PERSIAPAN PERNIKAHAN

****
Nafas Nona Yun naik turun, ia menyeka peluhnya yang menetes di dahi. Sialan! Umpatnya dalam hati. Meskipun bukan yang pertama kalinya Kaisar Qiang Wen memperlakukan dirinya seperti itu tetap saja Nona Yun harus menahan rasa kesal dan bencinya karena harus rela diperlakukan seenaknya sendiri.

Masih ada rasa risih di hatinya ketika ia harus menerima setiap ciuman sang kaisar, ada rasa tak menentu ketika setiap inci dari tubuhnya dijamah. Sialan! Makinya lagi dalam hati.

Nona Yun memasuki kamarnya setengah membanting pintu, jantungnya tak berhenti berdebar kencang seusai berlari melepaskan diri dari sang kaisar. Dia duduk di depan cermin, menatap dirinya dengan teramat kesal. Jemari mungilnya ia genggam erat-erat seakan menahan geram.

"Pria mesum itu selalu memperlakukanku seperti pelacur, dasar! Tapi kenapa aku tak punya kekuatan untuk melawannya? Tak ada yang hilang dari tubuhku. Aku masih memiliki cakar, taring dan kekuatan lainnya tapi kenapa aku tidak bisa mempergunakan kekuatanku saat bersamanya? Kenapa?" ucap Nona Yun berbicara sendiri pada cermin.

"Itu karena Yang Mulia Kaisar sudah menghisap sebagian kekuatan yang kau punya." jawab seseorang membuat Nona Yun segera membalikkan tubuhnya.

Mata gadis itu melotot karena yang menjawab pertanyaannya adalah Panglima Xue. Kenapa pria bertangan satu itu masuk ke ruangannya tanpa permisi sebelumnya.

"Panglima Xue, kenapa kau tiba-tiba masuk tanpa minta ijin dulu padaku!" marah Nona Yun sambil berdiri dan menatapnya murka.

"Meskipun yang kau tempati adalah ruangan utama milik Kaisar tapi kau belum memiliki status yang kuat di mataku." jawabnya enteng lalu dengan murah hati membungkuk memberi penghormatan pada Nona Yun Xiaowen.

"Lalu apa tujuanmu kemari?" tanya Nona Yun tak bersahabat.

"Kau sudah tahu bukan apa tujuan Kaisar Qiang memungutmu menjadi Ratu? Itu karena ia ingin memanfaatkanmu. Kalau dipikir kau terlalu bodoh hingga mau dimanfaatkan olehnya." ucapnya sedikit berbasa-basi.

"Apa maksudmu? Lancang sekali kau mengataiku bodoh!" maki Nona Yun kesal meskipun ia tahu kalau dirinya memang bodoh hingga mau dimanfaatkan Kaisar mesum itu. Jika bukan karena adiknya, ia sudah membelot dari dulu-dulu.

"Lupakan saja ucapanku tadi, aku di sini hanya ingin menyampaikan perintah kaisar bahwa ia ingin menikahimu secepatnya." ucap Panglima Xue dengan serius.

"Dia sudah mengatakannya padaku." jawab Nona Yun dengan ketus.

"Baiklah aku akan segera pergi." ucapnya dingin lalu membungkuk hormat dan berbalik badan guna melangkah meninggalkan Nona Yun.

"Tu.. Tunggu!" cegah Nona Yun menghentikan langkah Panglima Xue.

Pria seumuran dengan Kaisar Qiang itu menoleh lalu berbalik tanpa bersuara apapun. Matanya yang tajam kini menghujam bola mata Nona Yun yang kelam penuh dengan pertanyaan.

"Kau bilang kekuatanku dihisap maksudnya apa?" tanya Nona Yun dengan hati-hati.

"Iya, memang kenapa?"

"Bisa kau jelaskan apa maksudmu dari menghisap?"

"Kau tahu Kaisar Qiang bisa menaklukkan apapun sendirian. Di dalam tubuhnya terkumpul banyak kekuatan yang berasal dari musuh-musuh yang ia bunuh. Apa kau tahu bagaimana cara dia mendapatkan kekuatan itu? Dia menghisapnya dengan meminum darahnya dan kadang-kadang hanya dengan bersentuhan saja ia bisa mengambil kekuatan seseorang." terang Panglima Xue panjang lebar.

