GEJOLAK HATI
***
Ketika istana masih disibukkan dengan berbagai persiapan menjelang pernikahan sang Kaisar, Nona Yun terus dipaksa untuk merawat diri, dipingit dan hal aneh lainnya yang tentunya tidak disukai olehnya.
Hari ini Nona Yun dipaksa tinggal di kediamannya dan menikmati perawatan khusus yang diberikan pelayan kepadanya. Ia terus mendongkol ketika sang pelayan memaksa untuk mengecat kuku-kukunya dan merawat tubuhnya agar terlihat lebih menarik lagi di hari pernikahannya nanti.
"Aku heran apa kalian tidak lelah terus mengurusiku sepanjang hari." celetuk Nona Yun membuang muka ke arah jendela kamar.
"Nona Yun kami hanya menjalankan tugas dari Yang Mulia Kaisar, kami mohon jangan memarahi kami seperti itu." ucap sang pelayan dengan mimik wajah sedih sambil terus mengecat kuku Nona Yun serapi mungkin.
"Sebenarnya aku tidak suka diperlakukan seperti ini, pelayan. Ini terlalu berlebihan untukku." dengus Nona Yun mengerucutkan bibirnya.
"Yang Mulia Kaisar akan murka jika melihat Nona Yun tidak menarik di matanya. Kami mohon Nona selamatkan kami dari kemurkaan beliau." ucap pelayan lirih.
Nona Yun terdiam, ia memilih menurut meskipun ia sama sekali tidak menyukai hal tersebut. Ia menghargai ketakutan pelayannya, bagaimanapun calon suaminya yang mesum itu memang gemar menghukum orang sesuka hatinya sendiri.
Kegiatan yang membosankan itu cukup membuat Nona Yun kesal. Seharusnya saat ini ia bisa berjalan-jalan di taman atau sekadar bermain panah kesukaannya namun gadis itu segera menghela nafas, ia harus sabar untuk beberapa hari ke depan. Toh ini tidak selamanya, bukan?
Tatapan Nona Yun beralih ke arah pintu, ada niat untuk sekadar melarikan diri meski sejenak. Ia teramat bosan tinggal di ruangannya beberapa hari tanpa diijinkan untuk keluar meskipun sesaat.
"Pelayan, hari ini sangat panas bolehkah aku mandi sebentar saja?" ucap Nona Yun mencari-cari alasan sambil mengibas-ngibaskan telapak tangan ke wajahnya seakan memberi tanda bahwa ia kepanasan.
"Nona Yun, kuku anda baru dicat jika anda mandi maka...."
"Aku ingin mandi." tegas Nona Yun setengah berteriak membuat para pelayan menghentikan pekerjaannya dan saling bertatapan.
"Baiklah Nona jika itu mau anda. Kami harap kami bisa membantu anda untuk..."
"Tidak usah, aku akan mandi sendirian. Sebaiknya kau menungguiku di luar." ucap Nona Yun berbinar seakan mendapatkan angin segar. Gadis itu segera berdiri, bergegas masuk ke kamar mandi yang letaknya di sebelah kamar Nona Yun yang begitu luas.
Dengan wajah gembira Nona Yun menatap kuku-kukunya, perlahan kukunya memanjang. Ia berniat ingin kabur melalui pintu belakang kamar mandi yang menghubungkan ke luar istana. Tanpa ragu lagi Nona Yun melangkah keluar dari ruangan dengan diam-diam, berbekal kukunya yang panjang ia menuruni tembok istana yang lumayan tinggi. Untung saja suasana saat itu sedang sepi karena semua prajurit sedang sibuk mempersiapkan pernikahannya.
"Akhirnya aku bisa bebas." gumam Nona Yun bangga selepas menuruni tembok istana sambil menepuk-nepuk telapak tangannya yang sedikit kotor dan berdebu.
"Apa kau senang?" tanya seseorang terdengar familiar.
