INI BUKAN CINTA

***
Ruangan itu disebut sebagai ruangan khusus kedua milik Kaisar, ruangan dimana sang kaisar sering menghabiskan malam-malam panjang disana hanya untuk memikirkan beribu laporan yang masuk ke dalam istananya. Ruangan yang berfungsi ganda antara bertukar pikiran dengan menteri-menterinya sekaligus tempat kerja yang resmi.

Pagi itu ruangan tersebut masih terlihat sepi, meskipun begitu beberapa pengawal nampak berjaga di sana menandakan bahwa junjungan mereka berada di ruangan itu hampir semalaman.

Langkah Panglima Xue mengubah atmosfer pagi itu, langkahnya yang cepat dan sedikit terburu-buru membuat semua orang yang dilaluinya membungkuk dengan sedikit pertanyaan di benaknya, ada apakah? Kenapa Panglima Xue seserius itu?

Pria yang sebaya dengan sang kaisar nampak meminta ijin pada sang pengawal dan tak lama kemudian mereka membukakan pintu kayu itu bersamaan. Dengan langkah cepat ia segera memasuki ruang kerja sang kaisar tanpa lupa membungkukkan badan memberi penghormatan.

"Ada apa Panglima Xue?" tanya Kaisar Qiang tanpa menatap wajah Panglima Xue sambil terus menulis sesuatu di kertasnya.

"Ampun Yang Mulia Kaisar, saya hanya ingin melaporkan jika Selir Sun tiba-tiba jatuh sakit." ucap Panglima Xue seraya menundukkan pandangannya ke tanah.

Kaisar Qiang tak menjawab, ia terus menulis dengan santai seolah berita tentang sakitnya selir tertua sama sekali tidak meruntuhkan jiwa kekejamannya.

"Kau sudah tahu bukan bagaimana tindakan kita jika melihat orang sakit?" ucap Kaisar Qiang dingin tanpa melepaskan tatapannya dari sang kertas seakan kertas itu jauh lebih berharga daripada nyawa selir Sun sendiri.

"Iya Yang Mulia, saya sudah mendatangkan tabib istana. Saat ini Selir Sun sedang diperiksa, dari tanda-tanda yang muncul sepertinya beliau diracun." ucap Panglima Xue pelan dan hati-hati.

"Itu balasan untuk orang yang suka mencampuri urusan orang lain, Panglima Xue. Masih untung dia tidak kehilangan nyawanya kalau iya mungkin hari ini istana akan mengibarkan bendera hitam." jawab sang kaisar tanpa rasa berdosa sedikitpun.

Panglima Xue terbengong, ia baru menyadari jika yang dimaksud Kaisar Qiang adalah sang kaisar sendirilah yang sudah meracuni selir Sun. Namun argumen itu hanya ia simpan dalam hati dan tak berani untuk mengungkapkannya.

"Aku sendiri yang memberi ramuan itu kepadanya, aku sendiri yang memberi hukuman kepadanya atas apa yang sudah ia lakukan. Menurutmu apa aku salah?" tanya Kaisar Qiang lalu menoleh ke arah Panglima Xue yang masih tertunduk.

"Tidak... Tidak Yang Mulia. Orang yang salah pantas diberi hukuman." ucap Panglima Xue membenarkan.

Kaisar Qiang menghela nafas lalu mengalihkan pandangannya ke arah kertas di hadapannya dengan santai.

"Jika kau hanya melaporkan hal itu sebaiknya kau segera keluar dan jangan ganggu aku." ucap Kaisar tanpa rasa minat.

"Baik Yang Mulia.." jawab Sang panglima lalu membungkukkan badan untuk segera undur diri.

Namun belum juga panglima keluar dari ruangan sang kaisar, datanglah sang pelayan dengan setengah berlari lantas bersujud di hadapan Kaisar Qiang.

"Ampun Yang Mulia Kaisar atas kecerobohan hamba yang sudah berani masuk ke ruangan anda. Namun saya wajib memberitahukan bahwa Nona Yun tiba-tiba pingsan dengan tubuh membiru." ucap Pelayan dengan tubuh gemetar.

