FAKTA ITU SAKIT
***
Ruang utama, ruang dimana sang raja sering menghabiskan waktu senggangnya untuk bersantai dan jauh dari rutinitas kenegaraan. Seandainya ada wanita yang hadir di sana maka wanita itu sangatlah beruntung. Dan siapakah wanita yang beruntung saat ini?
Ya, dia adalah Yun Xiaowen.
Gadis itu masih tak sadarkan diri, jarum pelumpuh yang mengenainya kendati sudah berhasil ia cabut tetap saja membawa efek yang luar biasa bagi tubuhnya. Yun Xiaowen dia gadis anak dari iblis, kemampuannya belumlah seberapa namun selama berlian merah itu menyatu dengan tubuhnya, kekuatannya akan muncul perlahan-lahan dan semakin kuat. Itulah kenapa Raja manusia begitu terobsesi kepadanya.
Malam itu Raja Liuu Qiang Wen melangkah memasuki kediaman favoritnya dengan langkah tenang dan nyaris tak terdengar. Sesampainya di pinggir ranjang, ia mengamati wajah Nona Yun dengan tatapan dingin. Ia bisa mengira jika gadis yang ada di hadapannya ini tengah bergulat dengan racun pelumpuh yang ia berikan beberapa waktu lalu.
Raja Qiang menghela nafas lalu menanggalkan baju kebesarannya di kursi berukir emas di samping ranjang besarnya. Pandangan Raja Qiang menyebar, ia lalu mengangkat tangannya menginteruksikan agar pelayan yang menemaninya segera meninggalkannya seorang diri.
Seperti yang diperintahkan, para pelayan membungkuk hormat lalu mohon undur diri. Sang raja kembali menarik nafas, dengan kekuatannya ia mengunci semua pintu dan jendela tanpa menyentuhnya. Pria tampan namun dingin itu tak lupa juga mematikan sebagian lampu minyak hingga suasana terlihat makin temaram.
Raja Qiang mendekat lalu mengulurkan jemarinya guna menyeka peluh gadis itu. Ia duduk dengan tenang dan mulai melucuti pakaian yang dikenakan Nona Yun agar lebih longgar. Namun sebelum itu terjadi, tangan Nona Yun dengan sigap menahan tangan Raja Qiang. Matanya yang terpejam mendadak terbuka dan hampir melotot ke arah Raja manusia tersebut.
"Jangan harap kau bisa berbuat mesum padaku, Raja mesum!" maki Nona Yun marah lalu menghempaskan tangan Raja Qiang.
Gadis itu mencoba bangun, ia memekik kesakitan karena tubuhnya masih terasa begitu lemah. Jangankan untuk bangun, bergerak saja rasanya begitu susah dan begitu menyakitkan.
"Kau kira aku akan mesum padamu, Nona Yun? Jika itu mauku, mungkin akan lebih nikmat jika aku melakukannya dengan para selirku. Tanpa aku memaksapun mereka sudah menyerahkan diri mereka kepadaku." tutur Raja Qiang tak berekspresi.
"Kau kira aku peduli? Sekarang biarkan aku pergi dari sini. Aku tak sudi jika harus jadi budakmu. Minggir kau!" ucap Nona Yun seraya mendorong tubuh Raja Qiang agar menjauh darinya meskipun kenyataannya dirinya sendiri yang justru terhempas karena masih lemas.
"Racunku tak bisa diobati dengan ramuan apapun, Nona Yun. Jika kau ingin sembuh sebaiknya kau menurut padaku." ucap Raja Qiang dingin lalu menatap sisi lain.
"Jika memang begitu kenyataannya, biarkan aku mati daripada harus menjadi tawanan bodoh seperti ini. Biarkan aku pergi!" ucap Nona Yun susah payah seraya menyeka peluhnya yang terus mengucur.
