RASA DAN CEMBURU
Gelap, itu yang pertama kali Nona Yun rasakan dengan hatinya. Meskipun ia dapat meraba kegelapan dalam hatinya setidaknya kondisinya terasa sudah cukup membaik. Disaat matanya masih terpejam dan dirinya terhanyut oleh kenyamanan yang bersarang di tubuhnya, gadis keturunan iblis itu meraba apa yang mampu ia raba.
Hangat.
Daya sensorik jemari Nona Yun mengirimkan pesan itu ke otaknya. Perlahan ia memaksa matanya untuk membuka dan menatap sekitar.
Remang.
Apakah sudah malam? Pikirnya.
Gadis itu merasakan sesuatu yang hidup di bawahnya, bernafas teratur dan terasa begitu hangat memeluk dirinya. Telinganya berangsur-angsur berfungsi, sesaat ia mendengar suara nafas halus dan degupan jantung.
Nona Yun kebat-kebit, diberanikan matanya mendongak dan....
"Aaaaaaaa...." teriak Nona Yun lalu beranjak bangun dari pelukan sang kaisar.
Teriakan kencang Nona Yun membuat Kaisar Qiang terjaga, pria itu membuka matanya dan mampu melihat bagaimana gadis itu memegangi kepalanya dengan wajah panik.
"Apa yang kau lakukan padaku, mesum? Apa?" teriak Nona Yun kesal lalu meraih bantal dan memukul-mukulkannya ke wajah Kaisar Qiang yang belum meraih kesadarannya total.
" Apa kau bilang? Aku mesum? Kau yang mesum! Lihat diriku cukup bugil karena kelakuan anehmu." serang balik Kaisar Qiang sambil menangkis bantal yang terus dihantamkan ke kepalanya.
"Apa? Tidak mungkin jika aku mesum!!! Seumur-umur aku tak pernah berbuat hina seperti itu." ucap Nona Yun mencuramkan alis dan terus menyerang Kaisar Qiang tanpa ampun.
Melihat Nona Yun terus menyerang tanpa memberi kesempatan Kaisar untuk bicara membuat sang kaisar sedikit naik pitam. Ia merampas bantal itu lalu membuangnya sembarang arah.
"Kau kira aku pelakunya? Apa kau lupa kau bahkan menciumku dengan sangat ganas? Apa kau lupa?" teriak Kaisar Qiang lalu meraih kedua pergelangan tangan Nona Yun dan menekuknya ke belakang punggung sang gadis.
"Tidak mungkin aku mesum padamu! Jangan membalikkan fakta. Aku tidak pernah memiliki nafsu padamu." ucap Nona Yun terus ngotot membuat sang kaisar kembali menautkan alisnya, ia terlihat sangat marah karena ucapan Nona Yun.
Pria itu lalu mendorong tubuh Nona Yun dengan kasar, menekan tangannya agar tak kembali berontak. Dengan tatapan berkilat-kilat, Kaisar Qiang lalu menaiki tubuh Nona Yun yang terus berusaha berontak tak karuan.
"Minggir kau dari tubuhku, pria mesum!! Aku tak sudi melakukannya lagi denganmu!" teriak Nona Yun melepaskan emosinya.
Kaisar Qiang yang dingin tak punya pilihan selain membungkam bibir mungil gadis itu dengan bibirnya. Pria berambut kelam itu mengulumnya dengan kasar, memaksa Nona Yun agar mau menerima pagutannya yang panas.
"Ehhmmm..." Nona Yun mempertahankan dirinya, ia berusaha menolak namun usahanya terasa sia-sia ketika dengan mudah Kaisar Qiang menggigit kenyal bibirnya hingga berdarah. Gadis itu memekik dan ia kembali harus menerima kenyataan pahit ketika lidah Kaisar Qiang berhasil memasuki mulutnya dan membelit kasar lidahnya hingga terasa ngilu.
"Pergi kau!!" maki Nona Yun ketika berhasil melepaskan ciuman sang kaisar dengan wajah memerah karena menahan nafas.
Sang kaisar lalu menghempaskan tubuh ringkih Nona Yun dengan keras, pria itu bergegas turun dari ranjang dan memakai kembali jubahnya.
"Aku berhak atas dirimu Nona Yun, mulai sekarang nyawamu ada di tanganku. Tak apa jika kau tak berterimakasih atas jasaku, karena bukan kata terimakasih yang aku inginkan." ucap Kaisar Qiang dingin lalu mengikat rambutnya tinggi-tinggi.