"Apa??" reaksi Kaisar Qiang diluar dugaan. Pria itu mendadak bangun dari duduknya dan menghujam tatapannya ke arah pelayan.

"Ampun Yang Mulia, hamba sudah mencari tabib tapi tabib sudah pergi ke ruangan Selir Sun. Hamba tidak bisa berbuat apa-apa karena semua obat-obatan tidak ada di....."

"Dia seorang iblis, obat-obatan racikan manusia tidaklah cocok untuk tubuhnya. Aku sendiri yang akan mengunjunginya." tutur Kaisar Qiang serius lalu melangkahkan kaki keluar dari ruangannya tanpa memperdulikan siapapun.

Panglima Xue tertegun, sekali dalam hidupnya baru kali ini ia melihat keanehan Kaisarnya. Kenapa bisa pria itu lebih mengasihi seorang iblis yang baru ia kenal beberapa hari daripada Selir Sun yang sudah menemaninya beberapa tahun terakhir. Lagi-lagi argumennya hanya bisa ia simpan dalam hati tanpa bisa mengutarakannya. Karena ia tahu, berbicara menentang sama halnya menyerahkan nyawanya dan Panglima Xue masih mencintai nyawanya bagaimanapun juga.

****

"Kakak, jangan tinggalkan aku. Kakak...." tangisan anak kecil itu memenuhi ruangan utama tempat dimana Nona Yun tergolek tak sadarkan diri.

"Kakak, bangunlah! Jika kau pergi maka aku tidak akan tahu lagi bagaimana caranya aku hidup. Kakak...." tangis Pangeran Hong sembari menggoncang-goncangkan tubuh Nona Yun cukup keras.

Semua pelayan yang berjaga mendadak bersimpuh dan menundukkan kepala ketika kaisar nomor satu di bumi Qiang memasuki ruangan utama dengan langkah sedikit cepat, langkah yang menimbulkan suara gemerisik dari jubahnya yang terseret diatas permadani.

"Bagaimana keadaannya?" tanya Kaisar Qiang dingin sembari mendekat ke arah tubuh Nona Yun yang membiru dan masih terpejam karena pingsan.

"Ampun Yang Mulia, Nona Yun belum juga sadar. Kami sudah memanggil tabib tapi tabib belum juga datang kemari Yang Mulia." jawab Sang pelayan dengan wajah takut.

Kaisar Qiang tak bertanya lagi, ia lalu duduk di samping ranjang dan mulai mengulurkan jarinya ke arah hidung Nona Yun, mengecek nafas gadis itu dengan pelan. Masih ada namun tidak teratur dan lemah.

"Yang Mulia Kaisar, bisakah kau menolong Kakakku?" tanya Pangeran Hong dengan polos.

Kaisar Qiang menoleh pada Pangeran Hong, ia menatap anak kecil itu sejenak lalu kembali menatap wajah Nona Yun yang putih memucat hingga menjadi biru.

"Aku tahu kau adalah orang nomer satu di bumi Qiang, aku juga pernah dengar bahwa ilmumu melebihi dewa jadi bisakah kau tolong kakakku? Bisakah kau menyelamatkannya? Aku tak tahu harus berbuat apa untuk menolongnya tapi aku yakin kau pasti akan menyelamatkannya. Iya kan?" ucap Pangera Hong lirih sambil terus menatap wajah Kaisar Qiang yang sama sekali tak membalas tatapannya.

"Seberapa penting kakakmu untukmu, anak kecil?" tanya Kaisar Qiang dingin.

"Dia seperti kakakku, aku bukanlah adik kandungnya tapi karena kehadirannyalah aku merasa pantas menikmati hidup di dunia ini. Ketika semua orang menolakku, hanya dia yang mau menerimaku apa adanya. Berbekal itulah kenapa dia begitu penting bagiku. Yang Mulia bisakah kau menyelamatkannya?" ucap Pangeran Hong kembali menitikkan airmatanya.

Perlahan tatapan sang kaisar kembali teralihkan ke arah Pangeran Hong, ia menatapnya cukup lama lalu menepuk kedua bahunya sedikit keras.

