API DI MATA, API DI HATI
****
Bosan, hanya kata itu yang memenuhi relung hati seorang Yun Xiaowen. Meskipun kini ia tengah berdiri diantara megahnya bangunan Kerajaan Qiang yang lebih megah dibanding kerajaannya dahulu tapi ia tetap saja merasakan kebosanan yang sungguh teramat dalam. Istana masih berpesta, ia harus membetahkan telinganya untuk mendengar setiap keributan alat musik, suara petasan atau tari-tarian yang sungguh Yun Xiaowen tak tahu apa manfaatnya. Baginya, semua itu hanyalah sebuah pernikahan tapi kenapa seorang Liuu Qiang Wen membuatnya jadi hal yang begitu dibesar-besarkan? Bukankah ia sudah beberapa kali menikah dengan selir-selirnya terdahulu? Semakin gadis itu berpikir, ia semakin tidak mengerti akan jalan pikir manusia yang notabene adalah seorang pemalas macam Liuu Qiang Wen.
"Huuhh..." dengus Yun Xiaowen sembari membuang nafas dengan kasar. Ia berjalan di sekeliling taman, ia sendiri tidak tahu harus menghibur dirinya dengan apa. Meminta pekerjaan pada suaminya sepertinya tidak berhasil, buktinya semakin ia mendesak agar diberi surat kuasa justru Liuu Qiang Wen semakin mempermainkannya seolah memang sangat ingin mengulur waktu.
Pagi itu, gadis yang selalu penyendiri itu lebih memilih pergi tanpa ditemani satu orangpun dayang. Nona Yun nampak berjalan tenang di jalan setapak yang ditumbuhi dengan rumput hijau, ia menatap sekeliling dan menemukan satu pohon yang cukup rindang untuk ia berteduh.
Sejenak ia tersenyum lalu mendekat ke arah pohon tersebut, dengan kuku-kuku panjangnya ia memanjat naik ke atas pohon dan mulai duduk di sana untuk menenangkan dirinya yang begitu kesepian. Sejenak ia memejamkan matanya, pikirannya menerawang jauh ke masa lalunya saat masih remaja. Saat itu ia masih bersama dengan mendiang Kakeknya yang pandai sekali menerawang masa depan seseorang.
"Yun Xiaowen, suatu saat nanti kau akan memiliki masa depan yang tak terduga. Kau akan memiliki pasangan hidup yang jauh dari bayanganmu, mungkin ada sedikit penderitaan dalam hidupmu tapi ingatlah Yun, kau akan memiliki kebahagiaan yang tidak semua orang akan memilikinya."
Yun Xiaowen membuka matanya, ia bertopang dagu lalu tersenyum manis. Mungkinkah yang dimaksud mendiang Kakeknya adalah Liuu Qiang Wen?
Gadis itu kembali tersenyum malu, kenapa ia merasa jadi aneh ketika menebak-nebak siapa orang yang akan menjadi pasangannya kelak. Sejenak ia menatap ke bawah pohon, di bawah sana ada beberapa dayang yang tengah merumpi tidak jelas.
"Apa kau tahu saat ini Pengadilan Kerajaan tengah mengadili beberapa penyamar dari bangsa iblis yang sengaja menyusup ke istana?" ucap salah satu dari mereka tanpa memelankan suaranya.
Apa? Telinga Nona Yun menajam seketika ketika mendengar gunjingan mereka. Entah kenapa hatinya langsung tidak enak, rasa bergemuruh dalam dadanya makin menjadi ketika telinganya terus mendengar cerita panas yang membuatnya kembali berpikir ulang.
"Benarkah? Darimana kau tahu?"
"Sebenarnya berita ini sudah dari beberapa hari yang lalu tapi sengaja dirahasiakan agar Yang Mulia Ratu tidak mendengarnya." ucapnya lagi dengan nada sedikit pelan sembari menoleh ke kiri dan ke kanan berharap tidak ada yang tahu perihal tersebut.
"Memangnya kenapa?"
"Apa kau lupa siapa ratu kita? Dia juga seorang iblis, kalau dia dengar maka akan timbul perpecahan. Yang Mulia Kaisar sengaja menyembunyikan hal ini karena ia tidak ingin ada keributan."
"Lalu apa yang dilakukan pihak kerajaan pada iblis itu?"
"Hari ini mereka akan menghukum mati si iblis dengan merendam mereka di timah panas, sebelum itu mereka akan membakarnya hidup-hidup. Aku rasa hal ini akan terus berlanjut, pihak kerajaan pun sudah mengirim pasukan secara diam-diam untuk menghabisi iblis yang memberontak di perbatasan."
Darah Nona Yun langsung memuncak, gadis itu melompat turun dari pohon tepat berada di hadapan para dayang tersebut. Melihat sosok Nona Yun, kedua dayang yang bergosip ria terlihat ketakutan. Mereka membungkuk hormat dengan wajah memucat pasi.