Perlahan sang kaisar mengalihkan tatapannya ke arah Nona Yun, mendekatinya lalu mencengkeram rahang gadis itu cukup keras.
"Mulai sekarang kau akan jadi budakku baik lahir maupun bathin Nona Yun jadi jangan pernah berpikir melarikan diri lagi atau kau akan kehilangan adikmu selamanya." ancam Kaisar Qiang di depan wajah Nona Yun.
Gadis itu meringis kesakitan, matanya berkilat merah tanda bahwa ia merasa tidak suka dengan apa yang didengarnya. Kemarahannya kembali bertumpuk tatkala Kaisar Qiang dengan cepat mengecup bibirnya sekali lagi, mengulumnya kasar meskipun Nona Yun berusaha melepaskannya dan memukul-mukul bahunya.
"Istirahatlah! Ku ijinkan hanya malam ini saja kau meraba dan mengacak-acak tubuhku tanpa rasa berdosa Nona Yun selebihnya tidak akan." ucap sang kaisar tenang lalu berjalan menuju ke arah pintu.
"Apa? HEI KAU.... AKU SAMA SEKALI TAK PERNAH BERBUAT MESUM PADAMU, JANGAN BERHARAP AKU BERBUAT BEGITU PADAMU!!"
****
Kediaman selir tertua masih terlihat ramai, banyak selir lainnya yang datang berkunjung untuk sekadar memberikan doa dan memberi semangat atas apa yang sudah menimpa selir Sun, selir paling tua diantara mereka.
"Aku harap kau segera sembuh Nona Sun." harap selir Hana, selir kedua yang begitu akrab dengan selir Sun selama ini sambil menggenggam jemari Nona Sun.
Gadis yang duduk di peraduan indah itu tak menjawab, hanya airmata yang turun dari matanya yang sembab.
"Nona Sun, jangan menangis. Kau akan baik-baik setelah ini meskipun kau takkan bisa berbicara selamanya.. Eeits... Maaf." ucap selir Won lalu menutup bibirnya rapat-rapat, hal itu terdengar sengaja dilakukan untuk menghina Selir Sun.
Selir Won adalah selir ketiga Kaisar Qiang, gadis itu memang dikenal suka menghina orang sesuka hatinya. Kecantikannya setara dengan kecantikan Nona Sun, makanya ketika ia mendengar kabar Nona Sun sakit dan tak bisa berbicara, dalam hati ia sangat bahagia. Karena baginya, saingan beratnya sudah berkurang satu orang.
"Tapi apakah Kaisar Qiang masih mau mengunjungimu ya? Kau kan tak dapat berbicara alias bisu, apa mungkin dia mau menyent...."
"Selir Won, sudah!" isyarat Selir Hana pada kepedasan bibir Selir Won apalagi saat itu Selir Sun begitu tersinggung dan menatap selir Won seperti musuh.
"Selir Hana, apa aku salah dengan ucapanku? Aku rasa tidak. Kita tak pernah dikunjungi satu per satu meskipun kita sesempurna bidadari. Jika kita cacat, bukankah kita makin ditinggalkan? Aduh... Kasihan..." ucap Selir Won geleng-geleng kepala sambil memasang wajah memelas dan sesekali melirik ke arah Nona Sun yang terlihat makin beremosi.
"Kau tak pantas berbicara begitu, Nona Won." peringat Selir Hana lirih.
"Tapi apakah kalian tahu dimanakah sang kaisar berada di saat Selir Sun sakit? Aku dengar ia justru lebih mementingkan gadis golongan iblis itu daripada Selir Sun." ucap Selir Lee, selir keempat yang wataknya hampir sama dengan selir Won.
Semua selir terdiam, hanya Selir Sun yang masih meneteskan airmata sambil meremas seprei di bawahnya. Gadis itu menahan kepedihan di hati kecilnya yang kini terluka amat parah.
"Sayang sekali, padahal Selir Sun adalah selir yang paling dekat dengan Kaisar namun keberadaannya kini tergantikan." imbuh Selir Lee pura-pura sedih.
"Iya, aku rasa gadis iblis itu lebih menggoda daripada kita. Tapi bagiku tak apalah, kelak aku yang akan berusaha mendapatkan kasih sayang Kaisar setelahnya." ucap Selir Won memanas-manasi Selir Sun.