"Kelak jika kau dewasa maka tunduklah padaku, perkuat sistem kemiliteranku, Pangeran Hong. Apakah kau mau? Jika Ya maka aku akan menyelamatkan kakakmu." ucap Kaisar Qiang tenang.

Pangeran Hong menghapus airmatanya, ia lalu bersujud di hadapan Kaisar Qiang penuh hormat.

"Dengan segenap jiwa Yang Mulia, saya akan menyerahkan diri saya untuk Yang Mulia." tunduk Pangeran Hong dengan serius.

"Baiklah, sekarang katakan padaku apa yang harus aku lakukan untuknya Pangeran Hong?" tanya Kaisar Qiang dengan tenang.

Pangeran Hong mendongak, menatap kedua bola mata sang kaisar yang tajam dan mematikan.

"Darah. Kakakku hanya membutuhkan darah. Sudah berhari-hari ia tidak meminum darah, itulah kenapa tubuhnya membiru. Sebenarnya darah bukanlah makanan utamanya namun tanpa darah ia tidak memiliki tenaga. Orangtua kami selalu memberi kami darah manusia segar, namun akhir-akhir ini kami sering meminum darah binatang karena bagi kami manusia bukanlah makhluk buruan. Kami hanya meminum darah manusia kalau memang kondisi kami sudah darurat. Yang Mulia bisakah anda.... "

"Aku sudah berjanji akan melindunginya jadi.... Bisakah kalian semua keluar?" perintah Kaisar Qiang dengan nada setengah berteriak pada para pelayan yang berjaga.

Semua pelayan membungkukkan badan lalu undur diri satu persatu dari hadapan Kaisar Qiang. Tatapan sang kaisar kini berganti pada Pangeran Hong yang masih menatapi kakaknya dengan sedih.

"Kau juga keluarlah! Aku butuh waktu bersama kakakmu." ucap sang kaisar lirih.

"Apakah kau akan menyelamatkannya?" tanya Pangeran Hong memastikan.

Sang kaisar hanya menganggukkan kepalanya, wajahnya masih saja dingin dan datar. Berbeda dengan ekspresi Pangeran Hong, anak kecil itu tersenyum semringah lalu membungkuk berkali-kali.

"Terimakasih Yang Mulia... Terimakasih." ucapnya berkali-kali lalu undur diri dari hadapan sang kaisar.

Pria berambut kelam itu berdiri dari duduknya, ia melepaskan jubahnya yang terasa begitu berat di badannya. Perlahan ia melepaskan ikatan rambutnya hingga tergerai indah. Dengan ilmunya yang tak terbatas ia menutup semua pintu dan jendela di kamar itu tanpa menyentuhnya sama sekali.

Sang kaisar mengulurkan tangannya, ia mengusap anak rambut Nona Yun yang sebagian jatuh di wajahnya.

"Seperti yang kau ketahui Nona Yun, aku mau melakukan semuanya karena aku ingin memanfaatkanmu. Kelak bila tiba waktunya aku akan membuat perhitungan kepadamu." gumam Kaisar Qiang lirih.

Perlahan ia mendekatkan wajahnya ke hadapan Nona Yun, ia mengamati setiap ukiran sempurna di wajah Nona Yun tanpa diketahui oleh sang pemilik. Ada sesuatu yang tak bisa ia ungkapkan, perasaannya.
Entah kenapa setiap bersama Nona Yun ada perasaan berbeda namun ia yakin bahwa perasaannya bukanlah perasaan cinta. Kaisar Qiang masih saja terdiam, menarik nafas berkali-kali dan terus mengamati wajah cantik Nona Yun Xiaowen.

"Seperti malam itu, aku berjanji padamu meskipun aku tak mencintaimu aku akan berusaha melindungimu Nona Yun." bisik Kaisar Qiang lirih lalu menekan dagu Nona Yun hingga bibir gadis itu sedikit terbuka.