Gadis itu berusaha bangkit dengan susah payah, kakinya bergetar ketika menyentuh tanah. Baru sebentar ia memijak, ia kembali roboh tak berdaya. Raja Qiang hanya menatapnya sebelah mata, ia lalu berdiri dan berjalan menuju ke hadapan Nona Yun yang masih ngos-ngosan dan terlihat keletihan.
"Apa kau butuh bantuanku, Nona Yun?" tawar Raja Qiang datar.
"Tidak." sahut Nona Yun bersikeras lalu kembali berusaha bangkit dengan susah payah.
Kakinya yang gemetaran ia paksakan melangkah menuju pintu. Dengan susah payah ia mencapai pintu namun kembali roboh tak berdaya. Saat seperti ini ia kembali mengutuki dirinya atas ketidakberdayaan yang terjadi pada dirinya.
"Kau memang keras kepala Nona Yun. Sepertinya aku memang harus belajar sabar darimu." gumam Raja Qiang lalu mendekati tubuh lemas Nona Yun.
Tanpa pikir panjang lagi raja yang dikenal begitu ambisius, dingin dan kejam itu meraih tubuh Nona Yun dan mengangkatnya.
"Lepaskan aku Bodoh! Kau makhluk sialan, lepaskan aku!!" maki Nona Yun sembari mencakar-cakar dada sang raja dengan tangannya yang masih lemah.
Pria itu tak bersuara, ia lalu meletakkan Nona Yun di atas ranjangnya kembali. Tanpa banyak suara pria itu lantas menguasai tubuh Nona Yun, ia menaiki tubuh dan mengunci kedua tangannya sangat kencang. Dengan perlahan ia melengkungkan tubuhnya dan mendekatkan wajahnya tepat di wajah Nona Yun hingga nafas mereka saling menerpa.
"Nona Yun, aku bisa saja melakukan apa yang ku mau padamu saat ini juga. Melihat kondisimu yang seperti ini kau memang pantas untuk dinikmati namun perlu kau ketahui Nona Yun aku sama sekali tidak bernafsu kepadamu, seandainya aku mau berbuat mesum padamu aku akan melakukannya bukan karena nafsu ataupun suka kepadamu namun karena aku ingin menghukummu jadi....."
Cihh.
Nona Yun mulai muak, ia meludahi wajah Raja Qiang dengan kasar. Ia ingin bebas namun Raja bedebah itu terus menahannya dan terus mempermainkannya. Dengan tenaganya yang belum pulih sepenuhnya, Nona Yun berusaha berontak meskipun setiap pemberontakannya selalu dicekal oleh tangan Raja Qiang yang begitu besar dan kekar.
Raja Qiang merasa kesabaran yang ia punya mulai habis, dengan kasar pula ia mencengkeram rahang Nona Yun sedemikian keras hingga gadis itu memucat pasi dan kesakitan.
"Kau bahkan tidak bisa memanfaatkan kesabaran yang aku punya Nona Yun Xiaowen. Katakan padaku hukuman apa yang kau minta dariku?" tegas Raja Qiang kejam sambil menyorot kedua mata Nona Yun seakan ingin membunuhnya sekarang juga.
Nona Yun gelagapan dan berusaha melepas tangan raja sialan itu sekuat tenaga. Raja Qiang menghempaskan wajah Nona Yun hingga terbentur sisi ranjang cukup keras. Luka di kepalanya belumlah kering dan sekarang kembali berdarah akibat kekerasan yang ia terima dari Raja Liuu Qiang Wen.
"Bunuh aku! Kau tak mengijinkan keluargaku hidup lalu untuk apa kau membiarkan aku hidup. Kenapa?" tanya Nona Yun menggebu-gebu penuh dengan kebencian.
Raja Qiang menyipitkan kedua bola matanya, sesaat ada sesuatu yang meletup hebat dalam dadanya. Ia merasa kesal saat gadis itu dengan tegas menanyakan alasannya dengan mata menatap penuh keberanian seperti itu. Raja Qiang merasa sangat tertantang.