"Selir Won, jangan seperti itu. Kaisar menyukai kesempurnaan jadi kalau kau terlalu berambisi padanya hati-hati saja jika kau akan kehilangan suara seperti....."
"Aaaaaarhhh...." teriak semua selir lalu berdiri dan menghambur keluar dari kediaman Selir Sun pasalnya gadis itu mendadak mengamuk tak karuan karena ketiga selir murahan itu terus bercakap membakar emosinya.
Nona Sun meraung-raung, membanting semua ornamen yang berada di kamarnya. Ia menangis kencang, menjerit namun suaranya sama sekali tak keluar. Nona Sun melempar semua bantalnya ke pintu, merasa sudah putus asa karena kehilangan suaranya yang merdu.
"Kaisar Qiang... Kau menghancurkan hidupku. Kau memupus harapanku. Aku... Aku tak terima.. Sungguh aku tak terima."
****
Panglima Xue berjalan tergopoh-gopoh menghampiri Kaisar Qiang yang tengah bermain panahan. Pria berjubah putih dengan rambut diikat setengah itu nampak berkilau ketika ditimpa sinar mentari yang cerah.
Matanya yang kelam namun tajam setajam elang tengah mengincar sasaran di depannya, sebuah patung jerami yang dibuat sekecil mungkin untuk menantang kelihaiannya bermain panah.
"Panglima Xue, ada apa?" tanya Kaisar Qiang lirih sambil mengarahkan anak panah ke sasaran yang ia tuju.
"Yang Mulia, saya ingin melapor soal dunia iblis tempat dimana Nona Yun Xiaowen ditangkap." ucap Panglima Xue lirih setelah membungkukkan badan guna menghormat.
Kaisar Qiang masih fokus dengan boneka jerami di hadapannya dan beberapa detik kemudian ia berhasil melepas anak panah dan mengenainya tepat sasaran.
"Ada apa dengan iblis?" tanya Kaisar Qiang dingin lalu mengambil anak panah lagi guna diarahkan ke patung jerami yang sama.
"Sepertinya mereka bersatu dan mengadakan perlawanan untuk kita, Yang Mulia. Ditangkapnya Nona Yun Xiaowen rupanya membuat Kaum iblis marah dan meminta kita untuk mengembalikan ratunya." ucap Panglima Xue serius.
"Bukankah dulu mereka sudah dibumihanguskan?" tanya Kaisar Qiang tenang sambil menarik busur panah dan bersiap melepaskannya.
"Sudah Yang Mulia tapi kekuatan mereka akan selalu ada selama batu permata merah yang menjadi lambang kejayaan mereka masih ada." jawab Panglima Xue menunduk.
"Lalu dimanakah Batu permata merah itu?" tanya Kaisar Qiang lirih sambil melepas anak panahnya dengan tenang.
Kali ini anak panahnya melesat mengenai anak panah sebelumnya hingga terbagi menjadi dua dan hancur berkeping.
"Maafkan saya Yang Mulia, saya tidak bisa mendapatkannya karena batu permata itu terlanjur ditelan Nona Yun." jawab Panglima Xue dengan wajah sedikit ketakutan.
Kaisar Qiang menghentikan permainannya, ia melayangkan pandangan ke arah Panglima Xue dengan tatapan menelisik.
"Kalau begitu justru bagus." sahut Kaisar Qiang lalu meletakkan busur panahnya.
Pria berwajah dingin itu mendongak ke langit, menatap birunya langit dengan matanya yang kelam dan mengerikan. Sejenak ia menghela nafas lalu menyembunyikan kedua tangannya di balik punggungnya yang kekar dan kokoh.
"Kita bisa kendalikan Dunia Iblis melalui Nona Yun, gadis itu yang akan bekerja untuk kita. Nona Yun takkan bisa melawan jika kita mengancamnya dan mengarahkan senjata ke arah adiknya, Pangeran Hong." ucap Kaisar Qiang dengan mimik wajah tenang setenang lautan.
"Tapi bagaimana jika Nona Yun berontak pada kita Yang Mulia? Nona Yun adalah Ratu kerajaan iblis, ditambah dengan meleburnya batu permata itu, kekuatannya akan bertambah kali lipat." ucap Panglima Xue khawatir.