Sang kaisar terdiam, ia menggigit lidahnya sendiri cukup keras hingga mengeluarkan darah. Perih dan asin berbaur menjadi satu, perlahan ia mencium bibir Nona Yun dan memberikan setetes demi setetes darahnya untuk Nona Yun minum.

Gadis itu terbatuk dengan nafas tersengal ketika sesuatu tengah mengalir di bibirnya, sesuatu yang dibutuhkan oleh tubuhnya yang membiru. Tanpa ia sadari gadis itu lantas mengalungkan kedua tangannya di leher sang kaisar dan tanpa rasa berdosa juga ia menekan kepala sang kaisar guna memperdalam ciumannya.

Kaisar Qiang terpaku, ia tak mengerti kenapa reaksi Nona Yun seperti itu. Seandainya ia tahu apa yang dilakukannya saat ini mungkin ia akan berteriak-teriak histeris.

"Nona Yun..." bisik Kaisar Qiang mencoba melepaskan bibirnya dari bibir Nona Yun namun gadis itu masih saja terpejam dan dengan kedua tangannya justru ia menyerang balik sang kaisar guna mendapatkan darah itu.

Ketidaksadaran Nona Yun membuatnya bertingkah aneh, ia justru menarik leher sang kaisar dan membuka kerah bajunya sedikit keras hingga robek. Bahkan sekarang posisinya jadi terbalik, justru Nona Yun yang menggerayangi tubuh Kaisar Qiang dengan mata masih terpejam.

Crrussh.

Taring Nona Yun menembus leher Kaisar Qiang, menciumnya dan menyesap habis darah yang mengucur membasahi leher sang kaisar. Perlahan pria itu mengusap punggung sang gadis, ia bahkan rela ketika darahnya dihisap kencang oleh gadis itu dengan penuh nafsu.
Tubuh Kaisar Qiang sengaja roboh, ia sengaja melakukannya agar Nona Yun lebih leluasa mengambil darahnya.

"Apakah darahku terasa nikmat Nona Yun? Darah yang ku kumpulkan dari musuh-musuh terhebatku, darah yang kuhisap sama seperti dirimu demi kekuatanku. Nona Yun ambil saja semua darahku, aku rela. Aku justru tidak rela jika harus melihatmu meminum darah orang lain." bisik Kaisar Qiang lirih sambil mengelus rambut Nona Yun yang kini tidur di atas tubuhnya dan masih menyelusup di sela lehernya.

"Namun kenapa rasanya seperti ini? Kenapa setiap hisapan bibirmu membuatku merasa runtuh. Nona Yun, jangan bertingkah macam-macam atau aku akan kehilangan diriku lagi." gumam Kaisar Qiang dalam hati seraya menyipitkan kedua bola matanya.

Pria itu semakin hanyut akan hisapan bibir Nona Yun, hisapan yang tak pernah ia rasakan jika bersama wanita. Kenapa jika bersama Nona Yun, gelagat liarnya muncul? Apakah ia tidak normal? Apakah ia mengidap kelainan karena menginginkan gadis yang bukan golongannya?

Kenapa?

"Nona Yun...." bisik Kaisar Qiang begitu dalam. Pria itu lalu melepas gigitan Nona Yun, ia merebahkannya dan mulai menguasainya dengan nafas sedikit tersengal.

"Kau... Kau mengundang hasrat liarku Nona Yun." ucap Kaisar Qiang pelan lantas balik menyerang bibir Nona Yun sama ganasnya.

Pagi menjelang siang itu cukup terik, ketika semua orang sibuk mengipasi dirinya dengan kipas kertas justru dua orang itu tengah bergumul satu sama lain guna menyalurkan hasrat masing-masing. Suara pergumulan itupun cukup keras membuat para penjaga dan pelayan hanya diam dengan pikiran aneh satu sama lain.

Benarkah junjungannya mengalami kelainan? Kenapa dengan Selir Sun saja sang kaisar tidak tertarik, giliran dengan iblis itu ia bisa segaduh ini?

Semua hanya bisa diam dan membatin dalam hati. Karena ketika bibir mereka berucap maka saat itu siap-siap saja mata pedang akan menebas leher mereka dan memutus nyawa mereka.

***********************

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top