan Tujuh Dunia besar? Aku harap anda tidak menginginkannya." imbuh Pangeran Hong dengan wajah kecewa.
"Apa maksudmu?"
"Anda akan menyesal jika mendapatkannya Yang Mulia. Aku harap anda tidak bersungguh-sungguh untuk meraihnya. Yang Mulia, Kakakku memang tahu segala hal tapi aku mohon jangan manfaatkan dia terlalu sering. Aku tidak ingin kehilangan dirinya." ucap Pangeran Hong lirih dan sedih.
"Apa maksudmu? Berbicaralah yang jelas Pangeran Hong!"
"Jika Kakakku marah, penampilannya akan berubah mengerikan. Ia juga sanggup menahan lapar dan hausnya selama berminggu-minggu, jika ia terus menerus seperti itu ia akan kehilangan jati dirinya. Aku tidak ingin kehilangan kakakku Yang Mulia." ucap Pangeran Hong khawatir.
"Kita tidak akan pernah kehilangannya, Pangeran Hong. Percayalah padaku, aku akan berusaha mengembalikan keadaan seperti semula. Sekarang pergi dan beristirahatlah Pangeran Hong." ucap Kaisar Qiang tenang dan dingin.
"Baik Yang Mulia." ucap Pangeran Hong lalu membungkuk dan bergegas pergi dari hadapan sang kaisar.
Liuu Qiang Wen kembali menghela nafas, ia mendongak menatap langit-langit kediamannya. Pikirannya jauh menerawang, ada cita-cita yang ingin ia capai melalui Nona Yun. Jika ia kehilangan Nona Yun maka ia juga akan kehilangan cita-cita terbesarnya. Kaisar Qiang Wen menggeleng pelan, ia tidak ingin kehilangan keduanya baik Nona Yun ataupun ambisinya.
"Apapun yang terjadi, aku harus segera menemukan jalan keluarnya. Aku bersumpah jika aku menemukan dalang dibalik semua ini maka aku akan menghukumnya seberat mungkin." gumam Kaisar Qiang pada dirinya sendiri.
"Tapi kenapa Pangeran Hong sepertinya sedih ketika ia menyinggung soal tujuh dunia besar? Ada apa sebenarnya? Kenapa aku beranggapan ada sesuatu yang kurang baik di sini? Tapi... Apakah itu?? Kenapa aku tidak dapat merasakannya? Sebenarnya.... Ada apa??"
***
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top