Tatapan Nona Yun segera beralih ke arah suara tersebut, wajahnya memerah ketika Kaisar sendiri yang memergokinya.
"Kau sungguh tak tahu malu Nona Yun, kau adalah calon ratu tapi tingkah lakumu seperti seorang penyamun saja. Kenapa kau harus menuruni tembok secara diam-diam begitu? Apa kau mulai merindukanku?" tebak Kaisar Qiang dengan mimik wajah dingin.
"Apa? Aku merindukanmu? Sebaiknya kau berpikir dahulu sebelum kau mulai berbicara Kaisar Qiang." jawab Nona Yun serius.
"Lihat posisimu sekarang Nona Yun, kau berada di luar ruanganmu dan itu berarti kau memang tengah berusaha untuk kabur. Katakan saja kau ingin menemuiku." jawab Kaisar percaya diri.
"Apa kau bilang? Sepertinya otakmu yang bergeser. Sudah jangan ikuti aku! Biarkan aku pergi sendirian." ucap Nona Yun ketus seraya berbalik badan dan mengacuhkan keberadaan sang kaisar.
Sang kaisar tentu saja kesal mendengarnya, saat itu ia juga tengah sendirian tanpa ditemani sang panglima atau prajurit pilihannya. Dengan kekuatannya, ia menarik hanfu Nona Yun hingga gadis itu tertarik ke arahnya.
Dengan sigap Kaisar Qiang mengalungkan lengannya yang kokoh di leher Nona Yun dari belakang.
"Menurutmu apakah pertemuan kita ini tidaklah sengaja? Aku merasa kita adalah jodoh." celetuk Kaisar Qiang di telinga Nona Yun.
"Berhentilah menganggapnya begitu, bagiku jodoh itu bisa saling mengerti dan saling memahami satu sama lain. Sudah biarkan aku pergi, aku sangat bosan tinggal di dalam ruangan." berontak Nona Yun berusaha melepaskan tangan Kaisar yang merangkul di bahunya.
Gadis itu berhasil melepaskan diri lalu melangkah pergi, namun baru beberapa langkah ia kembali terhenti ketika melihat sosok di depannya dengan mata terbelalak.
Pangeran Hong.
Anak kecil itu menyeringai seolah memiliki gelagat buruk, matanya melirik ke arah belakang Nona Yun lalu memberi salam penghormatan untuk sang kaisar.
"Kakak, jika kau merindukan Yang Mulia jangan memintanya bertemu di lorong seperti ini. Kau sungguh tidak sopan." ucap Pangeran Hong setengah berbisik.
"Apa? Kau berpikir aku mengajaknya bertemu?" ulang Nona Yun terlihat bingung bercampur kesal.
Sedang di belakangnya, Kaisar Qiang hanya menahan senyum dalam hati sambil menikmati ekspresi Nona Yun yang sungguh luar biasa menghibur dirinya.
"Lalu kalau bukan untuk bertemu, kau sedang apa di sini? Yang Mulia Kaisar juga berada di sini tanpa pengawalan sedikitpun. Apa ini yang namanya tidak bertemu? Kakak jujur saja padaku." desak Pangeran Hong terus usil dan membuat kakaknya bingung bukan kepalang.
"Pangeran Hong aku sudah jujur padamu, aku tidak sedang bertemu dengannya. Aku juga tidak janjian untuk bertemu di sini." ucap Nona Yun berusaha menjelaskan.
"Lalu kenapa Yang Mulia berada di sini?" tanya Pangeran Hong sembari melayangkan tatapan ke arah sang kaisar.
"Dia merindukanku sehingga ia berusaha kabur dari ruangannya." sahut sang kaisar dengan tenang.
"Tuh, kan?" imbuh Pangeran Hong sambil menyorot mata kakaknya penuh tatapan curiga.
"Kalian ini~, kapan kalian berunding untuk kompak mengerjaiku? Apakah kalian bersekongkol di belakangku?" tuding Nona Yun marah sembari menatap kedua orang itu bergantian.
