KONSPIRASI DI HARI PERNIKAHAN
***
Genderang terdengar ditabuh bertalu-talu pertanda bahwa perayaan hari pernikahan sang kaisar resmi dimulai. Hari itu istana dijaga dengan begitu ketat, semua tamu istana diperiksa dengan begitu teliti dan tanpa kesalahan sedikitpun. Mengingat hari ini adalah hari pernikahan sang kaisar dengan gadis pilihannya, pesta pun dibuat semeriah mungkin dengan jangka waktu hampir 7 hari 7 malam.
Seluruh kerajaan yang berada dibawah kuasanya mendapatkan undangan yang serupa, mereka diundang untuk menjadi tamu agung di istana Bumi Qiang.
Sementara itu sang mempelai pria nampak dihias di ruangan pribadinya yang serba gelap, ia terlihat sangat senang meskipun ia tidak mengatakan apa yang tengah dirasakan sekarang.
"Panglima Xue, bagaimana dengan riasanku? Apakah masih ada yang kurang?" tanya sang kaisar pelan sembari menatap pantulan diri di cermin besar.
Panglima Xue yang menemaninya segera membungkuk dalam lalu melempar senyum termanisnya.
"Anda terlihat sangat tampan Yang Mulia, jika dibandingkan dengan pernikahan sebelumnya anda terlihat sangat luar biasa." puji Panglima Xue dengan tulus membuat wajah Kaisar Qiang terlihat berseri-seri.
"Pernikahan kali ini jelas terlihat berbeda Panglima Xue, bukan karena si gadis adalah pilihan hatiku sendiri namun karena ini akan jadi awal dari kesuksesanku. Aku harus merayakannya sebelum perjuanganku dimulai." jawab sang kaisar tanpa menatap panglimanya.
"Saya hanya mengharapkan kebahagiaan untuk anda Yang Mulia." ucap Panglima Xue kembali membungkuk.
Sang kaisar perlahan mengulum senyum tipis, ia memperhatikan dirinya di cermin yang sedang dibantu mengenakan pakaian pengantinnya yang berwarna serba putih keemasan.
"Apakah penjagaan begitu ketat, Panglima Xue?" tanya Kaisar Qiang ingin tahu suasana luar.
"Anda tak perlu khawatir Yang Mulia, semua telah dijaga ketat. Semua tamu diperiksa dengan sangat teliti." jawab Panglima Xue serius.
"Aku tidak ingin ada keributan atau kesalahan sedikitpun Panglima Xue. Aku ingin hari ini akan jadi hari yang sempurna untukku."
"Semua kami lakukan untuk anda Yang Mulia Kaisar." jawab Panglima Xue menunduk patuh.
Sang kaisar menghela nafas, ia kembali menatap dandanannya yang kian sempurna dengan riasan tipis di wajahnya. Ia terlihat makin sempurna sebagai seorang pengantin yang teramat tampan juga gagah.
Perlahan seorang pelayan datang menghampiri dan memberi penghormatan kepadanya, ia terlihat takut namun berusaha memberikan informasi yang diinginkan sang kaisar sebaik mungkin.
"Yang Mulia Kaisar, saya sudah menyiapkan segala sesuatunya untuk anda. Semua perintah anda sudah kami laksanakan tanpa terlewat satupun. Kami harap anda dan mempelai perempuan bisa senang dan mempunyai kenangan terindah." ucapnya patuh lalu membungkuk hormat.
"Apa kau sudah mengeceknya ulang? Aku tidak ingin ada kesalahan dengan kamar itu." ucap sang kaisar dengan tatapan dingin.
"Kami sudah mengeceknya ulang Yang Mulia, kebahagiaan anda adalah kebahagiaan kami juga." ucap sang pelayan berusaha untuk berkata tenang.
Kaisar Qiang menoleh, ia menghujamkan tatapannya ke arah sang pelayan yang bersimpuh patuh di hadapannya.
