MELARIKAN DIRI
***
"Ayah... Ibu... Berikan aku kekuatan." bisik Nona Yun dalam hati sambil memejamkan kedua bola matanya yang indah. Tangannya menggenggam satu sama lain, mengungkapkan harapan penuh dalam hatinya yang pedih.
Gadis berhanfu warna putih tulang itu hanya duduk di tepian ranjang seorang diri. Menjadi tawanan seperti ini tidaklah mengenakkan, sejujurnya ia ingin segera pergi dari tempat terkutuk itu namun ia tak memiliki cara jitu untuk membebaskan diri.
Sejenak otaknya kembali memutar memori, setiap ucapan yang Selir Sun ucapkan beberapa waktu lalu begitu membekas di pikirannya. Meski meragu, ia yakin apa yang diucapkan Selir Sun ada benarnya. Kenapa ia harus tinggal di sini sedangkan dia sendiri tidak menginginkannya? Untuk apa ia tinggal jika pada akhirnya ia hanya dimanfaatkan?
Senja kala sore itu mulai membayang, Nona Yun bangkit dari duduknya dan berjalan menuju ke jendela. Ia bisa melihat betapa riuhnya istana ketika malam mulai menjelang. Banyak aktifitas yang dilakukan pelayan maupun penjaga guna menyambut hari menjelang malam tersebut, ada yang menyalakan obor di tiap sudut kerajaan dan ada pula yang sibuk membawa bahan makanan untuk hari esok.
Tatapan Nona Yun beralih ke arah pintu ketika suara berderit memecahkan lamunan kecilnya. Terlihat jelas seorang pelayan membuka pintu dan menghampirinya dengan penuh sopan dan tertunduk.
"Nona Yun, Yang Mulia akan berkunjung kemari setelah rapat petang ini. Saya disuruh menyampaikan pada anda supaya anda bisa bersiap-siap." ucap sang pelayan membungkuk hormat.
"Ya." jawab Nona Yun enggan lalu menatap keluar jendela.
Sang pelayan membungkuk kembali lantas mohon undur diri dari hadapan Nona Yun tanpa lupa menutup pintu kediaman. Menyisakan pemandangan hampa di ruangan milik Kaisar Liuu.
Perhatian Nona Yun kembali teralihkan ke perutnya yang mendadak berbunyi keroncongan, ia sejak kemarin belum mendapat makanan sedikitpun. Sebenarnya pelayan sudah menyiapkan banyak makanan kepadanya namun gadis itu lebih memilih membuangnya daripada makan. Ia tidak sekadar butuh makan tapi ia juga butuh energi, darah ya dia membutuhkan darah untuk kekuatannya.
"Aku harus segera pergi." gumamnya pada diri sendiri seraya mengelus perutnya yang kosong.
Sejenak ia tertunduk, menatap kedua telapak tangannya yang mulai membiru tanda bahwa energinya mulai berkurang. Nona Yun menghela nafas, ia melongok ke luar jendela hanya sekadar mengecek kembali keadaan luar.
"Aku harus kabur dari sini, sebelum pria terkutuk itu datang kemari." gumamnya lagi dengan mantap.
Gadis itu lalu memejamkan kedua bola matanya untuk bertransformasi, mengubah wujud menjadi iblis sepenuhnya. Seiring dengan kuku-kukunya yang memanjang, sayap menjulur keluar dari punggungnya membuat pakaiannya terkoyak karena sayapnya memaksa keluar.
Nona Yun Xiaowen membuka matanya, manik matanya kini semerah darah dan taringnya mencuat runcing keluar. Gadis itu melangkah menuju jendela, niatnya untuk kabur kini sudahlah bulat. Jika ia kabur setidaknya ia bisa bebas dan kembali menyusun kekuatan meskipun hanya dengan sembunyi-sembunyi.
"Nona Yun, Yang Mulia Kaisar Qiang akan segera datang." ucap sang pelayan di luar kediaman Nona Yun.
Gadis berambut panjang itu sama sekali tak menghiraukan, ia mencakar dinding dengan sekali gores guna berpegangan pada dinding. Kakinya yang jenjang perlahan naik ke atas bibir jendela dan....