"Katakan padaku apa yang baru saja kalian bicarakan!" perintah Nona Yun serius dengan menekankan nada suaranya agar tidak menaik.
"Ti.. Tidak Yang Mulia, kami...."
"KATAKAN!! KAU KIRA AKU SUDAH TULI HINGGA KALIAN BERANI BERBOHONG DI HADAPANKU, IYA?!"
Wajah para dayang semakin memucat, mereka saling melirik dan takut kalau ratu iblis itu murka namun reaksi Nona Yun jauh dari bayangan mereka.
Sreett.
Cakar Nona Yun mengenai salah satu wajah dayang hingga si dayang jatuh bersimpuh memohon ampun sembari memegangi wajahnya yang berdarah.
"Ampun Yang Mulia, hamba tidak bersalah." tangisnya menahan perih.
"Jika kau tak ingin mendapatkan hal yang lebih mengerikan daripada ini maka katakan apa saja yang kau ketahui tentang iblis termasuk iblis yang menyusup ke istana." desak Nona Yun dengan tatapan mata semerah darah manusia.
"Yang Mulia, saya hanya melihat beberapa prajurit dan beberapa orang yang bekerja sebagai eksekusi istana sedang menyiksa beberapa orang dewasa dan beberapa anak kecil. Kata mereka, orang-orang itu adalah iblis yang memberontak ingin menggulingkan kekuasaan Yang Mulia Kaisar." jelas sang dayang dengan terisak-isak.
"Apa yang sudah mereka lakukan pada rakyatku?" tanya Nona Yun mencoba menahan emosinya meskipun jantungnya terus berpacu tak karuan.
"KATAKAN!!!" teriak Nona Yun keras ketika sang dayang tak kunjung menjawab pertanyaannya.
"Para eksekusi mendidihkan timah panas dan akan memasukkan mereka semua ke sana, sebelum itu mereka sudah menyiksa mereka dengan membakarnya hidup-hidup." jawab sang dayang lirih penuh ketakutan.
Nona Yun tercekat, hati dan pikirannya rasanya seperti tertusuk ribuan duri dalam seketika. Tanpa sadar ia memundurkan langkahnya, kakinya terasa begitu lemas dan bergetar begitu hebat.
"Apakah Yang Mulia tahu?" tanya Nona Yun lirih seakan tertahan.
"Iya Yang Mulia, beliau memerintahkan semua yang mengetahui hal ini untuk bungkam. Yang Mulia tidak ingin anda tahu kalau...."
Ucapan sang dayang terhenti ketika Nona Yun mengibaskan tangannya, mengisyaratkan agar para dayang segera pergi dari hadapannya sekarang juga.
Nona Yun tak ingin mendengarnya lagi, kedua tangannya terkepal erat dan kepalanya seakan berdenyut begitu hebat. Ia tak menyangka jika Qiang Wen berani menusuknya dari belakang, baginya tidak ada pengampunan sedikitpun untuk Qiang Wen meskipun pria itu memohon dan bersujud padanya.
"Yang Mulia... Yang Mulia Ratu." panggil para dayang namun sama sekali tidak digubris oleh Nona Yun, gadis itu lebih memilih untuk pergi.
"Anakku, suatu hari nanti jadilah ratu yang selalu berpihak pada rakyatmu. Ingatlah Nak, kau adalah puteri terhormat. Apa yang saat ini kau kenakan di kepalamu, semua itu adalah berkat rakyatmu. Apapun yang terjadi tetaplah berada di pihak mereka, mereka adalah anak-anakmu. Jangan buat rakyat kita menderita Nak, apalagi di tangan para musuh. Jadilah orang pertama yang membela rakyat ketika rakyatmu diperlakukan tidak adil. Yun Xiaowen, engkau ada karena rakyat memilihmu."
Setiap deretan ucapan mendiang sang ayah kini menemani langkah mantapnya menuju ke Pengadilan istana. Untuk apa ia di sini bahkan keberadaannya sama sekali tidak berarti. Jika Liuu Qiang Wen berani menyentuh rakyatnya maka ia sendiri juga berani menyentuh rakyat Liuu Qiang Wen sama persis.
Crussh.
Cakar Nona Yun mengenai korbannya, semua orang tanpa terkecuali. Siapapun yang berani menghalangi jalannya ia tetap akan menerima ganjarannya yakni mati sia-sia. Langkah kakinya yang panjang berhenti sejenak, matanya yang bulat merah semakin memerah penuh dengan api kemarahan ketika ia melihat aktifitas mengerikan itu.