"Apakah kau sudah menyiapkan pesananku?" tanya Kaisar Qiang tiba-tiba berubah jadi sosok yang teramat peduli dan sangat cerewet.
"Sudah Yang Mulia."
"Jangan sampai salah, aku ingin hari ini berjalan dengan sempurna." tegas Kaisar Qiang serius dengan wajah terlihat sedikit gusar.
"Jangan khawatir Yang Mulia, serahkan saja masalah itu pada kami. Kami akan melaksanakan tugas itu dengan baik." jawab pelayan memberi ketenangan pada hati sang kaisar.
"Baiklah sekarang pergilah." perintah sang kaisar lalu berpaling kembali menatap ke cermin guna melanjutkan riasannya.
"Baiklah Yang Mulia." jawabnya lalu membungkuk hormat dan pergi dari hadapan sang kaisar. Mata pria itu tak mampu berbohong, meskipun ia berusaha tetap tenang masih terselip di sana bagaimana rasa gugup itu menggempur hatinya.
Mungkin selama ini ia sudah berkali-kali merasakan pernikahan bersama para selirnya namun baru kali ini ia begitu gundah hingga harus secerewet ini mengurusi acara pernikahannya dengan harapan semua bisa berjalan dengan sempurna seperti harapannya.
Lamunannya sejenak pudar ketika beberapa prajurit datang memasuki kediaman sang kaisar dengan wajah serius dan langkah sedikit terburu-buru, sang kaisar menoleh ia tidak suka namun ia berusaha untuk mendengarnya sebelum ia marah-marah tidak jelas.
"Ada apa?" suara Kaisar berat seakan menahan murkanya.
"Ampun Yang Mulia, saya membawa kabar tidak enak. Sekali lagi ampun Yang Mulia." ucapnya membungkuk lalu berlutut di hadapan sang kaisar.
Pria berwajah dingin itu bangkit dari duduknya, mengibaskan lengan bajunya memberikan tanda agar para pelayan segera meninggalkannya.
"Katakan ada apa?" tanya Kaisar Qiang mencuramkan alisnya sambil menyorot mata sang prajurit.
"Hamba dapat kabar dari perbatasan hutan bahwa kaum iblis berkumpul hendak menyerang kerajaan Bumi Qiang Yang Mulia." ucapnya dengan suara bergetar dan sedikit takut.
"Memangnya kenapa? Kenapa pergerakannya cepat sekali?" tanya Kaisar mencuramkan alisnya tanda tak mengerti.
"Hamba tidak tahu Yang Mulia, para iblis berkumpul mereka hendak menyerang dan ingin mengambil ratunya kembali. Saat ini prajurit lain tengah membendung serangan mereka. Mungkin kami bisa memperlambat penyerangannya tapi kami tidak bisa janji untuk membendungnya lebih lama lagi. Kaum iblis terlalu licik dan berjumlah banyak, mereka menyerang karena mereka menganggap Yang Mulia menyiksa ratu mereka." terang sang prajurit panjang lebar.
"Apa??" pekik Kaisar Qiang semakin bingung.
"Ini konspirasi Yang Mulia, sepertinya ada seseorang yang ingin menggagalkan pernikahan anda." sahut Panglima Xue tak kalah serius.
"Siapa?"
"Mungkin musuh anda, selama ini anda terlalu sibuk dengan hari pernikahan anda jadi mereka beranggapan bahwa anda lengah dan menggunakan kesempatan ini untuk menyerang anda." tutur panglima Xue terdengar masuk akal.
Pikiran Kaisar Qiang kembali berputar, ia tidak bisa keluar untuk bertarung apalagi hari ini adalah hari penting untuk dirinya. Musuh terlalu pintar memanfaatkan suasana, mereka tahu bahwa tak mungkin bagi kaisar seperti dirinya turun tangan untuk berperang di hari pernikahannya. Dengan mengobarkan api kemarahan masyarakat Iblis, mereka bisa pergi tanpa meninggalkan jejak sama sekali. Sungguh rencana yang sangat brilian dari seorang musuh.
