RASA INGIN TAHU

***
Mata Yun Xiaowen masih tertuju pada Selir Hana, ia mulai ragu karena sudah menganggap wanita cantik itu berhati baik. Rupanya dugaannya salah, bahkan telinganya masih dengan jelas mendengarkan bahwa wanita itu justru memintanya untuk menjauhi Kaisar Qiang.

"Apa? Apa maksudmu Selir Hana?" tanya Nona Yun tak habis pikir.

Selir Hana menghela nafas lalu tertunduk sedih, dari airmukanya ia tengah memendam perasaan yang begitu dalam. Wanita itu lama terdiam hingga akhirnya ia membuka suaranya yang lirih.

"Aku sendiri tidak tahu persis apa yang tengah aku pikirkan. Sebenarnya kedekatanmu dengan Yang Mulia Kaisar membuatku cemburu. Bukan aku saja tapi seluruh selir yang ia punya." ucap Selir Hana menunduk, perlahan airmatanya turun ke pipi.

"Kenapa? Kenapa bisa seperti itu?" tanya Nona Yun tak mengerti.

"Karena Yang Mulia tidak pernah memperlakukan kami selayaknya selir Nona Yun. Ketika kami mendengar kabar bahwa beliau akan mengambil seorang ratu dari bangsa iblis, kami sempat berontak. Bagi kami yang bangsa manusia saja tidak mampu mengikat hatinya lalu bagaimana dengan dirimu yang hanya seorang iblis. Kami iri bahkan sebagian dari kami berusaha menjatuhkanmu karena kami tidak menyukaimu. Tapi sebagian dari kami ada yang memilih diam karena kami tahu melawan bukanlah cara terbaik. Kaisar Qiang tak segan-segan akan memperlakukan kami dengan buruk kalau sampai kami melawan keinginannya." aku Selir Hana pelan.

Nona Yun tertegun mendengar pengakuan Selir Hana yang mengejutkan itu. Ia tak menyangka jika kedatangannya di istana megah ini justru membawa masalah terlalu rumit bagi dirinya maupun orang-orang sekitarnya.

"Aku bukanlah orang jahat Nona Yun, aku tidak seperti Selir Sun atau Selir Won. Aku tidak ingin menjatuhkanmu, kau memang pantas mendapatkan hak istimewamu sebagai orang terspesial di hati Kaisar tapi aku juga memintamu untuk menjauhinya karena satu kali saja Kaisar Qiang jatuh cinta padamu maka kau takkan bisa terlepas lagi darinya. Apakah kau tak ingin kembali ke bangsamu? Itu sama saja dengan kau minum madu dan racun secara bersamaan." ucap Selir Hana panjang lebar.

Nona Yun terdiam, otaknya terus mencerna setiap ucapan Selir Hana kepadanya. Tak ada salahnya jika ia mendengarkan setiap ucapan wanita itu dengan lebih bijak.

"Dicintai Kaisar adalah kebanggaan Nona Yun, hal itu akan membuat siapa saja berlomba untuk meraup keuntungan namun di lain pihak perlahan kau akan merasakan bahwa Kaisar akan merampas hidupmu yang sebenarnya." imbuh Selir Hana sembari menatap Nona Yun yang masih membungkam mulutnya karena merasa bingung.

"Nona Yun aku memintamu agar menjauh dari Kaisar bukan semata aku iri atau apa, tapi aku menyayangkan hidupmu. Namun semua keputusan ada padamu Nona Yun, meskipun aku iri keputusan Kaisar adalah mutlak. Aku tidak bisa berbuat banyak lagi." ungkap Selir Hana dengan wajah sedih.

Perlahan wanita muda itu bangkit dari kursi taman, menghapus airmatanya dan menatap Nona Yun penuh rasa harap.

"Baiklah aku harus pergi sekarang, Nona Yun. Aku tidak ingin kedatanganku ini akan menimbulkan masalah baru jika sampai Kaisar Qiang tahu." ucap Selir Hana sopan lalu mencoba tersenyum simpul.

Wanita bersurai panjang itu membungkukkan badan pada calon ratu mereka lantas berbalik badan. Namun ketika ia sampai di depan pintu taman mendadak sang kaisar muncul. Selir Hana dan Kaisar Qiang saling bertatapan, ada firasat tersembunyi di balik tatapan sang kaisar apalagi saat Selir Hana hanya bisa tertunduk lalu membungkuk hormat padanya.