"Bukankah tujuanmu menyekapku adalah ingin memperlambat proses kematianku? Bukankah kau ingin bermain-main denganku sehingga ketika aku mati kau bisa tertawa puas? Bukankah.... Uummn...."
Nona Yun tiba-tiba menghentikan ucapannya tatkala Raja manusia itu memaksanya untuk menerima pagutannya yang kasar. Gadis itu membelalakkan matanya, tangannya berontak namun tangan pria itu jauh lebih kuat.
Nona Yun berusaha menghindar namun ciuman panas itu semakin mengoyak bibirnya. Semakin ia berontak, tenaganya semakin habis terkuras. Tak ada pilihan selain menerimanya dengan terpaksa dan menyumpahi dalam hati.
Beberapa menit kemudian Raja Qiang melepaskan pagutan di bibir Nona Yun yang terlihat begitu basah dan merah. Tatapan mereka bertemu sejenak namun Nona Yun segera melengos, ia merasa harga dirinya terkoyak malam itu juga. Raja di atas segala raja itu lalu bangkit dan meninggalkan Nona Yun di atas ranjangnya seolah tak terjadi apa-apa.
"Kenapa kau tak menjawab?" tanya Nona Yun memberanikan diri dengan sorot mata menelisik.
Raja Qiang tak menjawab, ia mengenakan jubahnya lagi lalu berjalan menuju ke pintu. Secara ajaib pintu itu membuka sendiri untuk Raja Qiang Wen.
"Hei Raja bodoh! Apa kau bisu? Apa kau tak mendengar pertanyaanku? Beginikah kau memperlakukanku, hah? Aku bersumpah akan membunuhmu kelak!" teriak Nona Yun amat kesal.
Lagi-lagi Raja Qiang tak menjawab, ia hanya menoleh sesaat lalu berjalan keluar meninggalkan Nona Yun bersama dengan kekesalan yang menggunung di dadanya.
"Kenapa? Kenapa kau melakukan ini?" desis Nona Yun lirih lalu memukul ranjang dengan tangannya berkali-kali. Ia memekik lirih ketika sesuatu yang perih baru ia sadari hinggap di sudut bibirnya.
"Sial!" runtuk Nona Yun setelah menyeka sudut bibirnya yang berdarah. Mendadak dadanya bergemuruh kesal apalagi mengingat ciuman tak pantas itu di otaknya.
"RAJA QIANG... AKU AKAN MEMBUNUHMU!!!"
***
Suasana istana pagi itu sangat lengang, beberapa prajurit nampak berjaga seperti biasa dan beberapa pelayan nampak hilir mudik mengerjakan tugas-tugas mereka dengan baik. Tak sedikit dari mereka nampak kasak-kusuk lalu tertawa cekikikan. Sepertinya ada berita hangat yang tak henti-hentinya mereka ceritakan pagi itu.
"Wu Xing, apa kau sudah mendengar berita soal anak iblis yang dibawa Panglima Xue ke hadapan Yang Mulia Raja Qiang?" tanya Chao Xi setengah berbisik dan pura-pura menyirami bunga di taman istana.
"Sudah, Chao Xi. Kau tahu Nona Yun sangat cantik bahkan kecantikannya mampu menandingi selir Sun." jawab Wu Xing tak kalah berbisik sambil melirik kiri dan kanan seakan takut ada yang mendengar.
"Benarkah? Jika begitu Selir Sun pasti akan merasa tertandingi." ucap Chao Xi seraya melirik sejenak ke arah Wu Xing.
"Tadi malam pun suasana kamar utama Yang Mulia terdengar begitu riuh. Aku yakin mereka pasti melakukan sesuatu." imbuh Wu Xing lagi melirihkan nada suaranya.
"Benarkah?"