"Panglima Xue pergilah ke perbatasan dengan para prajurit secara diam-diam, aku tidak ingin hal ini jadi bahan keributan di luar sana. Redakan kemarahan masyarakat Iblis, katakan pada mereka bahwa aku sama sekali tidak menyiksa ratu mereka." titah Kaisar Qiang seraya menyorot manik mata kelam sang panglima.
"Baik Yang Mulia." jawab Panglima dengan patuh seraya membungkuk.
"Dan juga jangan sampai kabar ini sampai ke telinga Nona Yun, jika ia sampai dengar kabar ini ia pasti akan membatalkan pernikahan dan mengangkat pedangnya tinggi-tinggi. Aku tidak ingin hanya karena sebuah kelalaian kecil, harapan yang sudah terpupuk lama harus hancur seketika Panglima Xue."
"Baik Yang Mulia, serahkan semuanya pada saya. Saya akan berusaha semaksimal mungkin mengamankan kerajaan." jawab Panglima Xue dengan penuh keyakinan.
Sang kaisar kembali menghela nafas, ia memalingkan pandangannya ke arah jendela kamar. Telinganya masih bisa mendengar musik dan tabuhan genderang dengan jelas. Ia tidak bisa mengecewakan para tamunya dan menunda pernikahannya, namun dalam hati ia berjanji bahwa ia akan mengusut hal ini sampai tuntas dan akan memenggal kepala musuhnya secara langsung dan tanpa ampun lagi.
****
"Nona sangat cantik, Yang Mulia Kaisar pasti akan semakin terpesona setelah melihat anda." puji beberapa pelayan sembari menyisir rambut Nona Yun dengan pelan.
Gadis itu tak bergeming, ia menutup rapat bibirnya dan tak mengatakan apa-apa sedari pagi. Telinganya terus mendengarkan banyak pujian terhadapnya dari orang-orang yang mengagumi kecantikannya yang luar biasa hingga meruntuhkan hati sang kaisar yang begitu teramat dingin selama ini.
"Anda sangat cantik Nona Yun, pantas saja Yang Mulia Kaisar begitu kukuh ingin menikahi anda. Rupanya hatinya telah mencair akibat kecantikan anda." imbuh mereka seraya memoles bedak tipis di wajah Nona Yun.
Nona Yun hanya melirik pelayannya lewat ekor matanya yang indah, tak ada gunanya menanggapi ucapan para pelayan. Mereka memuji karena mereka takut mengatakan yang sebenarnya, mengatakan bahwa secantik apapun dirinya ia tetaplah iblis. Iblis tetap tidak pantas bersanding dengan manusia yang diciptakan lebih sempurna dibanding dirinya.
Pelayan di luar ruangan nampak menghampiri Nona Yun lalu membungkuk hormat padanya. Gadis itu hanya menatapnya enggan seolah tak ada hal yang membuatnya senang. Siapapun takkan senang jika harus menjalani pernikahan dengan keputusan sepihak seperti ini, dimana ia harus berpura-pura bahagia demi cita-citanya yang lain.
"Nona Yun upacara pernikahan akan segera di mulai, sebaiknya anda segera bersiap untuk keluar dan melaksanakan pernikahan tersebut." ucap Pelayan memberitahu.
"Bukankah masih nanti? Kau bilang pernikahan akan dimulai siang nanti tapi kenapa sekarang kau datang dan mengatakan padaku untuk segera bersiap?" Nona Yun terlihat bingung.
"Maaf Nona tapi Yang Mulia menghendaki untuk mempercepat waktu pernikahan." jawab Pelayan dengan hati-hati.