Meski canggung Selir Hana kembali berlalu tanpa bicara sedikitpun, membuat sang kaisar kembali bertanya-tanya. Ada apakah hingga wanita itu berani menemui calon ratunya?! Hal apa yang mereka bicarakan hingga wajah Selir Hana terlihat tegang seperti itu?

Kaisar berbalik badan hendak mengejar Selir Hana dan bertanya namun Nona Yun bisa bergerak cepat, gadis iblis itu segera menarik lengan Kaisar Qiang hingga sang kaisar berbalik ke arahnya dan tak jadi mengejar langkah Selir Hana.

"Ada apa Yang Mulia?" tanya Nona Yun cepat sembari mendongak dan menatap mata sang kaisar yang begitu teramat tajam.

Mereka bertatapan cukup lama, rasa curiga masih terpampang jelas di kedua bola mata sang kaisar. Mau tak mau Nona Yun harus menahan pria itu agar tidak jadi mengejar Selir Hana.

"Apakah kau mencariku? Atau kau rindu ingin berdebat denganku?" imbuh Nona Yun dengan percaya diri membuat dahi sang kaisar mengernyit tak mengerti.

"Wanita itu~, apa yang sudah ia lakukan padamu?" tanya Kaisar Qiang terus menaruh curiga.

"Tidak ada." jawab Nona Yun singkat.

"Kau bohong!"

"Lantas untuk apa Yang Mulia datang kemari? Ingin bertemu denganku atau mengajak berdebat denganku? Kau sudah ada di sini lalu untuk apa bertanya soal perempuan lain padaku?" tanya Nona Yun berani dan sedikit lantang.

Air muka Kaisar Qiang sedikit berubah aneh, sejenak hatinya mendadak terasa terbang ke langit ketika mendengar pengakuan tersirat Nona Yun. Melihat sang kaisar sepertinya salah tafsir, Nona Yun buru-buru meralatnya.

"Ma.. Maksudku bilang saja apa maumu datang kemari? Jangan anggap jika aku melarangmu berbicara soal perempuan lain di sini itu adalah karena aku cemburu, ya. Aku sama sekali tak punya perasaan seperti itu." elak Nona Yun cepat lalu melengos karena merasa wajahnya memanas dan ia sendiri jadi salah tingkah.

Sang kaisar tersenyum geli melihat ekspresi wajah Nona Yun namun ia menyamarkannya dengan pura-pura mengernyitkan dahi dan menggeleng pelan.

"Aku hanya tidak ingin ia mempengaruhimu, itu saja." ucap Kaisar Qiang tegas.

"Tidak, ia tidak mempengaruhiku kok. Dia datang karena merasa jenuh sendirian." elak Nona Yun lalu berbalik badan membelakangi Kaisar Qiang.

Tak ada jawaban dari bibir tipis sang kaisar namun tanpa diduga sedikitpun pria itu lalu memeluk Nona Yun dari belakang membuat suasana batin Nona Yun terus memanas. Gadis itu berusaha berontak namun semakin ia berontak, ia merasa dayanya semakin berkurang dan tidak bisa berbuat banyak lagi.

"Jangan pernah melindungi siapapun Nona Yun walau kau berusaha menyembunyikannya rapat-rapat dariku, aku akan tetap tahu apa yang sedang kau sembunyikan dariku. Sekarang jujurlah padaku, apa yang tengah kalian bicarakan tadi?" bisik Kaisar Qianh dingin di telinga Nona Yun Xiaowen.

"Aku sudah bilang tidak ada, apa aku kurang jelas memberitahumu?" elak Nona Yun dengan kesal.

"Baiklah jika kau tak ingin bicara. Lambat laun Kaisar Qiang akan segera mengetahuinya." lanjut Kaisar Qiang lalu melepaskan pelukannya dengan begitu kasar.

Pria bermata tajam bak elang itu berbalik badan dan meninggalkan Nona Yun sendirian. Gadis itu berusaha mengejar langkahnya namun kalah cepat karena langkah kaki sang kaisar begitu cepat.

Wajah Nona Yun mendadak terlihat cemas, ia makin cemas ketika ingat setiap ucapan Selir Hana tentang kegemaran Kaisar yang suka bertindak sesukanya sendiri dalam menghukum seseorang.

"Aku harap pria aneh itu tidak bertingkah sesukanya sendiri."