"Ya, aku bisa mendengarnya dengan jelas. Selama ini Yang Mulia jarang membawa gadis ke ruang utamanya, jika ada pasti gadis itu sangatlah beruntung. Hanya gadis teristimewalah yang bisa menemani sang raja di ruang utamanya."
"Tapi apakah mereka bisa saling jatuh cinta padahal mereka tidak mengenal satu sama lain? Coba lihat hubungan Yang Mulia dengan selir tertua Selir Sun, mereka bahkan jarang bersama dan sama sekali tak bisa romantis."
"Kita lihat saja kelanjutannya bagaimana, kau tahu sendirikan raja Qiang itu gila kekuasaan bukan gila wanita." jawab Wu Xing lirih dan hanya dijawab dengan cekikikan Chao Xi.
Tanpa mereka sadari selir Sun hadir di belakang mereka. Ia mampu mendengar apa yang tengah diobrolkan oleh para pelayan rendahan itu di taman. Hati kecil Selir Sun terpercik api cemburu, bagaimanapun kehadirannya di samping raja yang bertahun-tahun menemaninya harus tergeser oleh kehadiran anak iblis terkutuk itu dalam waktu semalam.
Niatnya yang ingin menikmati suasana pagi di taman harus rela ia lupakan, wanita berjubah emas dengan sulaman benang warna merah itu membalikkan badan bersama para pelayannya.
"Ampun Yang Mulia Selir Sun, apakah anda ingin menuju ke suatu tempat? Jika di taman suasananya kurang enak mungkin anda bisa pergi ke danau di belakang istana Yang Mulia." hibur sang pelayan yang mengekor di belakang selir Sun ketika melihat wajah junjungannya terlihat masam akibat kasak-kusuk dua pelayan tersebut.
"Aku tidak akan ke danau atau ke tempat manapun pelayan, sekarang antarkan aku menuju ke ruang utama milik Yang Mulia Raja." ucap Selir Sun tanpa berhenti berjalan menyusuri lorong istana yang cukup panjang dan berkelok.
"Tapi Yang Mulia... "
"Jangan membantah, ini perintahku!" tegasnya tak terbantahkan.
"Baik Yang Mulia." tunduk pelayan tak mampu mengelak lagi.
Sang pelayan mengantar Selir Sun menuju ke ruang utama milik raja dengan hati cukup khawatir pasalnya ruangan itu cukup tertutup dan hanya raja atau orang-orang tertentu saja yang diperbolehkan masuk ke sana. Jika Selir Sun nekat pergi ke sana berarti dia sedang mencari masalah dengan raja. Para pelayan ingin menasehati Nonanya namun karena beliau ngotot maka sang pelayan tak bisa berbuat apa-apa lagi selain patuh dan menuruti keinginannya.
"Ijinkan aku masuk, aku ingin berbicara dengan anak iblis itu." ucap Nona Sun serius kepada penjaga kamar utama milik raja.
Sang penjaga yang masih menyilangkan kedua tombak besinya di depan kamar utama hanya membungkuk dalam-dalam, memberi penghormatan bagi selir tertua selir Sun.
"Maaf Yang Mulia tapi Yang Mulia Raja meminta kami untuk menjaga tempat ini seketat mungkin. Siapapun tidak boleh memasuki kamar kecuali sang raja atau orang-orang yang diberi tugas untuk masuk." ucap Penjaga dengan hati-hati.
"Aku sudah tahu tugasmu tapi aku adalah selir tertua, jika tidak ada ratu maka selir tertualah yang menjadi pemegang kuasa nomor dua. Apakah aku harus menjelaskannya lebih detail lagi, penjaga?" gertak Nona Sun pintar berdalih.
"Tapi Yang Mulia...."
"Aku sudah meminta ijin pada Yang Mulia dan beliau memperbolehkan. Apa kau ingin menghalangiku lagi?" ucap Nona Sun berbohong dengan nada setengah membentak.
Sang penjaga saling bertatapan sedikit ketakutan, mereka kembali membungkuk hormat pada selir Sun.