Hap.
Gadis itu melompat tanpa ragu dan mulai mengepakkan sayapnya, dia terbang sejauh mungkin dari istana. Seluruh penjaga istana kalang kabut melihat pemandangan tersebut. Mereka mengejarnya namun apalah daya kekuatan manusia selalu terbatas kecuali kaisar gila itu.
Nona Yun menyeringai puas, satu hal yang manusia tidak bisa lakukan yakni terbang. Manusia memang selalu terbatas berbeda dengan iblis seperti dirinya. Iblis selalu bisa meraih apa yang ia inginkan tanpa harus menemui hambatan dan Nona Yun bangga bisa memiliki darah iblis dalam dirinya.
****
"APA KAU BILANG?!" marah Kaisar Qiang murka sambil berdiri dari singgasananya ketika mendengar kabar mengejutkan dari sang penjaga istana soal Nona Yun yang kabur dari kamar utamanya.
Wajah dingin sedingin es itu mendadak mencair dan mendidih seketika. Mata Kaisar terlihat berkilat-kilat, ia turun dari singgasana dan tak memperdulikan apapun apalagi saat itu ia tengah menggelar rapat bersama para menteri dan petinggi-petinggi lainnya.
"KENAPA INI BISA TERJADI? KATAKAN PADAKU!" marah Kaisar dengan murka seraya berjalan menuju ke hadapan sang penjaga istana yang terlihat begitu ketakutan.
Sang penjaga lalu bersujud memohon ampun, ia bersujud berkali-kali berharap mendapatkan pengampunan dari sang Kaisar.
"Ampun Yang Mulia Kaisar, Nona sangat lihai dalam melarikan diri. Beliau terbang saat istana tengah sibuk dan kami tak bisa mengejarnya. Ampuni kami Yang Mulia." sesalnya lalu kembali bersujud.
"BANGUN KAU DARI HADAPANKU!" bentak Kaisar Qiang keras sambil mengepalkan kedua telapak tangannya dengan erat.
Sang penjaga hanya menurut meskipun dalam hati ia terus kebat-kebit dan takut akan kemarahan sang Kaisar yang tidak bisa reda dalam hitungan menit. Sedang sang kaisar hanya menatap sang penjaga dengan tatapan teramat murka.
Sang Kaisar dengan sigap meraih pedang yang ada di sampingnya dan...
Crashh.
Kepala sang penjaga menggelinding cukup jauh, darah kentalnya mengucur tiada henti hingga membasahi tangan sang kaisar dan juga lantai istana. Semua yang menghadiri rapat hanya tercekat tanpa bisa membantah, itu sudah menjadi kebiasaan kaisar mereka tatkala hatinya tengah dikuasai murka.
"Ini akan jadi pelajaran bagi siapa saja yang lalai akan tugasnya. Siapapun yang berani lalai maka kepala mereka akan jadi taruhannya." ancam Kaisar Qiang dingin lalu berbalik badan dan mulai berjalan menuju ke singgasana.
Semua terdiam dan menunduk, tak ada suara sedikitpun selepas kejadian mengerikan itu. Kaisar Qiang mendongak, menatap langit-langit istananya dengan tatapan menerawang jauh.
"Sejauh apapun kau pergi Yun Xiaowen, bumi Kerajaan Qiang takkan menghendakinya dan akan terus menghantuimu dimanapun kau berada. Jadi tunggulah aku, aku sendiri yang akan membawamu pulang."
***
Setelah sekian lama terbang, sayap di kedua punggungnya terasa begitu pegal dan lelah. Nona Yun juga merasa sedikit aneh karena sejauh apapun ia mengepakkan sayapnya, ia merasa hanya berputar-putar di tempat itu saja.
Karena rasa lelah dan juga lapar yang mendera sedangkan ia sama sekali belum mendapat mangsa maka ia memutuskan untuk beristirahat sebentar di salah satu gubuk tua yang sudah reot di tengah hutan Bumi Qiang.
" Aku sangat lapar, hari mulai malam dan aku tidak bisa menjumpai anak manusia di sini. Mungkin aku perlu beristirahat sebentar saja." gumamnya dengan letih seraya memasuki gubuk reot tersebut.