Benar saja kata para dayang, para eksekutor kerajaan sedang sibuk menghukum rakyatnya yang entah ia sendiri tidak tahu apa salahnya. Darahnya mendidih panas ketika jeritan kesakitan mereka sampai di telinga sang Nona. Ia juga bisa menyaksikan bagaimana rakyatnya dicelupkan di timah panas yang meletup-letup tak karuan dengan lengkingan suara kesakitan.
Ngeri.
Nona Yun melangkah maju, semua tertegun melihat keberadaannya. Tanpa peduli apapun Nona Yun mengayunkan cakarnya, merobek perut dan dada sang eksekutor mematikan seakan ingin membalas setiap perbuatan keji yang sudah mereka lakukan pada rakyatnya.
Semua yang Nona Yun lakukan bukan karena tanpa alasan, ia berani menjamin jika rakyatnya tidak mungkin melakukan hal gegabah jika tidak dipicu oleh sebab tertentu.
Crush... Bruk... Plash...
Nona Yun terlanjur memuncak, emosinya mengubah kejiwaannya. Gadis itu memancarkan sorot mata mengerikan dari kedua bola matanya, perlahan rambutnya memutih dari ujung hingga ke pangkal. Taringnya mencuat seolah haus akan darah, Nona Yun terus menangkap siapa saja yang sudah menghabisi rakyatnya. Ia tidak segan untuk membunuh, menusuk tulang-tulang mereka sama kejinya dengan apa yang sudah mereka perbuat.
Kemarahan Nona Yun membuat siapa saja merasa ketakutan, darah dimana-mana dan Nona Yun juga tak kunjung berhenti dari penyerangannya.
"KATAKAN PADA TUANMU, MANUSIA TERKUTUK. KAMI BANGSA IBLIS TAKKAN TAKUT PADA KALIAN MESKIPUN KALIAN SUDAH MENYIKSA KAMI DENGAN MEMBABI BUTA. SETIAP TETES DARAH HARUS DIBALAS DENGAN DARAH JUGA. INGAT KATA-KATAKU INI, AKU TIDAK PERNAH TAKUT MESKIPUN HARUS BERHADAPAN DENGAN RAJA BERACUN KALIAN, LIUU QIANG WEN. AKU TIDAK TAKUT."
***
"Simpan bunga ini, aku akan memberikannya nanti." ucap Kaisar Qiang pada pelayan yang melayaninya seraya meletakkan sebuah buket bunga pada nampan yang dibawa sang pelayan.
"Baik Yang Mulia." jawab Pelayan sambil membungkuk hormat lalu undur diri dari hadapan sang kaisar.
Pria itu membalikkan badan, sebelum ia melangkah ke singgasana seorang penjaga istana terlihat berlari ke arahnya lalu bersimpuh. Hal itu cukup membuat sang kaisar kaget, ia bahkan tak mengerti kenapa penjaga istana bisa berlaku demikian.
"Yang Mulia... Ampun Yang Mulia..." ucapnya dengan raut wajah pucat dan ketakutan.
"Ada apa?" tanya Kaisar Qiang menoleh dengan tatapan teramat dingin.
"Yang Mulia, saat ini Yang Mulia Ratu mengamuk di Pengadilan istana. Mungkin sebentar lagi beliau akan sampai di sini, beberapa prajurit tewas karena Yang Mulia Ratu tidak bisa dikendalikan." lapornya dengan tubuh gemetar hebat.
"Apa? Kenapa dia bisa mengamuk?" tanya Kaisar Qiang tak habis pikir.
"Yang Mulia Ratu sepertinya sudah tahu bahwa Anda melakukan penyerangan diam-diam pada rakyat iblis ditambah lagi ia memergoki eksekutor istana sedang menghukum rakyat iblis yang mencoba menyusup ke istana." jelasnya lirih.
Kaisar Qiang terdiam, wajahnya terlihat begitu serius. Darimana Nona Yun tahu semua rencananya? Selama ini rahasia tersebut dijaga rapi-rapi namun kali ini...
Sepertinya ini memang konspirasi seseorang untuk memecah belah hubungan kedua belah pihak. Namun siapakah orangnya?
"AAARRGH...."
Teriakan prajurit istana memecahkan lamunan Kaisar Qiang, ia terperanjat ketika satu persatu prajuritnya tumbang bersimbah darah akibat tebasan tangan Nona Yun. Ia mundur beberapa langkah ketika Nona Yun melangkah sedikit terburu ke hadapannya.
Dengan sigap beberapa pengawal Kaisar menghadang langkah Nona Yun, takut kalau-kalau wanita iblis itu bertindak sesukanya sendiri dan melukai tubuh sang kaisar. Tanpa takut mereka mengarahkan beberapa pedang ke leher Nona Yun, membuat gadis itu menghentikan langkahnya dan melirik sejenak.
Sreet.... Bum.