Semua terdiam tak ada yang menjawab hingga akhirnya Nona Yun memilih mendengus kesal dan pergi meninggalkan mereka berdua.
Kaisar Qiang mengangkat sebelah alisnya, ia menatap Pangeran Hong lalu mendekatinya dan menepuk bahunya perlahan.
"Kau memang panglima cilik yang pemberani, selama kau berpihak padaku jangan khawatir hidupmu pasti terjamin." ucap Kaisar Qiang pada Pangeran Hong yang membungkuk hormat padanya.
"Aku akan selalu berpihak padamu Yang Mulia. Aku harap setelah mendapatkan kakakku, kau tidak pernah menyakitinya atau berpikir untuk membuangnya Yang Mulia." ucap Pangeran Hong terdengar serius.
Kaisar Qiang Wen menangkup wajah anak kecil itu, menangkup dengan tatapan penuh makna.
"Selama ini tak pernah ada yang berani mengajukan permohonan seberani itu padaku, Pangeran Hong. Aku sungguh menghargainya."
***
"Bagaimana bisa Pangeran Hong bertingkah seperti itu padaku? Kenapa ia sepertinya lebih condong pada kaisar mesum itu? Apa yang sudah dia lakukan padamu Pangeran Hong?" desis Nona Yun di jembatan kayu dekat aula istana sambil menatap pantulan dirinya di air.
Gadis itu menoleh ke belakang dengan kesal, ia lalu mengambil kerikil kecil dan melemparkannya ke air. Tak ada hal yang bisa mengungkapkan rasa kesalnya saat ini pada sang kaisar maupun pada adiknya.
"Apa kau sedang kesal?" tanya seseorang di belakang Nona Yun.
Gadis itu menoleh, ia kembali mendengus dan berpaling ketika tahu siapa yang bertanya sedemikian enteng kepadanya.
"Bisakah kau menjauhiku sebentar saja? Sedari tadi kau hanya mengikutiku saja." dengus Nona Yun tanpa menatap mata sang kaisar.
Pria itu tak menjawab, ia mendekati tubuh calon ratunya dengan perlahan. Tanpa sepengetahuan Nona Yun tangan Kaisar menyusup ke perut gadis itu membuat reaksi kaget sekaligus marah pada diri sang gadis.
"Apa yang kau lakukan?" ucap Nona Yun kesal seraya melepas tangan Kaisar Qiang yang gatal.
"Aku tidak melakukan apa-apa padamu selain berusaha menghapus rasa rindumu padaku." jawab Kaisar Qiang enteng.
"Kau masih saja menganggapku merindukanmu Yang Mulia? Sepertinya kau tengah bermimpi di siang bolong." tukas Nona Yun kembali berpaling.
"Aku rasa tak ada salahnya jika aku membantu melepaskan rasa rindumu padaku jadi kau tak perlu lagi untuk kabur hanya untuk menemuiku jadi...."
"Berhentilah membual Kaisar Qiang. Aku keluar dari kediamanku karena aku merasa bosan jadi jangan merasa jika aku melarikan diri hanya karena ingin bertemu denganmu." ucap Nona Yun memberi penjelasan.
Kaisar Qiang menaikkan sebelah alisnya. Ia terlihat dingin seperti biasanya, perlahan ia meraih jemari Nona Yun dan menggenggamnya erat. Melihat hal itu Nona Yun menatapnya tak mengerti.
"Kenapa kau menatapku seperti itu?" tanya Kaisar Qiang terheran-heran.
"Lepaskan tanganmu Yang Mulia, aku merasa tak nyaman karena dilihat banyak orang." ucap Nona Yun tertunduk sembari melepas genggaman tangan sang kaisar.
Kaisar Qiang tak menjawab, ia terus menatap mata Nona Yun dan melangkah ke depan membuat Nona Yun harus mundur dan merapat dengan pagar kayu di jembatan tersebut.