Namun tingkat kewaspadaannya mendadak meningkat dua kali lipat ketika tanpa sengaja ia melihat sekelebat bayang seperti tengah sedang mengintainya. Ia menoleh, memastikan siapa sosok hitam yang berkeliaran di hutan malam-malam begini.
"Siapa?" ucapnya waspada namun sama sekali tak ada jawaban dan bayangan itu kembali menghilang dengan cepat. Ketika Nona Yun memutuskan untuk tidak menghiraukannya justru...
Kruucukk.
Perutnya berbunyi lagi, mengharuskannya untuk segera mencari makan. Wanita bermanik merah itu mengelus perutnya seolah menenangkan agar lebih bersabar.
Flash.
Bayang itu kembali menunjukkan wujudnya membuat ketertarikan Nona Yun meningkat, bagaimanapun ia harus memburunya karena perutnya benar-benar darurat. Gadis iblis itu merentangkan cakarannya, bersiap menerkam kalau-kalau bayang yang ia yakini sebagai anak manusia itu kembali menampakkan diri.
Nona Yun adalah gadis iblis yang pintar, ia pun berpura-pura keluar dari gubuk itu dan mulai berjalan-jalan di sekitar gubuk guna memancing sosok itu keluar.
Hap.
Nona Yun mendapatkannya. Ia menubruk sosok yang tengah mengikutinya diam-diam hingga akhirnya ia tercekat melihat siapa sosok yang tengah ia terkam baru saja.
"Kakak...." rintihnya dengan airmata yang mengurai dari pelupuk matanya yang bulat.
"Pangeran Hong." desisnya tak percaya, sesaat matanya ikut berkaca-kaca melihat sosok kecil di hadapannya.
"Kakak, aku mencarimu..." gumamnya sedih lalu memeluk tubuh Nona Yun dengan erat.
Gadis itu balas mengeratkan pelukannya. Hatinya merasa begitu lega karena ia dipertemukan lagi dengan adik angkatnya yang sangat ia cintai.
"Pangeran Hong, benarkah ini dirimu? Rupanya kau selamat dari pembantaian raja manusia itu."
"Kakak, waktu itu aku tengah keluar dari istana untuk mencari udara segar dan sekembalinya dari luar aku sudah mendapati Ayah dan Ibu tak bernyawa. Aku ketakutan dan kebingungan apalagi tak menemui sosok Kakak di sana, aku mencari kakak berhari-hari namun tidak segera bertemu. Kakak, aku sangat ketakutan." cerita Pangeran Hong di pelukan sang kakak.
"Tenanglah Pangeran Hong, aku akan selalu melimdungimu apapun caranya." bisik Nona Yun seraya mempererat pelukannya pada sang adik angkat.
Plok... Plok.. Plok.
Suara teput tangan itu mengagetkan keduanya. Nona Yun kembali waspada pada sosok hitam yang perlahan muncul di hadapannya.
"Kakak...." desis Pangeran Hong ketakutan seraya memegangi hanfu kakaknya sangat erat.
"Tetap di sampingku Pangeran." ujar Nona Yun sembari menarik Pangeran Hong agar bersembunyi di belakangnya.
Deg.
Jantung Nona Yun seakan berhenti tatkala melihat siapa yang tengah ia hadapi saat ini. Ya, Kaisar mengerikan di bumi Qiang. Kaisar Liuu Qiang Wen yang bahkan sudah repot-repot mengejarnya sedemikian jauh hingga kemari bersama pasukan andalannya.
"Pertemuan kakak beradik yang mengharukan rupanya." singgung Kaisar Qiang dengan dingin sambil mendekat.
Nona Yun hanya diam, mata merahnya menyala dan terus menyorot sosok Kaisar Qiang seolah begitu membencinya. Ia terkesiap tatkala pria aneh itu mampu menyeret tubuh Pangeran Hong dari sampingnya tanpa menyentuhnya sekalipun.
"Kakak...." panggil Pangeran Hong ketakutan sambil menggapai-gapai ke arah Nona Yun.
"Pangeran Hong...."pekik Nona Yun.