"Kenapa kau mengkhawatirkan sesuatu yang bukan porsimu, Panglima Xue. Kita tak perlu membumihanguskan iblis untuk meraih tujuan utama, selama Nona Yun dibawah kendali kita, kita masih bisa bermimpi manis."
"Yang Mulia, maaf jika saya lancang bertanya. Apakah Yang Mulia benar-benar akan mengangkat Nona Yun menjadi ratu anda?" tanya Panglima Xue menelisik lalu membungkuk dalam-dalam.
"Kalau iya memang kenapa?" ucap Kaisar Qiang balik bertanya sambil melempar pandangan ke arah panglimanya.
"Tidak Yang Mulia, saya hanya merasa takut jika hal ini terjadi bagaimana dengan nasib selir-selir anda. Ini akan menimbulkan kecemburuan dan dendam di hati mereka." jawab Panglima Xue serius.
"Mereka hanya boneka porselen, penghias ruanganku yang masih banyak dan kosong. Kau tahu sendiri, aku jarang menyapa mereka ataupun singgah di antara mereka. Jika kau mau, kau bisa memilihnya dan memakainya, Panglima Xue."
"Yang Mulia, saya tidak berani untuk...."
"Aku tidak tahu harus mengapakan mereka, mereka hanyalah hadiah yang dikirim orangtua mereka sebagai hadiah kecil. Bagiku tidak ada gunanya sama sekali kecuali hanya menyimpan wanita sebagai pajangan." komentar Kaisar Qiang lalu mengambil pedangnya dan berjalan menuju ke aula istananya kembali.
"Tapi apakah kali ini anda benar-benar menyukai Nona Yun Yang Mulia?" tanya Panglima Xue hati-hati sambil mengekor di belakang sang kaisar cukup dekat.
Kaisar tiba-tiba menghentikan langkahnya, sejenak hatinya sedikit terusik tatkala mendapat pertanyaan macam itu dari bibir panglimanya. Ia enggan menjawab namun ia sendiri bingung mau menjelaskannya seperti apa.
"Maaf Yang Mulia jika saya sudah lancang bertanya demikian pada anda, saya hanya takut anda benar-benar jatuh cinta dan melupakan tujuan utama anda." ucap Panglima Xue segera meralatnya, ia bahkan takut jika membayangkan kemurkaan kaisarnya itu.
Perlahan sang kaisar menoleh dan berbalik ke hadapan sang panglima, ia menatap pria sebayanya cukup lama. Tatapan dingin namun cukup membuat sang panglima kebingungan dan salah tingkah.
"Apakah masih ada anggota tubuhmu yang masih sepasang, Panglima Xue? Perlukah aku memotongnya?" lontar Kaisar Qiang lirih namun sanggup membuat sang panglima bersimpuh dan bersujud berkali-kali.
"Ampun Yang Mulia, ampuni kelancangan saya." ungkapnya dengan ketakutan yang membayang di wajahnya. Masih begitu terasa bagaimana sakitnya ketika salah satu tangannya harus ia potong sendiri akibat kecerobohannya.
Sang kaisar menghela nafas, matanya yang mematikan kembali menatap langit dan beralih pada rimbunnya daun pohon ceri yang tumbuh di depan aula istananya.
"Seorang petani menanam pohon ceri Panglima Xue, secantik apapun bunga yang ia suguhkan di depan mata sang petani takkan pernah terpikat. Mungkin sesekali ia memungut sang bunga, menciumnya lalu membuang dan menginjaknya. Karena yang ia incar bukan bunganya namun buahnya. Bunga kalah bernilai dari buah, dia bisa mengabaikan bunganya namun tidak dengan buahnya. Apa kau sekarang mengerti Panglima Xue?"
"Mengerti Yang Mulia." jawab sang panglima masih bersimpuh dan menganggukkan kepala.
"Yun Xiaowen... Benarkah aku bisa jatuh cinta padanya? Benarkah ketakutan panglimaku menjadi nyata? Yun Xiaowen.... Kenapa nama itu terdengar....."
Sejenak sang kaisar mengedipkan kedua bola matanya yang setajam elang, otaknya kembali merekam apa saja yang terjadi antara dirinya dengan gadis iblis itu.
Unik. Aneh.
Dan akhirnya tanpa Kaisar Qiang sadari, ia melengkungkan senyumnya sedikit samar.
Ah... Yun Xiaowen.... Gadis itu benar-benar.....
*****************************
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top