"Apa?"

"Jadi jika kau mengaku kekuatanmu sedikit hilang bisa jadi kekuatanmu sedikit berpindah ke tubuh Kaisar Qiang apalagi jika kau pernah kontak fisik atau bertukar darah dengannya. Apakah kau pernah melakukannya?" tanya Panglima Xue penuh selidik.

Wajah Nona Yun merebak merah, ia lalu berpaling muka dari tatapan sang panglima.

"Baiklah, sekarang kau boleh pergi." ucap Nona Yun tanpa menatapnya.

Panglima Xue menghela nafas lalu kembali melangkah meninggalkan Nona Yun sendirian di kediamannya. Gadis itu perlahan berjalan menuju ke ranjangnya dengan pikiran berputar-putar. Jika memang kenyataannya seperti itu maka ia benar-benar telah merugi dua kali.
Jika ia terus membiarkannya maka ia akan kalah sebelum waktunya.

Nona Yun menarik nafas dalam-dalam, ia meremas sprei dengan kasar. Ia tidak tahu jika selama ini, kecerobohannya membuatnya harus rugi. Kendati ia tahu bahwa Kaisar Qiang memang sungguh-sungguh ingin menikahinya tapi jika kelak kekuatannya benar-benar hilang ia takut bahwa hidupnya pada akhirnya akan berakhir di tempat pembuangan saja.

****

Suasana istana terlihat ramai, seluruh prajurit dan pelayan bersiap guna mengadakan pernikahan Kaisar mereka. Setelah Qiang Wen mengumumkan pernikahannya dengan Yun Xiaowen, kerajaan menyambutnya dengan penuh bahagia. Pernikahan mereka akan diadakan besar-besaran selama 7 hari 7 malam, ini berbeda dari pernikahan Kaisar Qiang dengan para selir sebelumnya.

Pagi ini sang kaisar menyempatkan diri berkeliling untuk melihat sejauh mana persiapan pernikahan yang begitu ia tunggu-tunggu. Dengan di temani Panglima Xue ia terus melangkah melihat-lihat sekitar istana yang dihias dengan begitu cantik. Ada rasa bahagia yang terpancar di wajahnya meskipun Kaisar Qiang berusaha menyembunyikannya rapat-rapat.

"Berapa hari lagi persiapan ini akan selesai?" pertanyaan itu muncul dari bibir sensual sang kaisar.

"Secepatnya Yang Mulia. Seperti yang anda inginkan, hari dan waktu sudah kami rundingkan bersama ahli agama dan peramal istana guna menghindari hal yang tidak-tidak." jawab Panglima Xue cukup memuaskan hati sang kaisar.

Liuu Qiang Wen menghela nafas, pikirannya tertuju penuh pada Nona Yun Xiaowen. Setelah menikahinya ia akan berusaha memanfaatkan kekuatan istrinya sepenuhnya.
Tujuh dunia besar adalah tujuan utamanya, sayangnya ia tidak bisa meraihnya sendirian. Kata ramalan istana, tujuh dunia besar adalah kunci menuju kekuasaan sejati dan hanya ratu dari kerajaan iblis lah yang bisa membantu melancarkan ambisinya.

Meskipun ia tidak suka harus berbagi tempat duduk dengan orang lain, Kaisar Qiang berusaha bersabar dan menikmati setiap bunga di setiap perjalanannya yang berbahaya. Baginya tak masalah memelihara istri dari golongan iblis jika kelak ia bisa membantu mewujudkan keinginannya.

Lamunan indah akan masa depan Kaisar Qiang terhenti ketika sebuah bola terlempar mengenai salah satu kakinya. Pria itu melirik bola tersebut dan menatap siapa gerangan yang berani kurang ajar kepadanya.

"Hei kau.... Jangan bermain di area ini!" peringat Panglima Xue tegas ketika segerombolan anak kelihatan ketakutan karena hardikan sang panglima.

Mata sang kaisar tertuju penuh pada salah satu bocah yang berdiri tak jauh darinya, dengan tangan masih disembunyikan dibalik punggung ia terus menyorot dengan tenang.