"Apa? Apa yang akan kau lakukan?" tanya Nona Yun tak habis pikir.
Sang kaisar belum juga melepaskan tatapan matanya yang setajam mata elang ke arah Nona Yun. Ia sengaja menghimpit tubuh gadis itu hingga merapat dan tak bisa kemana-mana lagi selain balas menatap kedua bola matanya yang kelam.
"Aku merindukanmu Nona Yun." ucap Kaisar Qiang dengan serius.
Gadis itu tercekat, ia bahkan tidak menyangka jika pria kaku dan berdarah dingin itu mampu berkata demikian di hadapannya tanpa rasa canggung sedikitpun.
"Aku tahu kau mungkin takkan pernah merindukanku meskipun kita tak berjumpa berbulan-bulan lamanya Nona Yun. Jika kau tak mau mengalah soal perasaanmu biarlah aku saja yang mengalah. Aku sudah mengakuinya, aku sudah jujur dari awal bahwa akulah yang terlebih dahulu merindukanmu. Aku benar-benar merindukanmu, Nona Yun." ucap Kaisar Qiang dingin di depan wajah Nona Yun yang mirip seperti orang bodoh.
"Kaisar Qiang, kau...."
"Kamu adalah keberuntunganku Nona Yun. Aku tak ingin mengakuinya namun hatiku terus berkata demikian hingga detik ini. Nona Yun, aku...." ucap Kaisar Qiang lirih tanpa berusaha melanjutkan ucapannya. Sepertinya ia tengah kesulitan untuk mengatakan isi hatinya namun...
Kaisar Qiang dengan cepat meraih kepala Nona Yun dan mencium bibirnya. Secara bersamaan seluruh prajurit pilihan dan para pelayan yang mengawal Kaisar Qiang bersujud dan memalingkan wajahnya dari pemandangan tersebut.
Nona Yun terpaku, ia membelalakkan kedua bola matanya dan mengedip tak mengerti. Kejadian ini terlalu cepat untuk ia sadari, ia hanya membisu ketika bibir kenyal itu usai menyapu bibirnya dengan lembut. Jemari sang kaisar perlahan menyentuh pipi merah Nona Yun penuh kelembutan.
"Aku bukan orang yang baik tapi aku selalu menghargai sebuah kejujuran. Jika kau tak mau jujur padaku, aku tak memaksamu. Cukup kau tahu dengan apa yang kurasakan saat ini." ungkap sang kaisar serius.
Lama mereka terdiam, Nona Yun terus menatap kedua bola mata Kaisar Qiang hingga pria itu merebak merah karena merasa malu. Dia tertunduk sejenak, ini adalah hal yang memalukan bagi seorang kaisar macam dirinya. Kenapa bisa pria yang terkenal gemar membunuh bisa memerah malu hanya gara-gara menghadapi seorang gadis?
"Sepertinya aku harus segera pergi." imbuhnya lagi masih sambil tertunduk.
Kaisar Qiang mundur beberapa langkah, ia berbalik badan dan mulai melangkah pergi namun langkahnya kembali terhenti ketika rambut panjangnya tanpa sengaja tersangkut di perhiasan yang dikenakan Nona Yun.
Mau tak mau ia harus berbalik dan melepaskan rambutnya yang tersangkut di kalung Nona Yun. Sejenak ia mencium bau khas Nona Yun membuat jantungnya sedikit bergejolak hebat dan berdesir tak karuan.
Sebelum ia berbalik badan ia kembali memperhatikan wajah Nona Yun dari dekat, gadis itu terus saja membisu hingga akhirnya kembali tercekat ketika melihat senyum sang kaisar untuk yang pertama kalinya.
"Sampai jumpa di hari pernikahan kita, Nona Yun. Siapkan dirimu baik-baik. Aku pasti akan menghabisimu."
*************************
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top