"Ba... Baiklah Yang Mulia." ucapnya patuh lalu memberi jalan pada selir tertua untuk masuk.
Nona Sun tersenyum tipis, alangkah bodohnya penjaga ini, pikirnya.
Wanita itu memerintahkan pelayannya untuk menunggunya di luar sedangkan dirinya masuk seorang diri.
"Apakah kau sudah membaik Nona Yun?" sapa Selir Sun sambil melangkah masuk dengan sorot mata tajam.
Nona Yun yang bersandar di ranjangnya kembali bangun, tubuhnya masih juga belum pulih namun ia terus waspada pada pergerakan di sekitarnya apalagi yang ia jumpai saat ini adalah orang asing dan entah siapa dia.
"Kau tak usah takut padaku, aku adalah selir tertua Raja Liuu Qiang Wen. Aku tahu kau pasti kaget kenapa kau bisa dibawa kemari dan disekap tanpa ada kejelasan. Bukankah begitu?" ucap Nona Sun serius lalu menghentikan langkahnya tepat di depan ranjang Yun Xiaowen.
"Darimana kau tahu? Atau jangan-jangan kau disuruh raja mesum itu untuk membujukku, benar bukan?" tuduh Yun dengan wajah terus waspada.
"Apa? Raja mesum?" ulang Nona Sun terheran-heran sambil memincingkan kedua bola matanya yang bulat.
Sejenak otak Nona Sun berputar, jika gadis itu menjuluki suaminya sebagai raja mesum lalu ke-mesum-an apa yang sudah suaminya lakukan? Sejenak hati Nona Sun terbakar, selama ini Yang Mulia Raja Liuu Qiang Wen tak pernah menyentuhnya sedikitpun tapi kenapa dengan gadis ini, gadis yang setingkat lebih rendah dari golongannya itu justru mendapatkan sentuhan dari suaminya?
"Kenapa kau diam? Jangan-jangan apa yang kukatakan benar adanya. Katakan padaku apa tujuanmu?" tegas Nona Yun tak sabaran.
Nona Sun menghela nafas, ia mencoba mengusir kecemburuan yang hingga di hatinya. Perlahan ia memandang ke sekeliling ruangan utama milik sang raja sambil berjalan pelan mengitari ruangan.
"Kamar ini indah bukan, kau beruntung bisa masuk ke sini apalagi bersama dengan Yang Mulia Raja. Namun kau harus tahu bahwa kamar ini sama sekali tidak pantas untuk golongan iblis seperti dirimu. Apakah kau sungguh ingin tahu apa tujuanku datang kemari Nona Yun?" tanya Nona Sun lalu mengalihkan tatapannya pada Yun Xiaowen.
Gadis iblis itu tak menjawab sama sekali tapi tatapannya terus mengikuti kemana langkah Sang selir tertua seolah ingin tahu jawaban yang sebenarnya. Melihat ketertarikan yang Yun perlihatkan membuat Nona Sun tersenyum simpul.
"Akan kuberitahu sekarang, Nona Yun Xiaowen. Yang Mulia Raja ingin memanfaatkanmu, ia ingin menjadikanmu ratu bukan karena mencintaimu namun karena ia ingin memperalatmu. Dia menginginkan kekuasaan mutlak, kekuasaan di atas duniamu. Bukan hanya menjadi raja manusia namun juga raja di atas segala raja di dunia kalian. Apakah kau sudah jelas Nona Yun?"
"Kenapa? Kenapa harus seperti itu?"
"Kenapa kau bilang? Sudah jelas, Raja Liuu Qiang Wen tak pernah memiliki cinta. Di hatinya yang ada hanyalah ambisi dan obsesi akan kekuasaan. Jadi... Aku harap kau bisa berpikir jernih setelah ini, Nona Yun. Pergilah selagi kau masih bisa pergi dari sini."
*************
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top