"Kemarilah! Aku akan menghukum...." Panglima Xue menghentikan ucapannya tatkala sang kaisar mengangkat sebelah tangannya, menginteruksikan agar sang panglima diam dan mengurungkan niatnya untuk menghukum.

"Bukankah kau Pangeran Hong?" tanyanya pelan namun tajam.

Anak kecil itu hanya mengangguk dengan tatapan penuh rasa ketakutan. Ia tidak berani mengeluarkan suara karena melihat tatap mata Qiang Wen saja nyalinya terus berguguran.

"Jangan takut jika Nona Yun sampai tahu aku menghukum adiknya niscaya dia yang akan menggantungku." ucap Kaisar Qiang tenang lalu berjongkok guna meraih bola yang masih berada di samping kakinya yang kokoh.

"Kemarilah, ini bolamu." ucap Kaisar Qiang tenang sembari mengulurkan bola itu ke hadapan sang bocah.

Perlahan Pangeran Hong mendekat, jemari kecilnya meraih bola itu dengan hati-hati. Ia menatap Kaisar Qiang penuh penyesalan.

"Maafkan saya Yang Mulia, saya sudah...."

"Tak apa, sebentar lagi aku ini akan jadi kakak iparmu. Sebaiknya kau tak lagi canggung padaku." ucap Kaisar Qiang dengan tenang.

Pangeran Hong hanya mengangguk pelan, ia terdiam ketika Kaisar Qiang meraih pundaknya dan mencengkeramnya sedikit keras.

"Katakan padaku apa yang disukai kakakmu, kau adalah adiknya kau pasti tahu apa saja yang berkaitan dengannya." ucap Kaisar mulai mencari kesempatan untuk mendengar apa saja yang menjadi kesukaan calon ratunya.

"Kakak adalah gadis periang, ia menyukai musik dan ia sangat pandai memainkan Gu Zheng apalagi seruling." jawab Pangeran Hong dengan polosnya.

"Lalu apa lagi?" tanya Kaisar Qiang kemudian sambil terus menatap mata anak tersebut dengan awas.

"Kakak sangat menyukai bunga peony merah tapi ia tidak membenci bunga plum, ia sangat suka darah rusa sebagai makanan pendampingnya namun ia sama sekali tidak menolak dengan darah manusia. Kakak adalah orang sederhana, ia tidak suka dikekang dan ia mencintai kebebasan."

"Terus apa lagi?"

"Satu hal lagi, ia sangat benci diduakan. Dulu kakak pernah punya kekasih, ia sangat mencintainya tapi karena kekasihnya menduakannya maka tak ada jalan lain selain membunuh pria tersebut. Kakak adalah orang yang lembut tapi ia akan beringas dan berontak jika jiwanya atau jiwa orang yang disayanginya sedang terancam." tutur Pangeran Hong membeo dengan lancar.

Kaisar Qiang menaikkan sebelah alisnya, ia mulai mengerti sedikit banyak tentang Nona Yun. Pria itu menghela nafas, melihat jari-jarinya yang dihiasi cincin emas.
Perlahan Kaisar Qiang melepas satu cincin dari jarinya dan mulai memberikannya pada Pangeran Hong.

"Ini cincin untukmu, karena kau sudah memberitahuku maka aku pantas memberimu hadiah. Katakan pada kakakmu bahwa aku tidak akan menemuinya sebelum hari pernikahan tiba jadi... Katakan padanya, jangan mencariku dan tahan rindunya." ucap Kaisar Qiang dengan penuh percaya diri.

Panglima Xue yang mendengar ucapan ngawur Kaisarnya hanya bisa mengernyitkan dahi. Ia bahkan tak percaya jika pria di depannya ini adalah Liuu Qiang Wen, pria yang terkenal kejam namun nyatanya dia bisa berkata sekonyol itu.

Sang Kaisar menghembuskan nafas panjang lalu berdiri, ia melangkah pergi setelah cincinnya diterima dengan begitu baik oleh Pangeran Hong. Ia tahu apa yang ia lakukan saat ini pasti membuat batin siapa saja pasti bertanya-tanya, waraskah dia?