"Adikmu ada di tanganku." ucap Kaisar Qiang datar sambil mencengkeram bahu Pangeran Hong sedemikian keras hingga anak kecil yang masih tak tahu apa-apa itu hanya menangis sambil menggapai-gapai ke arahnya meminta pertolongan.
"Jangan sekalipun kau menyakitinya, Kaisar Qiang." peringat Nona Yun tak berdaya melihat kondisi adiknya diperlakukan seperti itu.
Kaisar Qiang terdiam, ia membuka tangannya ke samping dan tak lama kemudian sang prajurit maju dan membungkuk hormat padanya. Beberapa detik kemudian hal aneh itu memberikan jawaban pasti di benak Nona Yun Xiaowen. Kaisar Qiang menerima pedang dari tangan prajurit tanpa melepaskan tatapan dari wajah cantik Nona Yun.
"Kaisar Qiang... Apa yang ingin kau lakukan?" teriak Nona Yun mendadak murka ketika pedang itu sengaja dikalungkan di leher Pangeran Hong.
"Kakak...." desis Pangeran Hong dengan pucat pasi.
"Jika kau menyerahkan diri, aku tak kan melukai adik kesayanganmu ini begitupun sebaliknya jika kau menyerang maka kau akan tahu sendiri akibatnya." ancam Kaisar Qiang dingin namun mematikan.
"Bedebah kau!" maki Nona Yun kalap sambil maju menyerang membuat Kaisar Qiang tak punya pilihan selain menggores sedikit kulit leher Pangeran Hong dan melemparnya.
"Kakak..." jerit Pangeran Hong terjerembab ke tanah sambil memegangi lehernya yang terluka dan berdarah.
"Pangeran..." pekik Nona Yun ketika menyadari kaisar gila itu tak main-main dengan ucapannya.
Kemurkaan Nona Yun bertambah dua kali lipat, ia mengeluarkan cakarnya dan maju guna menyerang Kaisar Qiang membabi buta.
Pria itu dengan gesit menepis semua serangan yang Nona Yun berikan, menangkis tangannya seolah ia hanya bermain-main saja.
"Kau harus mati Kaisar bodoh!"maki Nona Yun terus melayangkan cakarannya ke tubuh Kaisar Qiang.
Pria itu menanggapinya dengan tenang, bahkan dalam sekejap ia mampu menangkap tangan Nona Yun lalu menjambak rambut Nona Yun dengan kesal.
"Kau memang sangat liar Nona Yun, kau harus diberi pelajaran." suara berat Kaisar Qiang terdengar tidak main-main sambil mencuramkan alisnya.
"Lepaskan aku bodoh! Untuk apa aku harus mengikutimu jika pada akhirnya aku hanyalah kau manfaatkan." ucap Nona Yun tak kalah tegas sambil mencengkeram pergelangan Kaisar Qiang yang kini menjambak rambutnya dengan kasar.
"Apa??" desis Kaisar Qiang seolah tak percaya. Ia mendengar hal yang mengejutkan soal fakta kaburnya Nona Yun dari kediamannya.
"Apa maksudmu Nona Yun?"
"Aku tahu kau hanya memanfaatkanku bukan, kau hanya ingin memperbudakku. Kau menjadikanku calon ratumu tapi kau sama sekali tak mencintaiku. Untuk apa aku tinggal di istanamu dengan segala kenyamanannya sedangkan kau hanya memanfaatkanku." ucap Nona Yun penuh kebencian.
Kaisar Qiang terdiam sejenak, ia berpikir tentang segala ucapan Nona Yun barusan. Selama ini ia belum pernah memberitahu gadis itu soal tujuannya menyekap dirinya namun kenapa ia bisa tahu? Mungkinkah ada seseorang yang memberitahunya?
"Lepaskan aku bodoh!" maki Nona Yun kembali berontak, mencakar pergelangan tangan Kaisar Qiang agar pria itu mau melepaskan dirinya.
"JIKA KAU TERUS SAJA BERONTAK AKU TAKKAN SEGAN MEMBUNUH ADIKMU!" bentak Kaisar Qiang beringas membuat Nona Yun seketika berhenti melawan.