Nona Yun dengan berani meraih seluruh pedang dengan kedua tangannya, mematahkan mata pedang dengan sekali patah dan menghentak tubuh para pengawal yang menjaga tubuh kekar yang berada tak jauh dari hadapannya.
Semua tersentak kaget, beberapa pengawal terluka seketika karena tak mampu mengimbangi kekuatan Nona Yun yang tersembunyi.
"Ratu..." gumam Kaisar Qiang lirih sembari menatap intens kedua mata istrinya yang memerah darah.
Nona Yun tak menjawab, ia melangkah mendekat. Matanya terus tertuju pada Kaisar, tatapan penuh kebencian terlihat jelas dari sorot matanya yang menakutkan.
Grab.
Nona Yun langsung menyerang tubuh Kaisar Qiang namun berhasil ditepis, pria itu dengan cepat menghindar dan menangkap pergelangan tangan Nona Yun guna menghentikannya.
Meskipun Kaisar sudah berusaha semaksimal mungkin untuk menghentikannya tapi Nona Yun terlanjur murka, ia tetap bisa meloloskan diri.
Gadis itu menepis tangan Kaisar Qiang, menghentak tubuhnya hingga mundur beberapa langkah. Belum puas menyerang, Nona Yun kembali mencakar tubuh Kaisar Qiang hingga baju kebesarannya yang gagah rela robek dan hancur akibat keganasan kuku Nona Yun.
"Hentikan Nona Yun!" titah sang kaisar sembari terus menghindar dari serangan Nona Yun yang brutal.
Semua perintah Kaisar Qiang tidak pernah diperdulikan, wanita itu terlalu beremosi hingga terus menyerang sang kaisar tanpa memberi jeda sedikitpun. Kaisar Qiang menangkis tangan Nona Yun, memelintirnya hingga terdengar seperti patah.
"Akan aku jelaskan, berhentilah menyerang!" interuksinya lagi dengan nada sedikit keras.
Nona Yun mencuramkan alisnya, ia menghempas tubuh Kaisar Qiang hingga bergeser. Pria itu melepaskan tangan Nona Yun dan pasrah ketika Nona Yun dengan cepat meraih lehernya dan sedikit mencekiknya hingga darah mulai merembes keluar dari sela-sela kukunya yang panjang.
"JANGAN BERMAIN-MAIN DENGAN IBLIS, LIUU QIANG WEN. KAU MUNGKIN BISA MEMANFAATKANKU SEPERTI ORANG BODOH TAPI KAU LUPA BAHWA DI DUNIA INI ADA SATU HAL YANG TAK BISA KAU MANFAATKAN SESUKA HATIMU SENDIRI. KAU TAK BISA BERMAIN-MAIN DENGAN PERASAANKU APALAGI DENGAN HATIKU." geram Nona Yun dengan mata berkilat-kilat.
Kaisar Qiang masih terdiam, ia menatap mata Nona Yun dengan tatapan biasa. Ia bahkan tidak takut apalagi panik seolah ia merasa siap jika sewaktu-waktu kepalanya melayang dan putus dari tempatnya.
"Ini hanya konspirasi, ada seseorang yang tak inginkan kita bersama. Apa kau mau mempercayaiku?"
"UNTUK APA AKU MEMPERCAYAIMU, SUATU KESALAHAN BESAR BAGI KAUM IBLIS SEPERTIKU MEMPERCAYAI SEORANG MANUSIA PENUH TIPU DAYA SEPERTIMU!" tegas Nona Yun semakin mempererat cengkeramannya membuat sang Kaisar harus menahan sakitnya.
"Percayalah padaku, ini hanyalah kesalahpahaman saja." jelas Kaisar dengan susah payah.
"AKU TIDAK AKAN MEMPERCAYAIMU, AKU PERCAYA DENGAN APA YANG AKU LIHAT DAN AKU DENGAR SAAT INI. LIUU QIANG WEN KAU SUDAH MELAMARKU, MENGATAKAN BAHWA KAU MENYUKAIKU NAMUN KENAPA KAU MASIH SAJA MEMBENCI RAKYATKU, APA SALAHKU? APA SALAH MEREKA? JIKA KAU MENYUKAIKU MAKA KAU JUGA HARUS MENERIMA RAKYATKU, TAPI KENAPA? KENAPA KAU MENUSUKKU DARI BELAKANG? LIUU QIANG WEN, KAU MERUNTUHKAN KEPERCAYAANKU, AKU BISA SAJA MENGURUNGKAN NIATKU UNTUK MEMBANTUMU. MULAI SEKARANG AKU AKAN MEMBUNUH MANUSIA DAN MEMERANGINYA. TIDAK ADA MANUSIA YANG PANTAS HIDUP DI MUKA BUMI INI TAK TERKECUALI KAU! KAU JUGA PANTAS MATI LIUU QIANG WEN!"
********************
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top