****

Selir Hana memasuki kediamannya dengan wajah ketakutan, ia mengusap peluhnya yang mengucur deras. Setelah pertemuannya dengan Kaisar Qiang di taman ruang utama tadi, ia merasa jika Kaisar akan mulai menghantuinya. Wanita itu membayangkan bagaimana wajah Kaisar Qiang ketika memergokinya tadi, sejenak ia bergidik ngeri dan menggelengkan kepalanya seolah ingin mengusir bayangan tersebut.

"Semoga Kaisar tidak datang kemari dan tidak menghukumku." gumam Selir Hana was-was lalu berjalan menuju ke cermin.

Sesaat Selir Hana menatap wajahnya di sana, ia merasa menyesal sudah menyampaikan emosinya pada Nona Yun. Gadis iblis yang tidak ada sangkut pautnya dengan dirinya dan juga Kaisar.

"Seharusnya aku tadi tidak menghampiri di kediamannya, ini sungguh berbahaya bagiku tapi..." Selir Hana memberi jeda sesaat pada ucapannya, "Aku tidak betah jika harus memendamnya sendiri. Aku sungguh mencintai Kaisar bahkan kebaikanku selama ini tak mampu membelokkan hatinya yang dingin. Aku...."

"Yang Mulia Selir Hana, Kaisar Qiang Wen ingin bertemu dengan anda." suara pelayan yang berjaga di depan pintu kediamannya mengumumkan.

Deg.

Jantung Selir Hana seolah dijatuhi batu seberat ribuan kilo, nafasnya tercekat. Perlahan ia bangkit dan berbalik ketika pria idamannya itu memasuki kediamannya dengan langkah tenang.

"Yang Mulia..." ucap Selir Hana sambil membungkuk hormat.

Kaisar Qiang tak menjawab, ia terus memperhatikan wajah cantik Selir Hana lalu berjalan mendekatinya. Perlahan ia mengelus rambut Selir Hana dan menciumnya.

"Kau sangat wangi Selir Hana, aku sampai lupa bahwa aku memiliki selir secantik dirimu. Andaikan saja aku tidak pernah kesulitan dalam mengatur perasaanku maka niscaya kau adalah perempuan pertama yang akan aku sentuh." ucap Kaisar Qiang mengungkapkan kekagumannya.

"Terimakasih Yang Mulia." jawab Selir Hana lirih dan tertunduk.

"Kau adalah gadis baik, kau tak pernah bertingkah merepotkan, tidak seperti selirku yang lainnya. Aku sangat menghargaimu Nona Hana." sanjung Kaisar lagi sambil menatap wajah Selir Hana yang memerah.

"Apakah kau sudah mengunjungi sesama rekanmu, Selir Hana? Selir Sun yang sekarang jadi bisu karena mulut lancangnya dan Selir Won yang harus kesakitan di lengannya menahan racun yang sangat berbahaya. Apakah kau ingin bernasib sama dengannya?" lontar Kaisar Qiang pelan namun menusuk.

Selir Hana tercekat, ia tak mampu menyembunyikan kekagetannya akibat ucapan Kaisar yang begitu menusuk jantungnya begitu dalam.

"Tentu saja tidak, kan? Sekarang katakan padaku apa yang sudah kau katakan pada Nona Yun?" desak Kaisar Qiang dingin.

"Yang Mulia saya... Saya hanya sekadar menyapanya, itu saja." jawab Selir Hana terbata-bata membuat kecurigaan Kaisar Qiang makin menguap.

"Kau tidak pandai berbohong Selir Hana? Sekarang pilihlah antara diceraikan atau kau berkata jujur padaku?" ucap Kaisar Qiang mengajukan pilihan.

Tubuh Selir Hana gemetar bukan main, ia memang tidak pandai berbohong apalagi dengan orang yang ia sayangi. Gadis itu lantas menjatuhkan diri di hadapan sang kaisar, ia menangis sejadi-jadinya menyadari kesalahannya.

"Ampuni saya Yang Mulia, saya melakukan kesalahan fatal. Seharusnya saya tidak datang ke sana dan berkata apapun. Ampuni saya Yang Mulia." tangis Selir Hana ketakutan.

Kaisar Qiang lalu berjongkok di hadapan Selir Hana, ia menghapus airmata yang membasahi wajah selirnya dengan lembut.

"Apa yang sudah kau katakan Selir Hana?" tanya Kaisar Qiang lirih.