Dengan sigap prajurit bedebah itu meraih tubuh Pangeran Hong dan kembali mengalungkan pedang di lehernya. Tangisan sang pangeran membuat hati Iblis Nona Yun meluruh, ia tak bisa melawan ketika melihat adik angkatnya diperlakukan sedemikian buruk.
"IKUT AKU MASUK!" perintah Kaisar Qiang sambil menyeret tangan Nona Yun agar memasuki gubuk reot tersebut.
Nona Yun tak melawan, melihat adiknya diperlakuan seperti itu membuatnya kehilangan akal dan hanya menurut saja akan perintah mutlak yang kaisar lontarkan kepadanya.
Bruk.
Nona Yun dihempaskan dengan kasar, tubuhnya kian ringkih akibat tenaganya yang makin terkuras habis. Wajahnya lalu mendongak, ia menatap sosok Kaisar Qiang yang hanya menatapinya dengan dingin.
Pria itu lalu membuka jubahnya dalam diam, satu persatu pakaiannya tertanggal dan hanya tersisa celana panjang warna putih yang kini ia kenakan. Sang kaisar mendekat membuat Nona Yun harus rela beringsut mundur sambil menelan ludahnya yang pahit.
"Kau tahu Nona Yun, pemberontakanmu membangkitkan gairahku selama ini. Apa kau tahu selama ini aku tak pernah menyentuh apa yang sudah menjadi milikku. Namun kau...." Kaisar Qiang memberi jeda lalu berjongkok di hadapan Nona Yun. Pria itu mencengkeram rahang Nona Yun cukup keras hingga gadis itu mendongak dan beradu pandang dengan sang Kaisar.
"Namun kau justru menantang jiwa kelakianku, Nona Yun. Kau membuatku ingin mencicipi tubuhmu, mencicipi tubuh wanita yang selama ini tak pernah aku lakukan. Nona Yun...."
"Berhentilah berkata tidak waras, pria gila! Aku tidak sudi.... Uumnn...."
Nona Yun tak bisa mengelak tatkala raja manusia itu memagut bibirnya, melumat bibirnya dengan sangat liar dan kasar.
Tangan Kaisar Qiang menyusup ke belakang telinga Nona Yun guna memperdalam ciumannya, sedangkan tangannya yang sebelah memeluk punggung gadis itu makin erat.
Jantung Nona Yun berdesir, darahnya seakan naik ke pucuk kepala. Meskipun ia berusaha berontak dan mencakar dada telanjang sang kaisar, pria itu tak urung dalam mencumbuinya.
"Hentikan... Hentikan semua ini." ucap Nona Yun sehabis melepaskan ciuman basah sang kaisar.
Namun sang kaisar tak bergeming, ia justru kembali merapatkan pelukannya hingga dada mereka saling menempel satu sama lain. Kaisar Qiang mendaratkan ciuman demi ciuman di leher jenjang Nona Yun, membuat gadis itu tak mampu melawan lebih jauh lagi.
"Jangan memerasku, Kaisar." dengus Nona Yun namun seperti semula sang kaisar tak bergeming dan terus berusaha menarik atasan Nona Yun.
"Jangan memerasku, kau takkan mendapatkannya." teriak Nona Yun sambil mendorong tubuh Kaisar dan mempertahankan pakaiannya.
Pria itu mencuramkan alisnya, ia terlihat marah tatkala keinginannya dibantah mentah-mentah oleh Nona Yun.
"KAU MEMANG HARUS DIHUKUM NONA YUN." ucapnya kasar lalu menarik pinggul Nona Yun agar mendekat padanya.
Tanpa ampun sedikitpun Kaisar Qiang menarik hanfu Nona Yun, menyisakan kemben tipis sebagai dalamannya. Pria itu menubruk tubuh Nona Yun sangat kasar, merebahkannya di lantai kayu dan tak peduli dengan suara yang berderit-derit.
Kaisar Qiang meremas payudara Nona Yun yang menyembul, bibirnya tak henti dalam mencumbui dan kembali berbisik,
"Nona Yun... Serahkan tubuhmu."
*************************
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top