Liuu Qiang Wen hanya tersenyum dalam hati, ia terus melangkah menuju ke aula istana. Ia yakin jika setelah ini Pangeran Hong pasti akan segera menemui kakaknya dan menyampaikan pesan anehnya.
Sungguh tak terbayang bagaimana reaksi Nona Yun setelah mendengarnya. Kaisar Qiang yang membayangkannya hanya tersenyum geli sambil terus melangkah.

"Aku harus menahan diri dari pertemuan itu. Yun Xiaowen sampai berjumpa di hari pernikahan kita."

****
"Aku sudah menolaknya namun kenapa dia masih saja menjalankan keinginannya."desis Yun Xiaowen kesal di depan jendela kamarnya seusai tahu keadaan di luar sana yang begitu riuh mempersiapkan acara pernikahannya dengan kaisar mesum itu.

Gadis itu melangkah meninggalkan jendela lalu beralih duduk di ranjang lebar di sampingnya. Wajahnya terlihat gelisah, jujur saja ucapan terakhir kaisar waktu itu cukup efektif membuat jiwanya bergetar setiap waktu. Kenapa ia mendadak gugup sedemikian hebatnya? Ia tidak takut tapi perasaannya selalu saja porakporanda jika pria mesum itu datang menemuinya.

"Kakak!" panggil Pangeran Hong sambil berlari dan masuk ke kediaman Kakaknya yang begitu amat luas.

Nona Yun menoleh, ia berpura-pura tersenyum dan memeluk adiknya penuh rasa rindu.

"Pangeran Hong ada apa?" tanya Nona Yun lirih lalu melepaskan pelukan sang adik yang begitu erat.

"Kakak ipar sangat baik kakak, aku tadi bertemu dengannya di dekat taman depan." celoteh Pangeran Hong berbinar-binar.

"Kakak ipar siapa? Berkatalah yang jelas Pangeran Hong!" ucap Nona Yun masih tak mengerti.

"Kaisar Qiang memberiku cincin emas yang sangat indah." ungkap Pangeran Hong dengan berbunga-bunga.

"Apa yang sudah kau lakukan hingga ia dengan rela memberimu hadiah?" tanya Nona Yun penuh selidik.

Pangeran Hong terdiam, suaranya tercekat di tenggorokan. Jika ia mengatakannya maka kakaknya pasti akan marah, selama ini ia kurang suka dengan Kaisar Qiang.

"Aku tidak berbuat apa-apa, Kakak ipar memang orang baik." puji Pangeran Hong lagi.

"Berhentilah memuji dirinya." tukas Nona Yun tak suka sambil berpaling muka.

"Kakak, Kakak ipar berpesan bahwa beliau tidak akan menemuimu sebelum hari pernikahan tiba. Ia juga mengatakan sebaiknya Kakak menahan rasa rindu untuknya."

"Apaaaa???"

"Iya beliau berkata demikian. Tapi memangnya benar ya kalau kakak suka rindu dengannya?"

"Pangeran Hong!"

"Tak apa Kak, sebaiknya Kakak jujur saja. Kata Kakak jujur itu baik lalu kenapa kakak suka bohong?"

"Masalahnya aku sama sekali tidak merindukannya." jawab Nona Yun kesal dan ketus.

"Oh."

"Lagipula kenapa ia berkata demikian? Ia lebih suka menjahiliku daripada merindukanku."

"Oh."

"Tunggu! Kenapa dia bisa menyangka aku akan merindukannya? Dia terlalu berlebihan padaku."

"Oh."

"Berhentilah membuatku kesal Pangeran Hong." ucap Nona Yun menyorot kesal pada adiknya.

"Baiklah kalau kakak selalu menyangkal, justru bagiku Kakaklah yang berlebihan. Bagaimana kalau kita taruhan saja, siapa yang paling dulu datang untuk menemui dialah yang merindukan lebih dulu." iseng Pangeran Hong sambil mengedipkan sebelah matanya.

"Pangeran Hong, kau kira ini pertaruhan?"

"Mungkin iya. Jangan lupa kalian adalah pasangan serasi jadi...."

"Cukup Pangeran Hong. Sebaiknya kau pergi." ucap Nona Yun ketus.

Pangeran Hong tersenyum simpul apalagi ketika melihat wajah Kakaknya semerah buah ceri.

"Kakak, aku harap kau yang pertama kali menemuinya."

"Pangeran Hong!!!"

**************************

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top