"Wah Nona sepertinya Yang Mulia sudah tidak sabar menunggu anda, lihatlah beliau sangat antusias ingin menikahi anda hingga harus mempercepat waktu pernikahan." goda sang pelayan pada Nona Yun.
"Berhentilah menggodaku, sebaiknya segera selesaikan tugasmu meriasku. Aku juga ingin segera menyelesaikan pernikahan ini." tukas Nona Yun tak bersemangat.
"Wah... Sepertinya anda juga sudah tidak sabar." godanya lagi tanpa rasa jera.
Nona Yun memilih mendiamkannya daripada mendebat sesuatu yang tak penting. Bagi mereka yang tak tahu apa-apa, mereka bisa berkomentar sesuka hatinya namun bagi Nona Yun ini adalah awal belenggu yang sebenarnya.
Gadis itu menghela nafas, ia membuang keluhnya sendirian. Ia harus melaksanakan tugasnya dengan baik dan setelah itu ia bisa bebas dari cengkeraman sang kaisar untuk selamanya.
****
Acara pernikahan akhirnya dimulai, semua dilakukan dengan sangat sakral. Di mulai dari masing-masing mempelai saling bertemu, memberi hormat dan mengucap sumpah masing-masing dengan sangat antusias.
Baik Kaisar Qiang maupun Nona Yun masing-masing menghargai apa saja yang menjadi tugas dan kewajiban mereka. Dengan penuh sabar mereka menjalani upacara pernikahan dengan penuh kidmat.
Setelah menjalani prosesi pernikahan yang suci dan cukup menguras tenaga, mereka akhirnya diperbolehkan meninggalkan tempat upacara pernikahan tersebut. Acara hiburan kembali berlanjut hingga 7 hari ke depan, meskipun Kaisar Qiang Wen tahu dibalik ini semua kerajaan tengah mengalami konspirasi yang entah siapa pelakunya.
"Kau berjalan terlalu cepat, istriku." ucap Kaisar Qiang pada Nona Yun yang berjalan sedikit cepat di depannya.
Entah setelah mendengar sapaan itu, emosi Nona Yun seakan kembali dipancing. Ia tahu saat ini statusnya adalah seorang istri namun baginya ia masih merasa risih ketika Qiang Wen menyapanya dengan sebutan istri.
"Aku harus istirahat, aku merasa tidak enak badan." jawab Nona Yun sekenanya tanpa berniat ingin mengajak berdebat.
Kaisar Qiang menaikkan sebelah alisnya, ia merasa sedikit tertolak oleh Nona Yun membuatnya seakan disentil mati-matian. Tanpa pikir panjang ia menarik pergelangan tangan Nona Yun dan membawanya ke dekapannya yang hangat.
Tingkah polah sang kaisar membuat para pelayan segera membalikkan badan, berusaha untuk tidak melihat.
"Kalau begitu istirahatlah, mungkin nanti malam akan jadi malam yang panjang bagimu." bisik Kaisar Qiang terdengar nakal.
"Apa maksudmu? Aku ingin tidur di kamarku sendiri." ucap Nona Yun bersikeras seraya berusaha melepaskan diri namun ditahan oleh Kaisar Qiang Wen.
"Apa kau yakin?"
"Tentu saja."
"Yakin?"
"Iya. Memangnya kenapa? Kita hanya menikah, ingat! Hanya menikah." ucap Nona Yun mulai kesal.
"Kalau begitu kita taruhan saja."
"Taruhan apa? Aku tidak ingin bertaruh denganmu. Sekarang lepaskan aku."
"Baiklah tapi jangan menyesal dengan ucapanmu. Nanti malam kamulah yang akan datang menemuiku, ingat saja itu."
"Apa kau tengah mengancamku? Percaya diri sekali kau berbicara seperti itu." tukas Nona Yun merengut.
"Tunggu saja Nona Yun. Tunggu saja nanti malam. Kau akan melihat siapa pemenangnya. Aku atau kamu."
*******************
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top