"Saya hanya meminta agar Nona Yun menjauhi anda, saya mencintai anda setulus hati saya namun anda sama sekali tak berpaling ke arah saya. Yang Mulia, saya punya hati dan saya bisa cemburu." aku Selir Hana terus terisak pedih.

Kaisar Qiang terdiam, ia mengernyitkan dahinya sejenak.

"Tidak ada salahnya kau cemburu tapi tidak dibenarkan jika kau menghasud Nona Yun untuk menjauhiku. Kau tahu, kau cemburu karena kau membiarkan matamu untuk melihat dan telingamu untuk mendengar semuanya tentang aku dan Nona Yun. Lalu apakah aku harus menghukummu Selir Hana?" ucap Kaisar Qiang melontarkan pertanyaan.

Selir Hana tercekat, ia tidak bisa membayangkan hukuman apa yang akan ia terima meskipun ia sudah memilih untuk jujur sekalipun.

"Haruskah aku memberimu racun? Mencongkel mata indahmu agar kau tak melihat lagi? Atau haruskah aku memotong lidahmu agar kau bisa berhati-hati lagi dalam berbicara?" ucap Kaisar Qiang terdengar mengerikan.

"Ampun Yang Mulia." ucap Selir Hana terus terisak karena tak mampu membayangkan hukuman yang ditawarkan sang kaisar padanya.

"Sepertinya aku memang perlu menghukummu karena kau sudah berusaha menjauhkan Nona Yun dariku. Meskipun kau jujur, perbuatanmu tak bisa dimaafkan." ujar Kaisar Qiang serius lalu mencabut belatinya.

"Yang Mulia...." desis Selir Hana semakin gemetar ketakutan.

Kaisar Qiang tetap kukuh pendiriannya, ia berniat ingin menghukum Selir Hana dengan belatinya namun sebelum belati itu menyentuh kulit sang selir, Nona Yun datang menyelamatkannya tepat waktu.

Dengan kekuatannya, belati itu mampu ia buang dari tangan sang kaisar dan terlempar jauh dari jangkauan sang kaisar.

"Kau sama sekali tak bisa menilai arti sebuah kejujuran Kaisar Qiang." tukas Nona Yun lalu menghampiri Kaisar Qiang yang terlihat murka.

"Apakah ini memang sudah jadi kegemaranmu Kaisar Qiang? Berhentilah bermain-main dengan nyawa seseorang. Kenapa di hatimu selalu ada amarah padahal Selir Hana sudah jujur padamu?" ucap Nona Yun kesal karena ketidakadilan Kaisar Qiang.

"Kau sungguh tidak sopan Nona Yun." tukas Kaisar Qiang tak suka sambil berdiri dari jongkoknya.

"Kau yang tidak bisa bersikap adil pada selir-selirmu, Kaisar Qiang. Mereka ini wanita, mereka ini manusia. Jika kau berasal dari manusia kau pasti bisa merasakan bagaimana rasanya jadi mereka. Apa gunanya kau memiliki banyak selir tapi kau sama sekali tidak adil pada mereka? Kaisar Qiang mereka adalah selirmu bukan pajanganmu, yang setiap waktu meminta perhatianmu bukan hukuman darimu." tegas Nona Yun mencuramkan alisnya.

Kaisar Qiang tertegun, ia terdiam cukup lama dan terus menyorot mata berontak Nona Yun yang ditujukan kepadanya.

"Lalu katakan padaku, apa yang harus aku lakukan pada Selir Hana? Haruskah aku bersikap adil padanya, pada orang yang sudah menentang keinginanku?"

"Lihatlah kejujurannya Kaisar Qiang!" tegas Nona Yun menekankan dengan wajah kesal.

"Baiklah!"

Kaisar Qiang lalu menarik lengan Selir Hana agar wanita itu segera berdiri dari bersimpuhnya. Tanpa ragu sedikitpun Kaisar Qiang meraih rahang Selir Hana dan melayangkan ciuman bibirnya di sana dengan singkat dan kasar.

"Mulai detik ini aku menceraikanmu." ucap Kaisar tegas bagai sebuah ultimatum pada Selir Hana.

Pria itu lalu menghempaskan tubuh Selir Hana secara kasar lalu pergi begitu saja. Wajahnya terlihat begitu murka, ia bahkan pergi tanpa memandang Nona Yun.

"Yang Mulia jangan ceraikan saya.... Saya mohon Yang Mulia."

*************************

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top